Friday, October 29, 2004

kamu tahu?
malam ini purnama kembali bertandang
menemani di malam gelap
masih memukau seperti biasa
masih bisa membuat saya mematung menatapnya
tapi
mengapa saya lebih merindukanmu?

Wednesday, October 27, 2004

patah tumbuh hilang berganti

Mungkin teralu dini untuk mengatakan bahwa masa-masa keemasan sinetron di stasiun televisi kita sudah mulai berakhir. Tapi sempet merhati-in nggak? Hampir seluruh sinetron bertema ramadhan yang diputar di seluruh stasiun tv swasta merupakan siaran ulang?
Coba deh simak
...
...
...
bener kan siaran ulang?
Mungkin para stakeholder (saya nggak tau istilah yang tepat) industri sinetron di sini sudah mulai jenuh. Penonton sudah jenuh dengan tema sinteron yang itu-itu saja, produser, sutradara, pemain sinetron, rumah produksi, juga mungkin sudah jenuh dengan tema sinetron Indonesia yang memang tidak berkembang.
Tipikal orang Indonesia yang bisanya cuman jadi plagiat....
Saya jadi teringat perkataan kenalan saya yang menjadi pegawai di Bogasari Flour Mills pada awal tahun ini...
"...reality show mungkin masih jadi akan trend pertelevisian dalam dua tahun ke depan..."
yap, meskipun sampe sekarang masih kontradiksi tentang intisari dari jenis tayangan seperti ini, reality show punya prospek bisnis yang menjanjikan.
Harusnya sekarang Komisi Penyiaran Indonesia sudah merancang kebijakan mengenai reality show, biar nggak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Malah kalau memungkinkan, peraturannya bisa diusulkan setingkat Peraturan Pemerintah atau seperti itulah, jadi punya kekuatan hukum yang lebih tinggi.
Selama ini memang beberapa pihak sudah ada merasa dirugikan oleh tayangan reality show. Trans TV kabarnya sekarang sedang diperkarakan ke pengadilan karena dituntut oleh seorang ibu hamil yang merasa dirugikan oleh salah satu acara reality show yang ditayangkan di stasiun tv tersebut.
Bapak ini, punya tulisan ringan yang menarik tentang reality show dengan mengambil contoh kasus di Jepang.
Bagi saya sendiri, reality show yang ada di Indonesia merupakan pilihan terakhir dalam memutar chanel televisi. Karena saya nggak mau dikerjain orang lain, trus disebar-luaskan seenaknya....

Wednesday, October 20, 2004

"...jadi pengumuman kabinet akan dilaksanakan pukul sebelas malam nanti..."
"hhhhhhuuuuuuuuuuuuuuuuuu......"

pernyataan pria berkumis itu disambut dengan kecewa oleh para juru warta yang telah menunggu sejak pukul lima sore.
Pria berkumis itu Andi Malarangeng, juru bicara SBY yang saat ini telah resmi menjadi Presiden Indonesia. Menurut rencana semula, SBY akan mengumumkan susunan kabinet pada pukul delapan malam, namun Andi Malarangeng baru mengumumkan penundaan itu sekitar pukul setengah sembilan malam.
Ungkapan kekecewaan itu juga terasa di kantor saya, rekan-rekan yang sudah stand-by di depan tv sejak saat berbuka tadi, langsung bubar.
Tapi sepertinya lebih merana lagi rekan-rekan yang meliput di istana, dipelak dari sore hingga tengah malam nanti.
Sekarang, suara tawa riuh rendah terdengar dari depan tv, tampaknya rekan-rekan sudah menemukan obat kejenuhan penantian pengumuman kabinet: tayangan bajaj bajuri.
Penundaan pengumuman susunan kabinet itu, rupanya mengundang komentar dari seorang rekan jurnalis senior di kantor saya. Intinya adalah; SBY ternyata juga tidak bisa tegas, dan masih bisa dipengaruhi.
"Ini sinyal awal yang buruk buat pemerintahan SBY," katanya.
yeeeaaaaahhh right...bener banget om
Saya pikir, karena pasangan SBY-Kalla dipilih langsung oleh rakyat, mereka berdua punya keleluasan yang agak longgar dalam penyusunan kabinet. Tapi ternyata tarik ulur lobi-lobi politik tidak bisa mereka hindarkan juga. Tempaan militer yang kabarnya bisa membuat tegas seseorang, sepertinya bisa luluh lantak oleh rayuan janji-janji politikus.
Sebentar....di Indonesia ada politikus ya? Padahal kata seorang rekan redaktur politik, di Indonesia itu tidak ada politikus, politisi atau apalah namanya, yang ada hanyalah tukang jual obat, tukang jual janji dan tukang jual omongan.
Banyak rekan yang amat sangat yakin bahwa penundaan pengumuman susunan kabinet oleh SBY itu merupakan akibat dari tarik ulur dan lobi-lobi politikus. Siapa sih yang tidak mau mempunyai wewenang di sekelompok orang yang bertugas menjalankan roda pemerintahan di negeri ini? Negeri yang katanya masih menyimpan sumber daya alam menggiurkan.
Apalagi beberapa hari yang lalu SBY sudah 'didekati' oleh pihak-pihak internasional, baik negara-negara asing maupun lembaga-lembaga internasional yang pada intinya berjanji akan menjalin kerjasama yang erat dengan kabinet pimpinan SBY.
....
ada gula ada semut

