Wednesday, October 26, 2005

mulai sepi

Jakarta hari ini sepertinya mulai sepi, ditinggal sebagian penduduknya yang perantauan. Tadi pagi waktu mau berangkat ke kantor, ruas jalan Casablanca yang biasanya padat, mikrolet 44 yang biasanya penuh sesak, ternyata semuanya berkurang. Ya padatnya, ya penuh sesaknya.
Rasa-rasanya, Jakarta seperti ini yang saya idam-idamkan. Tidak terlalu penuh sesak oleh orang-orang yang lalu lalang, dan kendaraan yang berseliweran. Rasanya lebih lapang.
Beberapa tahun yang lalu, saya juga pernah merasakan hal seperti ini: Jakarta yang lapang. Hanya saja waktu itu bukan menjelang Idul Fitri, waktu itu pas Idul Adha di sekitar akhir pekan; libur tiga tiga. Dan long week-end itu sepertinya dimanfaatkan benar oleh pekerja di Jakarta. Yang berduit mencari tempat liburan di luar kota, sedangkan yang kere menikmati Jakarta yang lengang.
Mungkin hal yang seperti ini yang dibutuhkan kita semua, rasa lapang.
Di tengah himpitan hiruk pikuk kehidupan.

Friday, October 21, 2005

sadarkah?

Salah satu pertanyaan besar yang sepertinya menggema di setiap masyarakat Indonesia sekarang ini sepertinya adalah: Bagaimana menyadarkan pejabat? Pejabat di termasuk juga anggota DPR/MPR yang terhormat, selain tentunya pemerintah kita tercinta.
Saya pikir, mereka-mereka yang ditunjuk jadi pemerintah dan anggota DPR belum sadar betul apa yang terjadi sekarang ini, kalau kata atta, mereka nggak punya empati, nggak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat kita sekarang ini.
Seperti pagi ini, saya kembali geleng-geleng kepala membaca kepala berita di detikcom: Apa pantas biaya operasional DPR dinaikkan RP10 juta?, lalu ada berita lanjutannya yang membuat saya lebih mengkal: Zaenal: Biaya operasional DPR Naik tak terkait kenaikan BBM.
Saya pikir, percuma saja kita menjadi negara yang demokratis, kalau ternyata para pejabat pemerintah dan anggota legislatif belum menyadari apa yang dirasakan oleh masyarakat kita sekarang.
Percuma saja rakyat Indonesia pada dua pemilu terakhir menyumbangkan suaranya, berharap agar mempunyai nasib lebih baik (Saya ingat betul pada dua pemilu terakhir ini negara kita dipuji-puji oleh dunia internasional sebagai negara yang demokratis).
Mungkin ini karma kita sebagai rakyat Indonesia: para pemimpin bangsa yang terbelakang, dan wakil rakyat yang tolol.
Saya jadi teringat pembicaraan saya dengan salah satu rekan yang meliput di desk ekonomi beberapa waktu yang lalu. Dia bilang kalau Indonesia itu kaya dengan sumber daya alam (yap semua orang sudah tahu itu), tapi seringkali pemerintah mengambil kebijakan yang salah. "Aku sendiri suka sedih kalau nulis berita tentang ekonomi Indonesia," katanya.
Kapan pemerintah sadar?

Monday, October 17, 2005

Piket

Setiap sekitar satu setengah bulan sekali, jajaran reporter di media saya diwajibkan piket. Hanya satu artinya, dan itu adalah pulang lebih malam. Kalau biasanya sekitar jam setengah delapan sudah bisa siap-siap pulang, reporter piket masih harus anteng-anteng di kantor sampai sekitar jam sebelas malam. Malam yang panjang, mengingat sampai sekarang belum ada job-desk yang benar-benar rinci mengenai reporter piket.
Dan malam ini, saya yang kebagian piket.
Waktu awal-awal pemberlakuan piket ini, saya pikir reporter piket bisa menghabiskan waktu dengan menjelajah di dunia maya. Tapi ternyata koneksi internet di kantor kami diputuskan pada pukul sepuluh malam. Jadi mungkin harus mencari kegiatan lagin, selain menanti dengan was-was penugasan amat sangat mendadak yang dianggap cukup penting (ledakan bom misalnya ... semoga nggak ... ).
Dulu sebelum pindah gedung, saya bisa saja menanti penugasan (yang tidak diharapkan itu) di depan televisi yang tersambung dengan layanan premium (TV Kabel). Tapi sekarang sejak pindah gedung, layanan premium itu sepertinya tidak ada.
Begitulah, piket reporter kali ini menjadi sesuatu yang meng-enggankan, berbeda dengan piket waktu SD atau SMP dulu.
Dulu waktu SD, saya sih dibela-belain mendingan piket membersihkan kelas, soalnya itu berarti bisa menghindari berdiri hampir satu jam di bawah matahari pagi, mendengarkan wejangan, dan mendengarkan Pancasila dan pembukaan UUD 1945. Upacara Bendera.
Waktu SMP beda lagi, piket upacara berarti berdiri di belakang barisan teman-teman waktu upacara. Sama-sama berdiri, sama-sama mengikuti upacara, tapi minimal saya berdiri di tempat yang teduh.
Dan sekarang, saya mengisi waktu piket dengan membuat postingan ini...

Friday, October 07, 2005

biasa

Saya mungkin orang yang paling biasa, an average man. Kadang-kadang kalau saya diminta pendapat sama istri atau temen tentang suatu hal, jawaban andalan saya adalah "biasa aja deh" atau "biasa aja tuh" atau "biasa aja ah". Amat sangat tidak kreatif, tidak ada inovasi dan tidak ada motivasi.
Apa mau dikata? Dari dulu saya orang yang seperti itu, tidak kreatif, tidak berinovasi, dan minim motivasi. Padahal dalam ruang lingkup kerja-an saya, tiga hal itu yang paling dibutuhkan. Omigod
Sebenernya saya ingin sekali menumbukan ide-ide kreatif saya (atau ide-ide jail ya) ke orang lain, bahkan orang yang nggak saya kenal sekali pun. Nggak sekali dua kali saya pengen banget menegur orang asing dengan kalimat: "Mbak, tau nggak? Bibir mbak itu seksi banget lho, mirip bibirnya Denise Richard. Saya yakin deh kalo mbak lebih banyak tersenyum, mbak bakalan lebih manis."
lalu ...
PLAKK!!!!
Yah mungkin nggak separah itu sih. Tapi ya itu tadi, saya ingin sekali mengembangkan ide-ide kreatif saya. Tapi kok sepertinya susah ya, udah dari kecil kali.
Dari dulu saya selalu menyesalkan sistim pendidikan di Indonesia yang terlalu menekankan kepada aspek pembelajaran keilmuan daripada pengembangan kreatifitas. Belum lagi kebijakan yang berganti tiap lima tahun sekali ... hhhhh.
Anyway, ada yang tahu nggak ya gimana caranya mengembangkan kreatifitas bagi pria berumur 40 tahun ke atas? Mungkin agak ribet kali ya.

Tuesday, October 04, 2005

Menjelang Ramadhan

Menjelang Ramadhan kali ini, saya hanya bisa berharap bahwa saya bisa menikmati setiap detik yang berlalu dengan hembusan asma Allah.
Saya hanya ingin merasa damai di tengah-tengah semua kesibukan dan kegamangan dalam kehidupan.
Selamat memasuki bulan suci Ramadhan
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung