Monday, December 11, 2006

damn me...


I know that my life has been quite miserable recently, and it makes me stress.
Phone call at almost mid-night time
Discussing a small tiny yet important thing during my bed time, which didn't pointing any good conclusion
Oh... it just makes me crazy
On top of that, arguing with someone that you really love and almost make her cry is NOT a very clever option during your stressful-at morning time... which I did it this morning.
But at my morning drive to the office this morning, I'm accidentally saw something that makes me grateful for my life.
There I saw, two 'kuli bangunan' at tendean-sisingamaradja junction (there's a digging project along that junction, so I guess it's gonna be a serious traffic jam during Jakarta's rush our), waiting for a bowl 'bubur ayam' for their breakfast. Same kind breakfast that I have for this morning.
Satu orang kuli duduk di bangku kayu yang disediakan tukang bubur, kaki beralaskan lumpur yang sudah agak kering, celana panjang penuh lumpur, muka kelelahan. Satu lagi jongkok menyender di pagar dengan tatapan menerawang kelelahan, dia memakai celana yang tadinya berwarna biru gelap sudah berganti warna coklat lumpur dengan sandal kulit usang bersol lumpur.
Oh God....
masih ada orang sepertinya kurang beruntung dari saya: tidak setiap hari mereka bisa bertemu keluarga mereka, kerja keras dari tengah malam buta sampai pagi menjelang hanya untuk mendapatkan uang makan sehari-hari dan bekal buat keluarga mereka di kampung...
damn you roi

Wednesday, November 29, 2006

Bad Mood


Pagi-pagi, buat saya merupakan momentum yang cukup penting untuk menjaga ritme jiwa untuk sehari penuh. Apalagi pekerjaan yang sekarang membutuhkan penyerahan jiwa dan raga yang seutuhnya (beuh...). Makanya saya berusaha untuk tidak marah, bete (beunang tihang? hehehe...), bad mood, manyun, atau rekan-rekannya dan saudara-saudara daripada yang disebutkan tadi, saat pagi menjelang.
Tapi susah sekali ya.
Sepertinya ada saja yang bisa membuat saya mau marah dan menahan kesal. Pagi ini misalnya, ada revisi tambahan mengenai pekerjaan yang harus diselesaikan sementara event sudah ada di depan mata, belum lagi ada pekerjaan saya tertunda karena saya harus menunggu hasil tabulasi dari beberapa orang yang seharusnya sudah saya terima sejak minggu lalu.
Yah...untungya saya punya blog tempat saya memuntahkan semua itu.
Menunggu tanpa bisa melakukan apa pun buat saya sangat menyiksa.
rasanya ingin teriak....
SHIT (sorry...)
HELL (sorry lagi...)
Saya jadi teringat sesuatu hal, rasanya saya saat ini ingin sekali menjadi sebuah telaga nan luas di pegunungan yang dingin, yang mampu menampung semua beban hidup tanpa harus merasa kelebihan lalu kesal dan menumpahkannya ke sesuatu hal.
Mungkin saya harus menambah doa saya ya:
Ya Tuhan, berilah hamba-Mu ini kelapangan jiwa untuk menyelami kehidupan.

photo was taken from corbis with keyword: bad mood

Tuesday, November 14, 2006

jihad, bush, moslem, america, indonesia

uh...... oh.....
uh...... oh.....
uh...... oh.....
uh...... oh.....
uh...... oh.....
uh...... oh.....
banyak sekali ya kerjaan ini

(ok, this is not very-very-very related with the title, but I just wanna say hi to all U.S. intelligent analyst out there:
Hi there, this is my blog...enjoy
....
Well prior to Bush visit to Indonesia on November 20, I'll bet some US intelligent analyst will do some research, such as screening the internet.
And the simplest thing to do research on internet is by using search-engine portal like google; which I often use. And I using simple tags to generete search-engine search's to get here.
Rather than confusing the Bush impact visit- traffic jam, GSM network jamming or anything else; I think it's much more better for me to say hi to all U.S intelligent analyst that has already reach this blog.
Once again:
Hi there, nice to meet you

note: bener kok, lagi banyak kerjaan di kantor nih....
duh...)

Friday, November 03, 2006

Pekerjaan

"Perjalanan Spiritual...", kata saya dengan nada agak bercanda kepada seorang teman yang menanyakan kenapa saya pindah dari pekerjaan yang terdahulu.
Iya, sampai sekarang saya masih belum menemukan alasan yang amat sangat teramat kuat kenapa saya pindah haluan: dari jurnalis menjadi konsultan PR. Padahal kalau dipikir-pikir, saya mempertaruhkan banyak hal untuk menjalani profesi baru ini.
Yang terus teringat oleh saya ketika mau pindah kerja adalah: ini adalah kesempatan untuk saya 'berdiri dan melanjutkan perjalanan', karena mungkin saya sudah terlalu lama 'duduk', sudah terlalu lama 'hampir statis', menekuni pekerjaan yang sama itu-itu saja.
Saya memang merasa pekerjaan yang terdahulu membuat saya 'sedikit terlena'. Padahal mungkin hampir semua orang berpendapat bahwa dunia seorang juru warta adalah dunia yang dinamis, penuh tantangan, dan lain sebagainya.
Teman saya itu (halo bambang...hehehe) dalam hitungan hari akan segera mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang. Saya sengaja datang menemui dia untuk menanyakan hal ini.
Kenapa? Saya tanya dia
Panjang jawabannya, this and that...itu kata dia.
Beribu alasan bisa diungkapkan orang untuk mengundurkan diri dari pekerjaan. Dan saya rasa alasan teman saya ini untuk mengundurkan diri dari pekerjaan cukup masuk akal.
Saya teringat waktu saya mau pindah kerja dulu, ada seorang rekan yang memberi tahu saya begini:
masalah di tempat kerja di mana saja hampir sama, tinggal tergantung diri kita menyikapinya seperti apa.
Saya pikir-pikir, ada benarnya juga. Kalau misalnya kita tidak cocok dengan atasan, dengan rekan kerja, dengan lingkungan kerja, dengan job description, atau apa pun itu; dan itu selalu terjadi pada setiap pekerjaan yang kita dapatkan sehingga kita bisa berpindah kerja hingga tiga kali dalam satu tahun misalnya; jangan-jangan memang diri kita yang mempunyai masalah. Bukan orang lain.
Mungkin buat saya hidup ini bagaikan air yang mengalir: tidak perlu melawan arus untuk menjalaninya. Atau juga saya merasa hidup saya seperti sebuah kereta api: just sit down and enjoy the trip.

gambar diambil dari: www.extremelysmart.com/supptgraphics/

Friday, October 20, 2006

Idul Fitri

Idul Fitri buat sebagian orang berati kembali suci, kembali ke fitrah. Pada hari itu, kita diharapkan terlahir kembali menjadi seorang individu baru. Terbebas dari semua noda kesalahan yang pernah kita buat. Itu teorinya.
Karena buat sebagian orang yang lain, Idul Fitri berarti ksempatan untuk berbelanja kebutuhan yang sepertinya nggak terlalu penting: baju dan sepatu. Dan sepertinya ini yang dimanfaatkan kalangan bisnis.
Memang rasanya lebih afdol jika kita ingin terlahir kembali, harus ada sesuatu yang baru. Tapi sesuatu yang baru itu kan bukan sebatas baju dan sepatu saja kan? Dangkal amat rasanya kalau memaknai Idul Fitri dengan memakai baju dan sepatu baru. Ada yang lebih hakiki daripada sekedar memakai baju dan sepatu baru, cara pandang kehidupan yang baru misalnya.
Tapi memang tidak semua orang bisa memaknai Idul Fitri secara sederhana kan, dan itu semua berpulang ke pribadi masing-masing.
Sekarang ini, saya hanya ingin mempunyai jiwa yang kembali putih bersih: tidak punya lagi prasangka buruk terhadap orang lain dan mau membuka pintu hati saya untuk setiap episode kehidupan yang ada di depan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin.
Bilih kantos kasisit sebit kana ati
Kapancah kalengkah ucap
Kajenggut kababuk catur
Tawakupna nu kasuhun

