Dulu, leluhur kita kalau mau mencari tanah tempat tinggal biasanya memanfaatkan naluri seekor binatang. Biasanya yang sering digunakan adalah angsa atau bebek, mungkin ini ada hubungannya dengan naluri binatang untuk merasakan ketersediaan sumber air dan tanah yang gembur untuk bercocok tanam (or something like that).
Jadi dalam perantauan dari tanah asal, setelah beberapa hari mengadakan perjalanan, bebek atau angsa yang di bawa dari kampung halaman di lepas begitu saja; bisa di tengah hutan, padang rumput savana, perbukitan, atau bahkan mungkin pantai.
Nanti bebek atau angsa itu berjalan sendiri mengikuti nalurinya, untuk mencari daerah yang kira-kira cocok untuk tempat tinggalnya, yang mungkin juga cocok menjadi tempat tinggal majikannya. Mungkin ini ditujukkan dengan bahasa tubuh binatang, dengan gerakan ekor, anggukan kepala, atau kepakan sayap.
Tapi ceritanya bakalan jadi lain kalau ternyata dalam perjalan memenuhi nalurinya itu, angsa atau bebek keburu jadi santapan macan. Majikannya mungkin harus pulang lagi ke kampung halaman untuk bawa bebek atau angsa baru.
Anyway
Mencari tempat tinggal sekarang ini sepertinya tidak sesederhana seperti itu. Kita nggak bisa ngambil ayam, bebek atau angsa, terus berjalan tanpa tujuan, lalu melepas ayam, bebek atau angsa itu untuk memenuhi nalurinya.
Sekarang kita memilih tempat tinggal dengan alasan yang bisa disebut logis, misalnya saja yang paling logis adalah ketersediaan dana. Nggak mungkin, misalnya, punya dana Rp10 juta, tapi mau tinggal di kawasan Pondok Indah, Kemang, atau Menteng.
Tapi ada juga orang-orang yang memilih tempat tinggal dengan alasan-alasan, yang mungkin bagi sebagian orang, yang nggak logis. Misalnya lewat alasan feng shui. Mungkin itu tergantung keyakinan.
The point is... carirumahsendiriitususahbangetya....
Wednesday, November 30, 2005
Wednesday, November 23, 2005
sekolah dasar
Salah satu alasan saya mempunyai blog adalah karena saya mempunyai ingatan yang pendek, short term memory syndrome. Saya berharap dengan memiliki blog, saya bisa 'melihat' dan 'merasakan' lagi peristiwa-peristiwa yang pernah saya alami.
Jadi begitulah, saya mulai menulis di blog ini untuk menyimpan berbagai kenangan. Tapi ternyata ada satu masalah yang tidak saya lihat sebelumnya. Kadang-kadang pada saat ingin mulai menulis sebuah postingan, saya bahkan melupakan ide untuk menulis di blog.
well that's a serious problem for me
Kadang-kadang saya mengandalkan hal-hal kecil di sekeliling saya untuk kembali menggali ingatan lama. Seperti pagi ini ketika membuka harian tempat saya bekerja, di halaman terakhir seksi utama saya melihat foto yang mungkin bagi orang lain biasa saja.
Tapi bagi saya foto itu seperti semacam roaller coaster untuk kembali ke masa silam, waktu saya masih di sekolah dasar.
Foto itu menggambarkan sekelompok anak berseragam SD, yang sedang berekspresi di hadapan lensa fotografer harian kami. Masih teringat apa yang dilakukan para banci foto kalau ada orang yang mau memotret? Yah begitulah mereka, tidak begitu jauh gayanya. Karena mereka masih SD, jadi gaya mereka hanya berlomba-lomba untuk mengacungkan kedua tangan mereka sambil mengacungkan simbol 'V', victory.
Baru beberapa hari lalu saya ngobrol dengan istri saya: kalau liburan nanti, kami akan sempatkan untuk mendatangi sebuah SD (kalau bisa sih SD saya di Bandung). Dan kami akan jajan sepuas-puasnya, jajan jajanan SD: kerupuk pedes atau gurilem yang diberi msg terlalu banyak, Cireng (aCI digoReng), Cilok (aCI dicoLOK), rujak, atau mungkin yang porsinya agak banyak: mie baso.
