Monday, November 22, 2004

Bayangan saya tentang Jakarta yang ideal adalah pada saat liburan lebaran kemarin; tidak terlalu padat, jalan raya agak lancar, dan cuaca yang tidak terlalu panas menyengat.
Saya sering berkhayal, "Kapan ya Jakarta kalau normal bisa seperti ini?", nyaman buat penduduknya. Beberapa waktu yang lalu saya sempat melihat foto kawasan pancoran pada tahun 60-an. Wah...masih kosong melompong sekitar pancoran tuh, taman-taman di sekitar patung pancoran masih bisa dipake buat maen bola.
Saya yakin, sebenarnya sudah ada klasifikasi yang ideal yang bisa digunakan untuk menilai sebuah kota (atau mungkin ibukota) nyaman buat penduduknya. Mungkin faktor-faktor itu yang menjadi pertimbangan pemerintah Korea Selatan untuk memindahkan ibukotanya dari Seoul ke Busan. (Kalo nggak salah....halo ndy...)
Kira-kira, kalau ibukota Indonesia mau dipindahkan dari Jakarta, kota yang ideal di mana ya? Ada tiga kota yang terlintas; Banten, Yogyakarta, dan Cirebon.
Dari ketiga kota itu, hanya Yogyakarta yang pernah punya 'pengalaman' sebagai ibukota Indonesia pada jaman agresi militer Belanda dulu. Tapi kalau melihat kondisi sekarang, sepertinya cukup sulit untuk mengembangkan infrastruktur sebuah ibukota di Yogyakarta, karena jumlah penduduk disana sudah mulai jenuh.
Cirebon dan Banten lebih menjanjikan untuk sebuah 'calon' ibukota. Dua kota pelabuhan itu memiliki lahan luas untuk pengembangan infrastruktur dan jumlah penduduk yang belum cukup banyak.
Kalau di luar Jawa, kira-kira kota-kota yang layak untuk dijadikan dimana aja ya?

Sunday, November 14, 2004

"...suatu saat nanti umat islam sedemekian banyaknya
namun mereka seperti buih air laut..."

..
maafkan hamba-Mu
karena menjadi bagian dari buih itu

Selamat hari raya Idul Fitri
Mohon maaf lahir batin

Tuesday, November 09, 2004

panas dan gersang di luar
sementara saya hanya mengharapkan rintik sejuk hujan
yang menjelma lewat kasihmu
selalu
...


Thursday, November 04, 2004

Buat muslim yang sedang beribadah puasa, mungkin kita yang di Indonesia nggak terlalu ngeh kalau ternyata hari ini sudah memasuki hari ke 21 Ramadhan, sudah mulai masuk sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang sering digambarkan sebagai waktu-waktu yang tepat untuk beribadah karena rahmat Allah paling banyak turun di waktu-waktu tersebut.
Ada malam Lailatul Qadar yang kemuliaannya lebih dari 1.000 bulan. 1.000 bulan itu kalo diitung-itung sekitar 83 tahun lebih sedikit. Rata-rata umur manusia tuh...
Tapi sempet kepikiran nggak sih, sebenernya selama Ramadhan kali ini, seberapa sering kita beribadah? Seberapa sering kita mengingat Allah dengan cara-cara-Nya?
Mungkin nggak terlalu sering, atau minimal nggak seperti apa yang kita rencanakan. Apalagi menjelang lebaran, sepertinya banyak alasan yang bisa kita pakai untuk lebih banyak beribadah.
Beban kerja di kantor misalnya, seperti di kantor saya.
Menjelang lebaran ini, masing-masing reporter diberi tugas untuk membuat satu dialog, satu artikel, dan satu berita eksklusif menjelang lebaran nanti. Deadlinenya adalah tanggal 5 dan tanggal 10. Jadi ada enam tulisan yang harus kami siapkan menjelang lebaran nanti. Tapi setelah saya lihat rencana penerbitan halaman di sekitar liburan lebaran, saya jadi bertanya-tanya lagi...itu semua bakalan dimuat nggak sih? Atau cuman pengen ngerja-in kami aja?
mengkal rasanya
Apalagi ketika pagi ini datang, berita saya yang diminta diperbaiki tadi malam karena direncanakan menjadi head-line dalam, ternyata tidak jadi dibuat head line...buat apa dong karakternya minta ditambah kalo begitu?
buset deh...mau dibakar ELO YA HAH!!!!!!
ATAU DIKULITI IDUP-IDUP TRUS DICELUPIN KE LAUT!!!!
JAWAB!!!!
JAWAB NGGAK!!!!
AAAAAAAARRRRRRGGGGGGHHHHHHHHHHH