Thursday, October 12, 2006

Hari Ini

Hari ini waktu berangkat ke kantor, jalanan sudah mulai agak sepi. Tumben, karena biasanya pagi-pagi seperti tadi kendaraan sudah mulai antri di depan gerbang tol. Tapi tidak buat pagi ini. Mungkin sudah ada beberapa pekerja kantoran yang mudik.
Hari ini sampai ke kantor, coba login ke Yahoo, salah ketik password, dan ternyata setelah sukses, ditawari untuk mengupgrade Yahoo Mail ke versi Beta. Nice. Mirip-mirip Outlook di kantor, tapi kalo ini di web. Lengkap dengan fungsi Calendar, hanya saja iklan di sebelah kanan itu kok sepertinya menganggu ya. Whaaa.
Hari ini setel radio dan ada lagu lama yang lumayan saya suka, "She Drives Me Crazy". Ada yang tau siapa penyanyinya? Ini ngetop di pertengahan 80-an kalo nggak salah. Trus ada Stevie Wonder; Overjoyed (?)
Hari ini, saya mulai menapaki usia baru, angka baru, dekade baru.

Wednesday, October 11, 2006

cem macem

Terus terang aja, sampai sekarang ini sepertinya saya belum begitu siap untuk menjadi seorang ayah; begitu banyak yang harus dipersiapkan, mentally, emotionally, dan tentu saja financially.
Selang dua atau tiga hari bayi kami lahir misalnya, kami menjadi sangat emosional sehingga akibatnya kami sangat mudah untuk menangis, bahkan untuk hal-hal yang sangat sederhana.
Belum lagi suatu pertanyaan besar yang terus timbul di benak saya: what's our live gonna be? Kehadiran seorang manusia baru memang selalu membawa perubahan besar buat individu-individu tertentu.
Buat saya perubahan itu, secara mudahnya, bisa dilihat dari jam tidur. Sejak Sparkling lahir (this is a nick name for our baby), kami berdua rasa-rasanya belum pernah tidur lebih dari tiga jam. Tidur kurang dari setengah jam sudah biasa, tidur sekitar satu jam sempat beberapa kali, tidur sekitar satu setengah jam rasa-rasanya jadi barang mewah, dan tidur dua jam sampai dua jam setengah itu ajaib.
Jadinya saya harus mencuri-curi waktu istirahat untuk tidur siang di kantor, tidur siang selama setengah jam sepertinya cukup membuat badan segar. Tapi ternyata banyak yang berpikiran sama dengan saya :)
Saya hanya khawatir ngantuk saat berkendaraan. Hampir setiap hari saya lewat jalan tol, jadi kalau meleng sedikit karena ngantuk, dengan mempertimbangkan kecepatan minimal kendaraan di jalan tol, maka waktu lima detik saja bisa membuat perbedaan besar kan?
Tentang jalan tol ini, sepertinya memasuki bulan Ramadhan ada sedikit perubahan ya?
Sekarang jalan tol lebih disesaki dengan truk-truk besar juga truk-truk container yang terkadang membuat jalanan lebih macet...

Wednesday, October 04, 2006

A Baby

She's got my big eyes
my mumbling-type mouth
Her mother's nose
and her mother's face

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com

Monday, October 02, 2006

Mesin Waktu

Minggu siang kemarin, saya menemukan 'mesin waktu' saya, memicu serpihan kenangan masa kecil.
Tempat pencucian mobil di kawasan Kalimalang, sebuah mobil sedan keluaran tahun 90-an baru saja tiba. 2 orang montir langsung dengan sigap menggarap mobil itu.
...
"Pak, mobilnya masih hidup," kata seorang montir memberitahu pemilik mobil itu.
"Iya, ada anak saya di dalam, lagi tidur," jawabnya.
Saya tercenung,
20 tahun silam lebih, saya pernah mengalami hal itu, saya lah anak yang tertidur di dalam mobil.

Saya terbangun, mendapati mobil sudah kosong, dan ayah saya entah berada di mana.
Saya lalu menangis, keras sepertinya, dan membuat panik beberapa montir, sebelum akhirnya ada seorang montir yang berinisiatif memberitahu ayah saya.
"Pak, anaknya bangun,"
Saya, yang sedang terisak dan tersedu dengan keras, segera dihampiri ayah saya. Tersenyum sambil berusaha menenangkan saya.


Pah, dalam hitungan hari Roi bakal menapaki jejak yang dulu Papah lalui. Roi bakalan punya seorang anak Pah.
Roi bakalan jadi seorang ayah, kepala rumah tangga.
I don't know whether I'm good at being a father,
just wish me luck.
I really need that.
miss you Pah
a lot

Thursday, September 21, 2006

Menulis itu...

Writing is work for eternity-menulis adalah pekerjaan untuk keabadian.
Begitu kata almarhum Pram, seniman tulis yang beberapa karyanya sempat saya nikmati.
Jadi bersukurlah teman-teman yang pekerjaannya tidak pernah lepas dari tulis-menulis ini, para jurnalis khususnya.
Kita tidak pernah mengetahui betapa berharganya sesuatu setelah 'sesuatu' itu meninggalkan kita, atau yang lebih cocok buat saya: '... saat kita meninggalkan sesuatu itu'.
Iya, saya kangen jadi wartawan.
Tadi siang, setelah disibukan oleh acara salah satu klien kami, entah kenapa saya tergerak untuk melihat beberapa hasil karya tulis saya yang pernah dipublikasikan waktu saya masih menjalani profesi jurnalis.
Jadi saya klik situs pencari, abang google, lalu saya ketikan nama saya disitu, Dan tadaa.... ada sembilan halaman hasil pencarian di internet yang mengandung nama saya. Memang tidak semua hasil tulisan saya ada disana, tapi minimal, melihat hasil pencarian itu saya sempat heran: "Ini tulisan saya ya?"
Yah, sejak pindah profesi saya memang amat sangat jarang menulis, dalam definisi yang lebih personal. Saat menjadi jurnalis, saya bisa saja memberikan 'sentuhan pribadi' untuk beberapa berita dan artikel yang saya buat, saya juga masih sempat berblogging ria, menulis semua hal-hal yang tidak bisa diterbitkan oleh surat kabar tempat saya bekerja.
Pekerjaan yang sekarang, memang mengharuskan saya untuk menulis. Tapi kok ya rasanya lebih kaku, harus lebih menyesuaikan: dengan kemauan klien, dengan data-data yang berserakan, dengan batasan-batasan partner, dan dengan yang lainnya.
Dan yang lebih parah, pekerjaan saya sekarang amat sangat menyita waktu saya: saya jadi jarang post di blog. Padahal, ada beberapa hal yang menurut saya lumayan menarik untuk ditulis, khususnya tentang klien. Contohnya postingan sebelumnya...tapi karena sesuatu hal, postingan itu terpaksa dicabut, khawatir di somasi (hehehe).
Sepertinya saya harus memakasakan diri untuk menulis. Sayang rasanya pengalaman menulis yang saya dapatkan dibiarkan begitu saja. Mungkin diawali dengan membuat postingan baru tiap minggu di blog ini ya. Itu juga kalau ada kesempatan, tapi semoga sih ada ya. Masa dalam waktu tujuh hari seminggu nggak bisa menyisakan waktu sekitar setengah jam buat menulis.
Buat saya, menulis itu ibarat kita mempunyai pisau, makin sering digunakan makin tajam. Tapi mungkin kalau terlalu sering juga malah bisa membuat tumpul kan?
Menulis juga buat saya seperti 'perjalanan jiwa', saya percaya tulisan bisa mencerminkan kepribadian seseorang. And believe me: I'm falling in love with my wife through her post in her blogs.

Tuesday, September 05, 2006

How Low Would You Go?

Due to confidential reasons...
this post has been deleted
please contact roi8890@yahoo.com for more information

Tuesday, August 15, 2006

Merdeka

Apa sih merdeka itu? Pertama-tama, lupakan sejarah, lupakan cerita orang tua jaman dulu, lupakan peperangan, lupakan senjata, dan jangan lupa juga, lupakan semua hal yang membelenggu pikiran.
Buat saya, merdeka itu adalah kebebasan untuk memilih, dan itu harus diawali dari mind-set kita masing-masing. Orang yang sudah merdeka adalah orang yang punya pilihan dalam kehidupan dan mau menjalani pilihan yang dia pilih, bukan sekedar membayangkan dan mengkhayalkan pilihan-pilihannya.
Merdeka buat saya berasal dari pola pikir kita, apakah kita bisa melihat pilihan? Dan apakah kita mau menjalin pilihan itu?
(dan jangan lupa, pilihan-pilihan itu ada konsekuensinya kan ...)
Dan kalau melihat Indonesia, terus terang aja saya selalu miris tiap kali 17 Agustus. Hari Kemerdekaan. Itu kata mereka. Tapi coba lihat ya, sebenarnya mungkin hanya secara hukum saja kita merdeka, tapi kondisi dan situasi di Indonesia sepertinya belum merdeka: hutang yang menumpuk, pemerintah yang korup, peraturan yang tumpang tindih. Saya miris.
Belum lagi kalau melihat teman-teman di daerah lain seperti Aceh dan Papua: Sepertinya ada sebagian teman-teman di sana yang belum merasa merdeka.
Buat saya merdeka adalah masalah kebebasan untuk melihat pilihan-pilihan dan menjalani pilihan-pilihan itu. Merdeka adalah kemampuan untuk melihat dan menjalani berbagai pilihan.
Jadi, kadang-kadang saya beranggapan bahwa orang-orang melayu sebelum tahun 1945 sepertinya lebih merdeka daripada kita sekarang. Mereka punya kemampuan untuk melihat berbagai pilihan dan menjalani pilihan itu.
Mereka melihat bahwa ada bangsa lain yang dengan seenak-udel melakukan eksploitasi, dan mereka memilih untuk menolaknya.
Sementara kita sekarang?

Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice or anything, if you're a man, you take it (Malcolm X.)

Wednesday, August 09, 2006

Gimana?

Iya? Gimana?
Pertanyaan itu terus-menerus diajukan saat saya berinteraksi dengan rekan-rekan dari kantor terdahulu. Mereka menanyakan (apa lagi kalau bukan...) pekerjaan baru saya.
Yaahh, masih dalam rangka adaptasi nih... (iya lah, baru kerja sekitar satu bulan, pindah bidang pekerjaan, perubahan ritme harian dan lain-lain)
Itu jawaban singkat saya. Saya sengaja memberi jawaban singkat karena:
pertama, saya malas memberikan jawaban panjang lebar
kedua, saya bukan tipe orang yang doyan berbicara (lihat alasan pertama)
ketiga, saya berpikir pragmatis: saya tidak mau membanding-bandingkan kantor lama dan kantor baru (karena saya juga tidak suka dibanding-bandingkan)
keempat, ... (nggak tau dan belum kepikiran-semoga nggak ada)
Karena pekerjaan baru ini, saya harus pergi pagi-pagi sekali dari tempat tinggal yang sekarang berada di perbatasan Bekasi sana. Paling telat jam 05:45, kami (saya dan istri) sudah harus pergi. Saya lebih baik datang kepagian daripada harus kena macet sepanjang perjalanan ke kantor, saya tidak mau energi pagi hari saya terbuang karena stres kena macet di jalan.
Di kantor yang baru, jam kerja efektif mulai 08:30 sampai 17:30. Tapi saya biasanya sudah tiba di kantor sekitar jam 06:45. Iya kepagian, but that's fine with me since I'm a slow-starter during office hour.
Saya memang masih beradaptasi, terutama dengan hal ini:
ketika pagi-pagi sudah datang ke kantor dan masih banyak waktu buat leye-leye sebelum jam kerja mulai, rasanya kok ya tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan...
TAAAPPPIIIII begitu masuk jam kerja, mulai deh serabutan kerja: ngetik sana ngetik sini, telepon-teleponan buat sekedar konfirmasi, mengirimkan dan membalas email-email, membuat berbagai daftar-daftar yang membuat pening kepala, sampai rapat-rapat di luar kantor yang kadang-kadang membuat pusing (remember? I'm a slow-starter, it requires a lot of time for me to change the client issues ...)
duh

Friday, August 04, 2006

Infotainment: Antara Dihujat dan Dinikmati

Coba tengok beberapa forum di internet atau lihat kembali beberapa mailing list yang Anda ikuti. Beberapa forum dan mailing list yang saya ikuti beberapa hari terakhir ini memuat polling tentang keputusan PBNU untuk memberikan fatwa haram kepada infotainment.
Hal pertama terlintas dalam benak saya ketika mengetahui hal ini adalah:
phew, finally...
Tapi nanti dulu, apa benar infotainment berhak mendapat fatwa haram? Karena setahu saya, fatwa haram itu biasanya dikeluarkan oleh MUI. Mungkin (ini hanya mungkin) fatwa haram PBNU itu dikeluarkan hanya untuk anggota NU saja (yang mungkin memang banyak).
Buat saya pribadi, tayangan infotainment itu lebih banyak hal negatifnya daripada positif. Siapa yang mau kehidupan pribadinya terekspos dan tersebar? Siapa yang mau maklum kalau insan infotainment itu terkesan 'gigih' dalam mengusik kehidupan pribadi orang lain? Kenapa juga tayangan infotainment semuanya harus mirip; isu-isunya hampir tidak jauh berbeda? Huh... nggak kreatif banget sih. Dan masih banyak lagi.
Tapi.... sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia kewartawanan, saya mengacungi jempol untuk wartawan infotainment untuk mengetahui informasi (terlepas bahwa itu adalah informasi pribadi), dan membeberkannya. Coba kalau untuk bidang lain, minimal bidang ekonomi. Misalnya saja, siapa yang bisa meramal tingkat inflasi dua bulan sebelumnya? Atau pembelian besar-besaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan jauh hari sebelum perjanjian pembelian ditanda-tangani? Kayanya nggak ada ya...
Bandingan dengan infotainment, dua bulan atau ada yang sampai enam bulan sebelumnya, kru infotainment bisa melihat retaknya sebuah rumah tangga, perselisihan antara artis dan manajemen atau PH, selebritis-selebritis yang menjalin hubungan, pokoknya banyak deh.
Seandainya saja (seandainya saja lho) para jurnalis di Indonesia mempunyai semangat seperti kru infotainment untuk mengejar sebuah berita, sepertinya kita tiap hari bakalan bisa melihat berita-berita menarik ya



Tiba-tiba saja saya teringat dengan ungkapan man behind the gun. Segala sesuatu yang ada di dunia ini kan tergantung dengan orang yang melakoninya.
Pistol di tangan pihak yang baik dan benar bisa menjadi senjata ampuh untuk menegakkan keadilan (atau apalah namanya itu yang bisa membuat kita lebih nyaman menjalani kehidupan).
Tapi kalau di tangan penjahat? Ya berabe dong.
Sama juga dengan kasus infotainment ini. Jangan-jangan yang harus dicermati disini adalah sifat dan sikap masyarakat Indonesia secara keseluruhan, secara global.

Friday, July 21, 2006

Tentang Pemerintah

Pagi ini, ketika mendengar i-radio dalam perjalanan ke kantor, tiba-tiba saya menyadari kemungkinan kenapa saya bosan pada kerjaan saya yang terdahulu sebagai jurnalis: saya bosan dengan semua kebohongan sumber-sumber berita; baik itu pejabat pemerintah atau eksekutif perusahaan swasta.
Sepertinya nggak ada bener semuanya
Padi tadi, penyiar i-radio, Rafiq (Bang kalo salah nulis namanya jangan digampar ya... hehehe) dan Putri membahas tentang alur informasi gempa, yang katanya sempat diperoleh oleh menristek sekitar 45 menit sebelum gempa melanda Pantai Selatan Laut Jawa. Tapi pada saat rapat kerja dengan Komisi VII kemarin, Kusmayanto Kardiman mengaku menerima informasi 4 menit setelah gempa terjadi.
Koran Tempo di headline utama hari ini menyebutkan ada 39 menit waktu yang disia-siakan pemerintah sejak Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (Pacific Tsunami Warning Center) dan Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan.
...
...
saya jenuh mendengar alasan kekanak-kanakan pemerintah. Data per 20 Agustus 2006 siang kemarin (masih dari Koran Tempo) sudah ada 547 korban tewas, 465 korban luka, 323 korban hilang, dan 51.541 orang jadi pengungsi di negeri sendiri.
Sementara pemerintah sampai sekarang masih saling lempar tanggung-jawab tentang tidak adanya tindakan-pencegahan yang harus diambil.
Masih ada yang lainnya; Badan Meteorologi dan Geofisika ngaku sudah mengirimkan sekitar 400 sms sesaat setelah terjadi gempa, kemana? Kemana-mana dong.... radio, pejabat, tv. Mereka juga katanya ngirim ke Kantor Berita 68-H (what this 'H' stand for anyway? somebody can tell me?) dan RRI (Radio Republik Indonesia)
Nyampe? ah kalo nyampe sih urusan nanti, yang penting kan niat. Parni Hadi dari RRI dan Mas Heru dari 68-H ngaku pihaknya nggak pernah nerima sms seperti itu.
Saya jadi berpikiran, mungkin orang yang tinggal di Indonesia harus menanggalkan nurani mereka, biar bisa tega-an. Cuek bebek aja. Seperti salah satu judul berita di halaman pertama Pos Kota hari ini: Cinta Sedarah Ditentang, Kakak Gergaji Adik ....

Wednesday, July 12, 2006

Minggu Pertama

Percaya atau nggak, baru seminggu saya kerja di tempat baru ini, sudah ada tiga orang yang mengundurkan diri. Ya ampun, Am I bad 'karma' or what?
Secara keseluruhan sih, tempat baru ini lumayan menyenangkan (despite I still get 6 o'clock in the morning arrival policy for two weeks as a new employee, it makes me already sleepy by 11 o'clock cos I have to get up much more early than usual, three o'clock in the morning for to day for example).
Seminggu pertama disini, saya masih harus beradaptasi dengan segala sesuatu yang baru: teman-teman baru, tempat kerja baru, komputer baru, bangunan baru, lalu lintas baru, pokoknya 'hampir' semua yang berbau baru-baru.
Ada beberapa briefing perkenalan yang ngebuat saya ngeh dengan pekerjaan baru ini.
Berhubung masih 'baru', terus terang saya masih agak segen untuk becanda sama teman-teman di sini. Chemistry-nya blon dapet...
Tapi ternyata, beberapa teman di tempat kerja yang dulu udah terlanjur cerita keseharian saya di kantor dulu. Dan sudahlah teman-teman di sini bertanya-tanya :
Kamu kan doyan makan, kok sedikit sih makannya? (padahal...)
Elo sebenernya pendiem nggak sih? (hihihihi...)
Elo sukanya makan biscuit yang dicelup ke susu ya?
Ya Amplop....

Friday, June 30, 2006

see you later....

kotak biru kecil tempat keple'an
15 helai kertas coretan nomor sumber
notes ukuran sedang yang sebagian kecil ujungnya terlipat-lipat
drrrrrrtttttt...enam pesan masuk di handphone
enam buah name card holder
satu charger erisson
satu konektor USB
satu cradle palm
satu radio tape walkman
satu earphone
berbagai macam prentilan nggak jelas mulai dari sendok kecil, patung kucing kecil sampai satu buah CD-RW yang ternyata belum terpakai
semoga nggak ada yang kelewat
dan semoga
dan semoga
semoga

Thursday, June 29, 2006

I hate good bye

Judul di atas adalah awal dari email perpisahan saya di tempat kerja saya sekarang ini. Besok adalah hari terakhir saya kerja di kantor yang selama hampir enam tahun saya datangi.
Tapi ternyata susah juga ya membuat kata-kata buat perpisahan. (Sebenernya sih bukan perpisahan, toh saya dan teman-teman di kantor ini kan masih bisa saling ketemuan).
Coba aja liaat awalnya: 'I hate good-bye' basi banget nggak sih? Saya pengennya sih ngebuat email perpisahan yang breath-taking words... nggak perlu puitis, tapi 'kena', and that's a big problem considering that I only have a one day to think about it.
Belum lagi ucapan terima kasih buat teman-teman di kantor ini dan berbagai nara sumber. Coba lihat, teman-teman reporter di Jakarta saja ada sekitar 100 orang, belum teman-teman di daerah, belum teman-teman di bagian lain, belum lagi teman-teman di perusahaan... udah deh.
huh
huh
huh

Monday, June 19, 2006

doubt....


iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........
iya........... nggak...........

Monday, June 12, 2006

the job

...
well roi, we're offering you the job
I guess you will fit in and get along with this company
...
that's it
that's the answer that I'm looking for.
Maybe she didn't realized that waiting for that kind of answer is making me nervous, just like when you have crush on a cute girl and ask her if she want to be your girlfriend.
that's it

Friday, June 09, 2006

tentang posko

Ada yang tau kepanjangan apa Posko itu?
Sekarang ini banyak sekali posko yang didirikan berbagai organisasi untuk menggalang dana bantuan buat Yogya.
Setahu saya, posko itu singkatan dari Pos Komando, dan istilah komando ini biasanya digunakan di dunia kemiliteran. Jadi bayangan saya, posko itu semacam tempat untuk berkumpul para komandan militer untuk membahas aksi operasional mereka di lapangan.
Tapi nanti dulu, yang namanya komandan di dunia militer itu kan biasanya hanya satu orang, bukan banyak orang.
...
ahhh
mungkin posko yang dimaksud oleh organisasi-organisasi yang peduli itu kependekan pos koordinator, tempat untuk mengkoordinasikan berbagai sumbangan yang bakalan disalurkan ke Yogya, jadi lebih gampang diatur oleh mereka.
Tapi....biasanya kan yang jadi koordinator itu satu orang atau satu lembaga biar lebih teratur.
Kok semuanya mau jadi koordinator ya? padahal konsekuensinya kan berat.
entahlah

Friday, June 02, 2006

Pancasila ?