Wednesday, October 13, 2004

what kind of life that we will live?
itu merupakan salah satu pertanyaan yang sering terlintas di benak saya; kehidupan seperti apa yang bakal kami jalani nanti?
...
28 tahun
banyak orang bilang bahwa rentang perjalanan waktu itu relatif. 15 menit menunggu di halte bis bisa jadi terasa amat sangat lama jika dibandingkan menghabiskan waktu 15 menit bermain Time Crisis III. Apalagi 28 tahun.
Sejujurnya, saya sendiri lupa bagaimana rasanya menjalani hidup selama 28 tahun terakhir.
Susah-senang, suka-duka, tangis-tawa, semuanya bercampur baur jadi satu. Banyak orang bilang bahwa saya seharusnya bersyukur bisa mengalami itu semua, masih bisa menjalani kehidupan.
Masih bisa berkenalan dengan kamu semua....
(terutama kamu, gadis manis berkacamata dengan senyuman menawan....i love you more each day ade sayang)
Banyak yang bisa disyukuri sebenarnya.
...
Angan saya terbang ke 28 tahun yang lalu. Saat yang sama, tapi 28 tahun yang lalu.
Apa yang sedang saya lakukan sehari setelah saya lahir? Tidur dengan tentram di box bayi rumah sakit? Menangis meraung kelaparan kehausan dan minta disusui? Atau justru sedang menikmati dekapan pelukan hangat orang tua sambil mengamati wajah-wajah asing yang mengelilingi saya?
But still....
rasanya seusia itu saya belum dibebani oleh puluhan, ratusan atau mungkin ribuan pertanyaan seperti sekarang ini.
jadi....
Kehidupan seperti apa yang bakal kami jalani?
Asli....saya nggak tau, bener-bener nggak tau.
Tapi tau nggak? Kebingungan saya sepertinya sirna, waktu saya melihat pandangan mata kamu, senyuman kamu.
Waktu saya merasakan genggaman tangan kamu, waktu saya merasakan sentuhan jemari kamu.
Terima kasih banyak untuk semua hal yang kamu kasih buat saya; waktu kamu, perhatian kamu, kasih sayang kamu
thanks a lot ade sayang
Terima kasih juga buat temen-temen semua, yang memberi warna pada hidup saya, dan melengkapi cerita kehidupan yang sedang saya jalani.
But most of all....
Terima kasih Allah, karena masih memberikan karunia kehidupan kepada hamba-Mu ini.

Tuesday, October 12, 2004

huhuhu
kok bisa sakit sih
nggak enak badan dari tadi malem
trus sekarang kayanya udah mau tumbeng gini

thanks a lot buat yang udah ngucapin selamet
....
thanks a lot buat semuanya deh
may The God bless you the best