sabar roi
sabar roi
namanya juga akhir-akhir puasa, lebih banyak godaan-nya

Monday, November 01, 2004

Hari ini di kantor mulai menerapkan jaringan yang berbasis web. Ceritanya sih biar kami (reporter) nantinya bisa bekerja secara officeless (arti harfiahnya tidak ngantor...padahal bilang aja nggak punya kantor ya....).
Mungkin idenya bagus, dengan kerangka officeless seperti itu, kami semua bisa melakukan pengolahan berita langsung dari lapangan atau darimana saja, sejauh kami bisa mengakses internet. Berita itu nanti diterima oleh jaringan internal di kantor untuk kemudian diedit oleh redaktur, dibawa ke rapat redaksi dan kemudian dimuat di koran keesokan harinya.
Sekilas mungkin memang sepertinya sistim ini cukup bagus. Kami tidak harus selalu 'setor muka' di kantor karena kerja kami bisa dilakukan dari mana saja.
Tapi nanti dulu... sebelum sistim ini dijalankan, ada beberapa kendala seperti; tidak semua tempat liputan menyediakan akses internet, bagaimana kami harus melakukan pengolahan berita di lapangan jika belum semua reporter dibekali laptop atau sejenisnya, dan lain sebagainya.
Walhasil rencana penerapan sistim pengolahan berita on-line ini sempat tertunda sebanyak dua kali. Dan akhirnya baru hari ini bisa diterapkan.
Dan ternyata ada permasalahan mendasar yang mengganggu penerapan sistim ini; sumber daya manusia yang sedianya akan menggunakan teknologi. Akhirnya teknologi yang seharusnya bisa mempermudah pekerjaan kami, dirasakan justru merepotkan. Mungkin ini namanya teknologi yang tidak tepat guna. Sistim canggih yang diterapkan dirasakan ribet, rumit, dan tidak praktis.
Bagi reporter yang masih muda, beradaptasi dengan sistim baru seperti itu tidak begitu sulit, mungkin karena masih senang ngulik, dan mempunyai rasa penasaran yang relatif lebih besar.
Berbeda dengan reporter yang sudah cukup berumur, mereka kesulitan untuk beradaptasi dengan sistim ini. Meskipun sosialisasi sudah dilakukan berulang kali, tapi tetap saja mereka terlihat gelagapan waktu mencoba sistim ini. Berulang kali mereka mengajukan pertanyaan kepada staf bagian teknologi yang terpaksa harus pulang lebih malam hari ini.
Kalau sudah begitu, bagi saya pribadi sih dengan enteng tinggal nunjuk pihak manajemen atau direksi yang dengan keukeuh menginginkan agar sistim ini diterapkan. (hhhh....seandainya saya pemegang saham mayoritas....)
Teknologi itu diciptakan untuk mempermudah kerjaan, bukan untuk mempersulit, harus user friendly. Jadi buat apa bayar perusahaan konsultasi jaringan internet untuk menyusun sistim seperti ini kalau ternyata penerapannya tidak lancar?
Atau mungkin perusahaan konsultasinya yang kurang canggih membuat sistim sehingga dirasakan ribet, rumit bagi penggunanya?

=======================

Update,
penerapan sistim on-line itu ditunda lagi, karena bagian Lay Out yang pake Mac belum bisa menggunakan sistim ini
WATDEZIGH