Saya sekarang tidak hapal pancasila.
Coba ya
Kesatu: Ketuhanan Yang Maha Esa
Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Ketiga: Persatuan Indonesia
Keempat: Kerakyatan yang dimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan (ini setelah saya mencoba menggali ingatan, dan termenung sekitar dua menit)
Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Ada yang mau mengoreksi?
Silahkan...
Mungkin ini juga yang harus dilakukan terhadap Pancasila sekarang ini, KOREKSI.
Bukan koreksi pada lima sila tadi, dan bukan pula koreksi pada butir-butir P4 (Pedoman Penghayatan Pada Pancasila ... ini boleh juga dikoreksi kalau salah kepanjangannya).
Pancasila itu bagus, cuma sayangnya tingkat kebagusan itu masih ada dalam taraf ide saja, bukan pada taraf pelaksanaan.
Coba deh renungkan lagi, kalo memang Pancasila benar-benar diterapkan di Indonesia, mungkin kita bisa menjadi sebuah negara yang bermartabat. Bukan seperti sekarang ini, terkenal karena birokrasinya yang berbelit, tingkat korupsi yang menjulang, budaya yang semakin merapuh... masih banyak lagi.
Koreksi yang dibutuhkan oleh Pancasila sekarang ini ada pada tingkat penerapan, pelaksanaan dan kenyataannya di lapangan yang sekarang ini nol besar.
Mungkin koreksi ini seharusnya dilakukan dari beberapa tahun yang lalu.
Pada saat saya masih bersekolah dulu, mulai dari SMP, SMA dan kuliah, materi penataran P4 selalu tidak lepas pada saat masa orientasi. Saya tidak tahu apakah setelah tahun 1994 kalangan perguruan tinggi masih menerapkan orientasi yang juga mencantumkan Program Penataran P4. Sepertinya tidak ya...
Tapi bahkan Program Penataran P4 tadi tidak terlalu efektif mengenalkan Pancasila. Kalau boleh saya bilang, Program Penataran P4 itu tidak lebih daripada program promosi berbagai kebijakan pemerintah orde baru. Bukan mengenalkan Pancasila secara keseluruhan.

Thursday, June 01, 2006

Tentang Menulis

Menulis itu (kadang-kadang) bisa susah. Kalau tidak percaya, bisa tanya ke setiap penulis atau jurnalis cetak. Buat para penulis, istilah writers-block sepertinya sudah cukup diakrabi. Saat-saat dimana kemampuan menulis tidak bisa menjembatani ide yang berkembang di kepala.
Buat para jurnalis cetak, yah... permasalahan memilih lead berita sepertinya sudah jadi penyakit biasa. Pulang liputan, dapat hasil wawancara, tapi ketika ingin dituangkan menjadi sebuah berita, kadang-kadang si jurnalis agak terpekur. Memikirkan kepala berita yang cocok.
Kemarin, ketika sedang chating dengan ibu ini, saya juga tertegun ketika dia bertanya, "kamu suka nulis apa?"
...
Iya ya, saya suka nulis apa ya?
Kalau masalah kewajiban, ya hampir setiap hari saya menulis berita. Tapi masalah suka atau tidak suka, itu sepertinya lain.
Menulis di blog? Yah kurang lebih ini sih sebuah jurnal, cerita kehidupan, pandangan pribadi, yang bisa jadi hanya sarana pengungkapan perasaan...deuuu.
Tapi sebenernya, salah satu tujuan saya punya blog adalah; saya ingin kemampuan menulis saya tidak terpaku kepada kemampuan menulis berita semata. Ini bukan berarti saya penulis berita yang baik lho, saya hanya ingin punya media selain tempat kerja saya bekerja untuk bisa menulis sesuka hati saya. Tanpa harus memperhatikan tenggat waktu, tanpa harus memperhatikan kaidah penulis; piramida terbalik, 5W+1H, pemilihan kalimat aktif-pasif dan tetek bengek lainnya.
Saya ingin mengembangkan kemampuan menulis saya lewat media blog.
Dan kalau diperhatikan, cukup banyak blog-blog yang menurut saya mempunyai nilai tambah dari sisi penulisan. Dan gaya penulisan blog-blog itu tidak monoton, ada yang romantis, ada yang runut, ada yang abstrak, tapi tetap saja semuanya menarik untuk dibaca.

Tuesday, May 30, 2006

Bencana Yogya dan Pikiran Kotor Saya

Bencana memang selalu datang tidak terduga, seperti yang terjadi di Yogya akhir pekan lalu.
Saya ingat betul pagi itu saya sedang bersiap pergi ke luar kota dengan nenek saya, dan ada tag-line dari pembaca berita yang mengatakan:
"Pemirsa, baru saja kami mendapat informasi tentang gempa yang cukup besar yang terjadi di Yogya, informasi selanjutnya bisa ada saksikan...."
that's all.
Seharian itu saya tidak mendapatkan informasi tambahan mengenai gempa di Yogya. Perjalanan Jakarta-Bandung-Sumedang-Ciranjang, Cianjur-Jakarta cukup menyita tenaga dan perhatian saya.
Saya agak tertegun ketika pada malam hari istri saya memberitahu ada sekitar 3.000 lebih korban dari gempa di Yogya itu. "Dahsyat juga gempanya..." begitu pikiran saya.
(Data per Selasa, 30 Mei 2006 jam 0700 dari Departemen Sosial yang saya kutip dari Detik.com menyebutkan ada 5.421 korban jiwa. Rinciannya bisa dilihat disini)
.....
Kemarin, seorang teman saya yang tinggal di daerah Ciputat misuh-misuh, karena dalam perjalanan ke kantor banyak sekali organisasi-organisasi yang meminta sumbangan untuk disalurkan ke yogya. Mereka berdiri di tengah jalan, memegang kardus yang tidak terlalu besar dengan tulisan, yang kurang lebih isinya adalah: program peduli yogya...atau seperti itu lah.
"Emangnya bener mau disalurin ke yogya gitu? bikin macet jalan iya, duitnya nggak jelas mau dikemana-in..." Begitu pertanyaan sinis dia.
Mau tidak mau, saya sedikit terusik juga oleh pertanyaan sinis dia.
Seberapa besar kapabilitas organisasi-organisasi itu untuk menyalurkan bantuan kepada rekan-rekan kita di yogya? Apakah nanti bantuannya merata? Atau jangan-jangan (maaf kalau saya berpikiran kotor) yang disumbangkan hanya sebagian kecil daripada jumlah yang diberikan oleh para pengguna jalan...
Bagaimana meyakinkan orang lain untuk mempercayakan orang lain untuk ikut menyumbang?
Program peduli seperti itu harus juga disertai infrastruktur transparansi yang memadai.
Televisi atau koran mempunyai cara agar para pemirsa menyumbang lewat mereka. Kalau di TV, stasiun yang bersangkutan bisa menayangkan perkembangan dana sumbangan yang telah masuk lewat tayangan mereka, koran juga bisa berbuat seperti itu. Untuk pertanggung-jawabannya, mereka biasanya membuat liputan khusus atau tayangan khusus penyaluran bantuan. Dengan demikian, pemirsa dan pembaca mereka bisa diyakinkan untuk menyumbang. Masalah percaya atau tidak, itu mungkin urusan lain. Yang harus digaris-bawahi adalah adanya upaya untuk menyediakan infrastruktur tranparansi.
Apa yang terjadi kalau ternyata pihak-pihak yang ingin mengadakan progam peduli itu tidak mempunyai infrastruktur seperti tv atau koran tadi?
Kalau kasusnya yang menyebar kotak di jalan seperti di atas tadi, yang bisa dilakukan adalah.
Pertama adanya kontak nomor telepon, email atau sarana komunikasi lainnya milik individu yang bertanggung-jawab dalam pelaksanaan program itu.
Misalnya saja diatas tulisan Program Peduli Yogya yang ditempel pada kotak sumbangan ada juga tulisan: Hubungi Blognya Roi Untuk Mengetahui Aliran Dana Anda di Nomor Telepon 08128123***. Memang tulisannya kepanjangan sehingga mungkin jadi kecil, tapi selama tulisan itu bisa terbaca oleh yang menyumbang, hal maka itu bisa menjadi nilai tambah karena orang yang menyumbang bisa melakukan konfirmasi langsung.
Kedua Data rekapitulasi dana harian dan rinciannya harus ada, sehingga orang yang menyumbang bisa mengetahui bahwa panitia program peduli dana itu juga melakukan kerja dengan sepenuh hati serta mengerjakan hal itu dengan baik dan benar. Dan bukan sekedar mengasongkan kotak sumbangan saja.
Ketiga jangan ragu-ragu untuk memberikan informasi mengenai aliran dana yang telah didapat, misalnya saja seperti: Sebagian Dana Sumbangan Anda Akan Digunakan Untuk Memberangkatkan 150 Relawan Medis dan Logistik ke Bantul, Sleman, dan Yogya pada hari ... atau Sumbangan Anda Akan Sepenuhnya Kami Salurkan Melalui Kerjasama Dengan .....
tranparansi, tranparansi, dan transparansi
Mungkin itu kunci utama untuk mendapatkan kepercayaan orang lain.
5.000 jiwa bukan jumlah yang sedikit, ada anak-anak terlantar, orang tua yang menjadi tunawisma, pelajar yang putus sekolah, jiwa yang terkoyak, dan masyarakat yang menjadi cacat. Setiap bantuan, apa pun bentuknya, pasti sangat berguna buat mereka.

perkembangan informasi proses pemulihan di yogya bisa dilihat antara lain di Gempa Jogja, media center, dan Commonroom Network.

Wednesday, May 17, 2006

internet

Pagi ini, saya kembali dibuat takjub oleh teknologi yang namanya internet ini. Teknologi yang bisa membuat kita semua merasa dekat kembali, bisa memicu hormon pengingat di pikiran kita.
Saya sudah lama punya keanggotaan Friendster, tapi berhubung di kantor Friendster di blok, jadi saya amat sangat jarang mengakses situs itu. Saya baru bisa mengakses Friendster dari luar kantor dan kalau ada kesempatan yang sangat longgar, seperti sekarang ini, saat saya cuti dari kantor.
Log-in ke Friendster, dan klik sana klik sini, akhrinya sampai di profile teman-teman waktu SMA dan kuliah. Waahh... tersebar semuanya....
ada yang masih kuliah di Jerman, ada yang sibuk di perusahaan tambang di mongolia sana, ada yang lagi nunggu momongan, ada yang programmer di Aussie sana, berbagai kabar berseliweran.
Dan rasa-rasanya dulu saya nggak kepikiran kalau mereka bisa jadi seperti ini sekarang.
Bless you all my friend
SMPN 2 Bandung 1988-1991
SMAN 1 Bandung 1991-1994
Teknik Sipil Itenas Angkatan 94

...
Karena hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
...

(SO7)

Tuesday, May 09, 2006

(my) sanctuary

Saya sudah lama nonton Series of Unfortunate Event yang dibintangi Si Muka Karet Jim Carrey. Film itu merupakan film-film perkenalan saya terhadap film drama Hollywood, sebuah genre film yang bakal saya tonton paling akhir kalau tidak 'dicekoki' oleh istri saya.
Selain film itu, ada film drama lain yang dibintangi oleh Jim Carrey, yang juga cukup 'kena' buat saya sebagai penggemar film partisan: Eternal Sunshine of The Spotless Mind. Saya suka terjemahan judul film ini: Matahari Abadi Dalam Pikiran Tak Bernoda.
Anyway,
Ada salah satu adegan di Series of Unfortunate Event yang cukup berkesan. Settingnya waktu itu di rumah Count Olaf. Setelah ditinggalkan petugas kesejahteraan sosial Mr Poe, setelah mengetahui pekerjaan yang menumpuk yang harus dikerjakan, setelah mengetahui betapa culasnya Count Olaf; si bungsu Sunny Baudelaire mulai menangis, tertekan dan kangen kepada dua orang-tua mereka yang telah meninggal.
Klaus Baudelaire, anak kedua, mulai stress dan marah-marah. Kabur nggak bisa, diem di rumah dikerjain terus.
Untung ada si sulung Violet Baudelaire yang cukup bijaksana. Setelah membuat tenda mungil dari taplak meja, dengan penerangan lilin seadanya, dan foto almarhum kedua orang tuanya, Violet mengajak masuk kedua adiknya.
Sambil memangku si bungsu Sunny, dia kurang lebih berkata "This is our sanctuary."
Sanctuary, tempat dimana kita merasanya nyaman dan tentram, dan tidak peduli dengan kejamnya kehidupan.
Kalau mengingat hal itu, saya pernah jadi sedikit iri kepada Baudelaire Bersaudara, mereka bisa menemukan sanctuary mereka sendiri dalam keadaan yang sangat menyedihkan.
Tapi buat saya sekarang, sanctuary itu bukan berupa tempat seperti mereka. Sanctuary itu bisa terwujud dari sebuah usapan, kecupan, atau dekapan dari istri.
Maybe sanctuary is just about state of mind....

Friday, May 05, 2006

kangen pulang

di tengah teman-teman yang sibuk di depan komputernya masing-masing
di tengah alunan slank kamu harus pulang
saat kantor sudah mulai sepi menjelang weekend
saat ac di kantor dan lampu ruangan sudah akrab dengan badan
tiba-tiba saja saya kangen
saya kangen pulang ke bandung
saya kangen pulang ke rumah
padahal saya sekarang ini sepertinya sedang bingung menentukan definisi rumah: tempat tinggal atau tempat di mana kita bisa merasa nyaman? Buat saya itu hal yang berbeda, tapi mungkin tidak buat sebagian orang yang lain.
saya mau pulang
saya mau ke bandung
saya ingin kenyamanan yang seperti dulu lagi
sepertinya saya memang butuh cuti panjang buat mengistirahatkan pikiran. Walaupun agak susah, karena pekerjaan yang saya tekuni sekarang sepertinya tidak mengizinkan saya buat terlena dalam liburan yang lama, kecuali resign alias mengundurkan diri.
Mungkin saya sudah jenuh dengan pekerjaan ini, mungkin saya butuh suasana lain.

Monday, May 01, 2006

May Day

Pagi ini, kami berangkat kerja lebih dini, khawatir terjebak demo buruh untuk memperingati May Day atau Hari Buruh Internasional. Padahal tempat tinggal kami yang sekarang tidak terlalu jauh dengan tempat kerja, kalau tidak kena macet mungkin perjalanannya hanya memakan waktu sekitar 15 menit.
Tapi ini Jakarta bung, jangan harap pagi-pagi jalanan lancar kalau bukan bersamaan dengan long weekend atau libur hari raya, seperti lebaran.
Jadi begitu lah, pagi ini kami ke kantor lebih pagi, dan herannya jalan Casablanca di daerah tebet yang biasanya ngantri ternyata agak lancar.
Saya hanya berharap demo kali ini, meskipun katanya jumlah pesertanya lebih dari 40.000 orang, tidak mengundang aksi anarkis.
Tapi sepertinya susah ya...
kalau orang-orang sudah tumplek-plek, sepertinya susah sekali kalau tidak mengundang kerusuhan. Bukan orang Indonesia namanya kalau nggak buat masalah...

Wednesday, April 26, 2006

Instructions

Dads, Please Read Carefully
Before Raising
----------------------------
This is baby, it needs you.
It needs your love, your touch,
and your time. Spend lots of
time with it. Build a bird house,
read a book. Go for a walk,
do homework, play. The more
time you spend, the better chance
it has of growing up happy
and healthy. It grows
very quickly. Pay attention,
never underestimate
the difference you make
------------------------------
It Takes A Man To Be A Dad

courtesy of: www.fatherhood.org

Tuesday, April 18, 2006

naik kerita api tuut tuut tuut

Waktu saya masih kecil, lagu itu sering dinyanyikan di kelas taman kanak-kanak
naik kereta tuut tuut tuut
siapa boleh ikut
ke bandung-surabaya
boleh lah naik dengan percuma
ayo kawanku lekas naik
kereta ku tak berhenti lama

lagu yang terpatri jelas di ingatan, karena kami menyanyikannya sambil memegang pundak kawan di depan kami. Bermain kereta-kereta-an.
Waktu saya di perguruan tinggi, saya mendapat dua jenis mata kuliah tentang kereta api: Rekayasa Lalu Lintas dan Teknik Jalan Rel. Di kuliah Rekayasa Lalu Lintas saya baru mengetahui bahwa kereta api merupakan sarana transportasi yang paling efisien dan efektif jika dibandingkan moda transportasi lainnya. Kuliah Teknik Jalan Rel, membuat saya selalu memperhatikan jalan rel, lengkap dengan penjepit bantalannya, lama setelah saya meninggalkan bangku kuliah. Kuliah Teknik Jalan Rel juga melengkapi ingatan saya tentang kertas gambar yang cukup besar, hampir seperempat luas meja tenis meja, untuk membuat tugas asistensi lay-out stasiun kereta.
Sejak kerja di Jakarta juga saya lebih suka menggunakan kereta api untuk perjalanan Bandung-Jakarta. Alasannya adalah relatif lebih cepat dan pemandangan yang bisa membawa nuansa lain. Ada satu spot yang selalu saya nantikan, bukit persawahan di daerah Purwakarta, yang biasanya menghijau saat awal musim panen atau kuning keemasan menjelang panen. Dan jangan pula lupakan sinar mataharinya....
Tapi sekarang sepertinya buat orang banyak bakalan berpikir dua kali kalau mau menggunakan kereta api. Coba ingat lagi, dalam satu bulan terakhir ini ada berapa kali kecelakaan kereta api? Tiga kali atau lebih mungkin ya? terakhir kali yang terjadi sore ini: tabrakan antara KRL Eksekutif Pakuan dan Metromini.
Kenapa ya sekarang sering sekali terjadi kecelakaan kereta api?


NB: Untuk urusan kertas tugas yang besar-besar, sepertinya teknik sipil nggak ada duanya ya... Kertas tugas asistensi teknik jalan rel itu masih cukup kecil kalau dibandingkan dengan kertas tugas mata kuliah lainnya. Kertas tugas yang paling besar yang saya pernah gunakan adalah kertas tugas mata kuliah Irigasi. Besarnya hampir seluas meja pingpong.
Kalau mau kertas tugas yang agak panjang, silahkan ikut kuliah teknik rawa atau teknik pantai. Pemetaan tinggi dan panjang gelombang air laur memaksa kami untuk membeli kertas milimeter blok yang panjangnya hampir tiga meter, padahal lebarnya mungkin setengah meter.
Dan kalau kertas tugas yang lumayan ngejelimet, silahkan ambil mata kuliah Bangunan Air. Detil bendungan dan fluktuasi tinggi muka air digambar sedetil-detilnya. Jangan lupa juga hasil hitungan harus disesuaikan dengan gambar.
Tapi jangan khawatir, sebagai permulaan ada kuliah Menggambar Teknik. Yaah mungkin untuk mata kuliah ini kami harus belajar ke rekan-rekan kami yang kuliah arsitek. Mereka memang lebih gape, tugas yang biasanya dikerjakan berminggu-minggu oleh mahasiswa teknik sipil, bisa diselesaikan dalam hitungan hari oleh mereka. Tapi jangan lupa berlembar-lembar kertas ukuran A3 dan A2 yang digunakan di mata kuliah ini.

Monday, April 17, 2006

Our First Anniversary

To day, is our first anniversary.
Setahun yang lalu kami menikah. "Setahun yang lalu, jam segini, aa lagi ngapain?" dia bertanya ketika kami sarapan. Saya berusaha mengingat-ingat kembali, pagi-pagi seperti tadi, setahun yang lalu, saya sedang apa ya? Mungkin baru bangun tidur.
Time flies kata orang-orang, dan ternyata saya mengalami hal itu.
Saya mencoba mengingat-ingat lagi awal pertemuan kami, saat kami bertemu untuk kedua kalinya (... janjian nonton film ...), hal-hal yang kami lalui ketika kami berpacaran, menyiapkan pernikahan, hingga saat-saat sekarang, menjalani pernikahan kami.
Terus terang kami masih belajar, belajar untuk saling mengerti diri sendiri, belajar untuk memahami saya dan dia, belajar dan terus belajar. Seperti anak kecil yang mau sekali bermain sepeda melaju bersama dengan teman-temannya, harus belajar dan berlatih pada saat yang bersamaan. Tidak takut jatuh dan sakit.
Saya merasa amat beruntung.
Waktu memang terbang ...
saya merasa agak kesulitan untuk mengingat-ingat kembali semua kenangan itu, saya hanya merasa .... bahkan saya merasa kesulitan untuk mendeskripsikan perasaan saya. Orang barat sana bilang mungkin ada kupu-kupu yang berterbangan ke sana kemari di hati saya, teman saya bilang mungkin rasa itu seperti kehangatan matahari pagi, ada lagi yang bilang mungkin rasa itu seperti kedamaian saat memandang matahari hitam keemasan di penghujung senja. Mungkin itu semuanya benar.
i love you more each day ade sayang

Sunday, April 16, 2006

(another) Big Day

Kemarin, sepertinya merupakan salah satu hari yang cukup bersejarah buat saya. Hari ketika kami sekeluarga mengadakan pengajian empat-bulan buat istri saya yang sedang mengandung. 15 April 2006 alias 17 Rabiul Awal 1427
Mengapa pengajian empat bulan? Yaah... dalam agama saya ada keyakinan bahwa dalam proses kehidupan, Yang Maha Kuasa meniupkan ruh ke janin yang hampir berumur empat bulan. Jadi dalam upaya mengharapkan hal-hal yang baik, kami mengadakan pengajian buat jabang bayi yang masih dalam kandungan itu.
Sebenarnya, sudah sejak lama saya ingin menanyakan sesuatu hal ke bapak saya: Bagaimana perasaan dia ketika tahu bahwa ibu saya mengandung untuk pertama kalinya?
Karena terus terang, saya sendiri sering bingung sendirian. Saya selalu merasa 'diseret' oleh keadaan ketika harus memasuki berbagai tahap kehidupan. Bukan berarti saya menyesali saya berbagai tahapan kehidupan yang telah saya lewati (... karena pada akhirnya saya selalu menganggap tahapan kehidupan itu berharga buat saya: sekolah, pacaran, kerja, menikah... ), tapi saya selalu merasa tidak siap buat masuk ke tahapan yang baru.
Seperti sekarang ini, sering sekali saya bertanya-tanya ke diri saya sendiri apakah saya siap untuk menjadi seorang bapak? Karena bahkan saya selalu menyadari bahwa saya menyimpan sifat kekanak-kanakan.
I wonder if every single flower has been tought to bloom
...
ini semua membuat saya bingung.
Tapi toh ada hikmahnya juga, karena nanti jika anak saya menanyakan hal yang sama yang ingin saya tanyakan sekarang: "Yah, gimana perasaan ayah waktu bunda mengandung buat pertama kalinya?"
Well sonny, ayahmu waktu itu bingung, bingung se-bingung-bingungnya. Tapi sepertinya itulah jalan kehidupan, nggak seru kalau nggak pake bingung. Itu hanya tahapan kehidupan, nanti kamu bakalan tahu rasanya seperti apa, dan tiba-tiba, tanpa kamu sadari, waktu berjalan cepat dan anak kamu nanti menanyakan hal yang sama.