Ikut nongkrong di depan tukang arum-manis yang biasanya juga berjualan mainan: pistol-pistolan plastik, boneka kertas, gambar berseri yang biasa diadu, model-modelan tentara.
Kalau kami beruntung, kami juga bisa melihat-lihat mainan yang sedang jadi tren di SD itu (jadi tren karena penjualnya tidak setiap waktu berjualan di depan sekolah). Dulu biasanya ada yang jualan sumpit, pistol-pistolan dari bambu yang berpeluru kertas koran basah, kumbang laut, peralatan sulap sederhana... (terlalu panjang kalau di daftar di sini)
Kami akan berkelana ke masa lalu
Jadi begitulah, saya mulai menulis di blog ini untuk menyimpan berbagai kenangan. Tapi ternyata ada satu masalah yang tidak saya lihat sebelumnya. Kadang-kadang pada saat ingin mulai menulis sebuah postingan, saya bahkan melupakan ide untuk menulis di blog.
well that's a serious problem for me
Kadang-kadang saya mengandalkan hal-hal kecil di sekeliling saya untuk kembali menggali ingatan lama. Seperti pagi ini ketika membuka harian tempat saya bekerja, di halaman terakhir seksi utama saya melihat foto yang mungkin bagi orang lain biasa saja.
Tapi bagi saya foto itu seperti semacam roaller coaster untuk kembali ke masa silam, waktu saya masih di sekolah dasar.
Foto itu menggambarkan sekelompok anak berseragam SD, yang sedang berekspresi di hadapan lensa fotografer harian kami. Masih teringat apa yang dilakukan para banci foto kalau ada orang yang mau memotret? Yah begitulah mereka, tidak begitu jauh gayanya. Karena mereka masih SD, jadi gaya mereka hanya berlomba-lomba untuk mengacungkan kedua tangan mereka sambil mengacungkan simbol 'V', victory.
Baru beberapa hari lalu saya ngobrol dengan istri saya: kalau liburan nanti, kami akan sempatkan untuk mendatangi sebuah SD (kalau bisa sih SD saya di Bandung). Dan kami akan jajan sepuas-puasnya, jajan jajanan SD: kerupuk pedes atau gurilem yang diberi msg terlalu banyak, Cireng (aCI digoReng), Cilok (aCI dicoLOK), rujak, atau mungkin yang porsinya agak banyak: mie baso.
Ikut nongkrong di depan tukang arum-manis yang biasanya juga berjualan mainan: pistol-pistolan plastik, boneka kertas, gambar berseri yang biasa diadu, model-modelan tentara.
Kalau kami beruntung, kami juga bisa melihat-lihat mainan yang sedang jadi tren di SD itu (jadi tren karena penjualnya tidak setiap waktu berjualan di depan sekolah). Dulu biasanya ada yang jualan sumpit, pistol-pistolan dari bambu yang berpeluru kertas koran basah, kumbang laut, peralatan sulap sederhana... (terlalu panjang kalau di daftar di sini)
Kami akan berkelana ke masa lalu
Monday, November 21, 2005
misteri azhari (bukan azahari)
Sudah lebih dari 10 hari orang yang katanya menyandang predikat most wanted man in Indonesia itu meninggal. Banyak media menulis namanya Dr Azahari, tapi ternyata ada versi yang menyatakan namanya bukan Azahari, tapi Azhari, mirip-mirip sedikit.
Tapi sampai sekarang, kematian orang yang katanya bernama Azahari atau Azhari ini masih menyisakan banyak pertanyaan, bahkan kalau boleh saya menambahkan pertanyaan yang meragukan kebenaran pihak kepolisian.
Buat saya pribadi, bahkan dari awal saya mempertanyakan Azahari atau Azhari ini. Saya mempertanyakan keberadaan dia dalam, kalau boleh saya bilang, skenario teroris yang digembar-gemborkan polisi.
Siapa dia? Selama ini kita hanya dicekoki informasi yang disediakan oleh pihak kepolisian, bahwa dia itu teroris, punya jaringan dengan kalangan pesantren, lahir dan besar di Malaysia, ahli membuat bom, punya kemampuan doktrinasi yang kuat sampai-sampai orang lain mau bunuh diri dalam beberapa peristiwa peledakan bom, punya teman yang top yang namanya Nurdin M Top, otak besar dari berbagai peledakan bom di Indonesia, dan yang lainnya.
Tapi apakah itu semua benar? Apakah benar ada seorang Azahari atau Azhari yang punya peran semua itu? Jangan-jangan pihak aparat mengada-ada sosok yang bernama Azahari atau Azhari ini. Tapi kenapa?
Pertanyaan itu saya pendam saja selama dua tahun terakhir ini, karena seperti pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang Indonesia, mungkin sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dipendam, hanya berfungsi untuk menjaga tingkat kewarasan dan kesadaran kita sebagai manusia, dan mungkin bukan untuk dicari jawabannya.
Sampai 10 November lalu, ketika pihak aparat yang katanya berhasil menggerebek sebuah rumah di Malang, yang diduga tempat tinggal sementara kelompok Azahari atau Azhari itu. Pertanyaan-pertanyaan itu kembali muncul, bahkan ditambah beberapa pertanyaan lain yang bermunculan di sebuah milis yang saya ikuti.
Pertanyaan-pertanyaan itu, pada dasarnya, mempertanyakan kembali antara fakta dan pernyataan resmi dari pihak aparat yang banyak sekali tidak cocok.
Mulai dari informasi baku tembak antara aparat dan teroris, korban yang jatuh, kondisi mayat azahari atau azhari, bagaimana dia tewas, prosedur standar perlakuan jenazah yang terlibat kasus, dan yang lainnya.
Semua menimbulkan pertanyaan.
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa masyarakat sekarang ini semakin cerdas, dan didukung dengan teknologi informasi, mereka bisa menilai apa yang terjadi.
Sekali lagi, masyarakat semakin cerdas.
Tapi sampai sekarang, kematian orang yang katanya bernama Azahari atau Azhari ini masih menyisakan banyak pertanyaan, bahkan kalau boleh saya menambahkan pertanyaan yang meragukan kebenaran pihak kepolisian.
Buat saya pribadi, bahkan dari awal saya mempertanyakan Azahari atau Azhari ini. Saya mempertanyakan keberadaan dia dalam, kalau boleh saya bilang, skenario teroris yang digembar-gemborkan polisi.
Siapa dia? Selama ini kita hanya dicekoki informasi yang disediakan oleh pihak kepolisian, bahwa dia itu teroris, punya jaringan dengan kalangan pesantren, lahir dan besar di Malaysia, ahli membuat bom, punya kemampuan doktrinasi yang kuat sampai-sampai orang lain mau bunuh diri dalam beberapa peristiwa peledakan bom, punya teman yang top yang namanya Nurdin M Top, otak besar dari berbagai peledakan bom di Indonesia, dan yang lainnya.
Tapi apakah itu semua benar? Apakah benar ada seorang Azahari atau Azhari yang punya peran semua itu? Jangan-jangan pihak aparat mengada-ada sosok yang bernama Azahari atau Azhari ini. Tapi kenapa?
Pertanyaan itu saya pendam saja selama dua tahun terakhir ini, karena seperti pertanyaan-pertanyaan lainnya tentang Indonesia, mungkin sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dipendam, hanya berfungsi untuk menjaga tingkat kewarasan dan kesadaran kita sebagai manusia, dan mungkin bukan untuk dicari jawabannya.
Sampai 10 November lalu, ketika pihak aparat yang katanya berhasil menggerebek sebuah rumah di Malang, yang diduga tempat tinggal sementara kelompok Azahari atau Azhari itu. Pertanyaan-pertanyaan itu kembali muncul, bahkan ditambah beberapa pertanyaan lain yang bermunculan di sebuah milis yang saya ikuti.
Pertanyaan-pertanyaan itu, pada dasarnya, mempertanyakan kembali antara fakta dan pernyataan resmi dari pihak aparat yang banyak sekali tidak cocok.
Mulai dari informasi baku tembak antara aparat dan teroris, korban yang jatuh, kondisi mayat azahari atau azhari, bagaimana dia tewas, prosedur standar perlakuan jenazah yang terlibat kasus, dan yang lainnya.
Semua menimbulkan pertanyaan.
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa masyarakat sekarang ini semakin cerdas, dan didukung dengan teknologi informasi, mereka bisa menilai apa yang terjadi.
Sekali lagi, masyarakat semakin cerdas.
Subscribe to:
Posts (Atom)