Thursday, October 07, 2004

...begini deh serunya kerja-an jadi jurnalis...
itu kata batin saya menjelang penghujung hari kemarin.
Selama pekan ini, sepertinya pekerjaan di kantor semakin ribet karena rekan sekerja yang biasa bersama menangani halaman sedang mendapat tugas liputan ke Malaysia. Saya ketiban pulung untuk mondar-mandir kesana-kemari liputan di sektor ritel, padahal spesialisasi liputan saya adalah koperasi dan usaha kecil menengah.
Dan puncaknya sepertinya terjadi kemarin...
Diawali dengan telepon dari redaktur sekitar jam 12 malam, menjelang hari rabu:
"Roi, besok ada liputan pagi di daerah Kebagusan, itu tentang ritel, tolong di cover ya, pake klaim khusus aja..."
oooiiiiiii.....gw tuh tadi pulang sekitar jam sepuluh malem, elo masih ada, kantor masih lumayan rame jadi kenapa pas gw mau pulang nggak dikasih tau.....kemane aje lo coy?....
"oh iya mbak, nanti saya coba deh"
jam delapan harus di kebagusan, jam sebelas harus di sudirman, blon lagi liputan pemberian award sorenya...hhhhh
...........
jadi begitulah, sekitar jam tujuh pagi, saya sudah harus pergi dari kos, ke kantor untuk mengambil undangan, dan berangkat ke kebagusan. Untuk mengejar waktu, akhirnya saya menyetop taksi dari depan kantor.
"mas kalo mau cepet ke daerah kebagusan sih, enaknya lewat tol aja, kayanya kalo lewat tol nggak macet deh"
"keluarnya dimana?"
"ya di simatupang..."
"ok deh terserah bapak aja..."
Later on...
nanti-nanti sih kalo mau ke daerah sana nggak usah pake tol, di tolnya emang nggak macet....TAPI PAS KELUAR TOL-NYA!!!......ternyata persimpangan rel kereta di Jakarta itu nggak ada yang nggak ngeselin dehhhhh
Jam setengah sembilan, ruangan seminar sepertinya sudah agak penuh. Tapi acara belum dimulai
jangan-jangan....
yap, saya kembali diingatkan oleh kebiasaan bangsa Indonesia yang cukup terkenal. Seminar baru dibuka jam sepuluh berhubung ibu pejabat baru tiba di tempat acara sekitar jam sepuluh.
MUKELO JAAAAAOOOOOOOOHH
Akhirnya jam sebelas, saya memutuskan untuk mengejar acara di Sudirman, again, saya menggunakan taksi, setelah sebelumnya menggunakan mikrolet untuk mencapai peradaban....
Seperti biasa;
kapan Jakarta siang nggak macet?
telen aja deh....
tiba di sudirman, masih nggak ngeh tempat acaranya dimana, akhirnya minta bantuan dari dian, dan sempat naik turun jembatan penyeberangan dua kali di kawasan setiabudi....
langsing deh gw
Tiba di tempat acara....ada yang membuat saya lebih shock...ternyata sudah ada teman saya yang meng-cover disana....
yeeeee....ngapain juga gw cape-cape ke sini dong ya..., sialan nih...bos gw kok nggak koordinasi gitu sih...atau jangan-jangan dia (temen gw) yang nggak koordinasi ya?
Ya sudah, daripada sibuk bete, akhirnya saya coba ikut dalam acara itu, mungkin ada satu atau dua hal yang menarik untuk ditulis.
Jam setengah tiga sore, tiba di kantor, pikiran penat, belum shalat, dan rasanya kepala ini penuh sekali.
Tapi akhirnya saya coba buat merangkum informasi yang saya dapatkan sepagian hingga siang hari tadi. Bisa sih...tapi hanya satu berita, dari tiga berita yang sudah saya rencanakan untuk saya buat hari ini.
Jam empat, saya 'digedor-gedor' redaktur saya tentang peliputan acara award.
"Kamu dateng aja kesana, ngobrol sebentar, kali ada tuh release-nya, udah gitu balik lagi, buat berita..."
kerja rodi nih
Akhirnya saya baru bisa berangkat sekitar jam setengah lima sore, datang ke Mulya, bertemu beberapa teman, dan wawancara sebentar dengan bule yang jadi director acara pemberian award...
nggak mutu nih beritanya
Ya sudah, akhirnya tiba di kantor lagi sekitar jam enam sore, berkutat dengan target berita yang masih harus saya tulis....
Sore itu saya harus DENGAN SEGERA menyelesaikan pekerjaan di kantor, karena saya sudah ada janji jam delapan malam
...
dan ternyata masih ada yang lebih 'mengganggu'.
Hari ini, saya terbangun dari tidur pagi saya hanya karena gara-gara mimpi. Saya bermimpi berlari sekencang-kencangnya sepanjang tol kota, ke arah grogol, karena saya harus tiba di bandung secepat mungkin.
#: Ngapain juga larinya ke arah grogol? bukannya berlawanan arah tuh?
+: iya, jadi nanti bisa muter balik di tomang ke arah bogor, masuk tol kota
#: ya ampun, gw kan lari...LARI GITU LHO...bukan bawa mobil...
+: iya tapi ini harus secepatnya lari ke arah grogol...ayo lari...ayo lari AAYOOO...
#: nggak deh, gw cape banget...
+: nggak, kamu bisa, badan kamu bisa kok, AYO LARIIIIII
#: ealaaah, diomongin udah cape banget...GW CAPE TAU....
+: nggak kok kamu bisa, kamu bisa, ayo lari...
#: nggak percaya banget sih gw ini, ya udah gw bangun aja ah...

....
jadi begitulah, saya terbangun dengan masih amat sangat mengantuk, lalu kemudian terbayang tiga liputan yang harus saya datangi hari ini
omigod

Friday, October 01, 2004

Sedikit banyak, saya suka memperhatikan iklan yang ada di beberapa media nasional. Media cetak, elektronik; tv atau radio.
Dulu waktu saya masih kerja di radio dan lagi kebagian jam siaran lagu, operator suka mengingatkan saya untuk memperhatikan daftar penyiaran iklan yang harus on-air. Waktu mulai kerja di koran yang sekarang, seringkali saya mendapatkan bocoran space iklan buat terbitan besok. Saya juga sering memperhatikan space iklan di koran lain.
Dari situ sedikit banyak saya berpendapat kalau ingin melihat kinerja perusahaan media di Indonesia secara sekilas, bisa dilihat dari perbandingan iklan yang ada dengan isi media. Kalau di radio atau tv perbandingannya bisa diambil dari waktu total on-air iklan dengan waktu total siaran. Kalau di koran perbandingannya antara jumlah 'ruang' iklan dengan jumlah 'ruang' berita.
Contoh bagus untuk koran bisa dilihat dari Kompas. Hampir tiap hari, perbandingan antara iklan dan berita bisa mencapai sekitar 45% dan 55%. Saat ini, perusahaan penerbit Kompas, Gramedia, dianggap sebagai perusahaan penerbitan terbesar di Indonesia.
Contoh lain untuk media elektronik adalah Lativi. Nggak banyak iklan yang ditampilkan Lativi, mungkin perbandingannya hanya 20% dan 80%, bisa jadi lebih kecil. Dan akhirnya sekarang Latief Coorporation terpaksa harus melego Pasaraya Manggarai buat ngelunasin utangnya, diantaranya ke Bank Mandiri.
Hmmm seharusnya ada studi yang bisa dilakukan untuk meneliti hubungan antara penayangan iklan dengan kinerja perusahaan media, minimal kinerja keuangan.
...
...
...
Padahal tadinya saya cuman mau ngomentarin iklan tv yang lagi saya suka; aqua rasa buah. Lumayan menarik tuh, tapi rada ribet kalo dicerita-in.
Settingnya sih keseharian orang-orang; ada yang lagi duduk di bis, ada yang lagi nongkrong, sama ada yang lagi di lift. Trus ada setting lain; studio musik, tapi yang lagi rekaman adalah buah-buah, mewakili rasa aqua yang baru.
Kok bisa ya kepikiran seperti itu?
Iya lah, namanya juga tim kreatif, jadi ya harus kreatif. Kayanya asyik aja kerjaannya seperti itu. Seperti kata Enda; kerja-an mana lagi yang tugasnya mengkhayal, mewujudkan khayalan, dan dibayar lagi.
hehehe
Sebenarnya banyak lagi iklan yang menurut saya bagus; iklan seri Pond's Institute misalnya. Castingnya, back-soundnya, pengambilan gambarnya, kayanya lumayan bagus.
Iklan seri A-Mild juga bagus, baik di media cetak atau tv. Cuman sayangnya, ada beberapa ide iklan yang sepertinya harus dicerna dulu maksudya (jangan-jangan saya memang males mikir ya.....).