Monday, April 03, 2006

Penyakit Kambuhan

Ini mungkin salah satu penyakit kronis Jakarta, selain banjir musiman tentunya: macet di awal pekan setelah long-weekend. Dan pagi ini, saya terjebak di daerah yang sebelumnya belum pernah (atau jarang?) macet, yaitu di depan Sampoerna Strategic Square, atau biasa dikenal akses bebas three in one menuju Plaza Semanggi.
Berangkat dari rumah, saya sudah bisa melihat bahwa Casablanca macet, dan kemungkinan macet total karena kendaraan di atas flyover Stasiun Tebet bergerak amat perlahan, kalau tidak bisa dikatakan tidak bergerak. Akhirnya saya lewat jalur alternatif Manggarai.
Alhamdulillah sampai kantor istri di kawasan Setiabudi Kuningan, sepertinya nggak ada kemacetan yang parah-parah banget. Tapi ketika meneruskan perjalanan ke kantor... taadaaa... : macet di depan Sampoerna Strategic Square, ya ampun.
Antrian kendaraan di depan gedung ini akibat dari antrian kendaraan di Casablanca yang mau muter balik di bawah flyover Sudirman, untuk kemudian belok kiri di belakang Gedung HSBC.
Dan antriannya mulai dari sebelum tanjakan flyover, jauh ke belakangnya. Ya Ampun...
OK Guys Holiday is over
OVER!!!

----------------------------

Up Date 5-th April 2006
ternyata macet itu bukan awal minggu aja, karena minggu ini Jakarta jadi tempat favorit demo kalangan buruh se-jabodetabek, malah mungkin se-Pulau Jawa.
Hari Selasa kemarin misalnya, indikator kemacetan (menurut seorang teman) bisa dilihat dari jajaran bus transjakarta di sepanjang jalan Thamrin, tepatnya di depan Gedung Bank Indonesia.
Tadi pagi, seorang teman sempat memberitahu bahwa dalam perjalanan ke kantor, di Tol Cikampek, dia sempat melihat 40 bus berisi buruh yang menuju Jakarta. O My God...
Dari radio, dia dengar juga sekitar 1.000 motor di stop di jalan Tol Cikampek. Sementara detik.com pagi ini memberitakan ada 80 motor buruh yang sempat masuk tol Cipularang.
Pagi ini juga, ada teman kantor yang sempat nyeletuk: "Kok yang demo itu buruh ya? Padahal kita juga kan pekerja.... harusnya kita juga iku berjuang sama mereka kan?"

Saturday, March 04, 2006

Pertanyaan Tentang Makanan

Ayah mertua saya, selalu penasaran dengan pertanyaan ini: apa perbedaan lotek dengan gado-gado?
Sayuran yang digunakan sama (mungkin ya), bumbu yang digunakan juga sama, bumbu kacang.
Saya baru kemudian menyadari, hampir tidak ada penjual lotek yang juga menjual gado-gado, demikian juga dengan penjual gado-gado, jarang saya yang melihat mereka juga menjual lotek.
Waktu berkunjung ke Bandung beberapa waktu yang lalu, pertanyaan itu ditanyakan hampir ke semua kerabat di sana. Kadang-kadang saya berpikir pertanyaan itu hanya bahan manjur untuk basa-basi kepada orang Bandung.
Tapi tetap saja dia sepertinya tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Buat saya sendiri, perbedaan antara lotek dan gado-gado adalah: sayur yang digunakan. Biasanya gado-gado menggunakan sayuran yang sudah direbus, sedangkan lotek biasanya menggunaan sayuran segar.
Tapi timbul pertanyaan lain lagi, bedanya dengan karedok apa dong? Yaa... karedok biasanya menggunakan surawung atau kemangi.
Kayanya masalahnya selesai.
Tapi tadi sore ketika jajan bubur, timbul pertanyaan yang menggelitik: apa bedanya es kelapa dengan es kopyor?
Bahkan pedagang yang menjualnya pun kebingungan waktu saya tanya. Kebetulan dia menjual es kelapa dan es kopyor di tempat dan waktu yang sama.
Tapi apa bedanya?

Monday, February 27, 2006

birthday present


"...jadi masa kehamilan itu 40 minggu ya dok?"
"Iya, 40 minggu, tapi biasanya kalau anak pertama itu kemungkinan bisa lebih cepat"
"oohhh"
"dan kalau yang ini, perkiraan saya lahirnya nanti, 10 Oktober."
"...."
well then, i guess my wife don't have to bother to get a present for me

Wednesday, February 22, 2006

Broken Flower

...
every seasons
has its end

...

itu saja yang teringat oleh saya, seusai diajak teman saya buat nonton film premier: Broken Flower siang tadi. Kutipan itu diambil dari theme song film itu, muncul ketika awal film, di tengah-tengah film, dan akhir film. Saya juga suka beat lagu itu.
Tentang film-nya sendiri, jangan berharap banyak buat yang suka film Hollywood. Film yang dibintangi oleh Bill Murray dan Sharon Stone ini merupakan jenis film festival. Bahkan katanya sempat diputar di Jiffest tahun lalu. (too bad i miss Jiffest...)
Tapi menonton Broken Arrow bagi saya adalah seperti kita berbicara dengan seorang teman dekat, mendengar cerita kehidupan dia sambil duduk ngopi di sebuah cafe, di sebuah sore yang hangat.

Friday, February 17, 2006

Menulis

Saya sering kali merasa ingin menulis sesuatu di jurnal on-line ini ketika mendapat ide, tapi terkadang saat-saat seperti itu tidak memungkinkan. Saat di angkutan umum, saat mendengarkan presentasi dalam konferensi pers, saat berjalan melintasi jembatan penyeberangan, saat menonton tv atau film, saat 'diceramahi' nenek, saat bermain dengan keponakan, saat mendengarkan istri berbicara, saat melamun, saat....
Begitulah
Dan sore ini saya mau membalikkan itu semua. Sekarang, kondisinya cukup nyaman buat saya dan cukup memungkinkan untuk menulis sesuatu di jurnal on-line ini.
Jum'at sore hari di sebuah food-court yang cukup ramai di bilangan Casablanca, duduk sendirian di dekat jendela besar-besar yang memungkinkan saya melihat Mega Kuningan dan keramaian jalan sore hari di Casablanca, ditemani dengan alunan dari gumaman Elvis 'The King' Presley: Crying in The Chapel, juga tidak lupa Vietnamesse Coffe yang sudah hampir habis.
Tapi saya tidak ada ide menulis. Hahahaha.
Saya jadi bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan seorang JK Rowling ketika menulis cerita Harry Poter di sebuah cafe, apakah sempat mengalami writers block?
Saya hanya ingin menikmati Jumat sore dari tempat saya sekarang ini, keramaian di luar sana, riuh rendah suara yang bercampur pada latar belakang alunan suara Elvis, duduk sendirian.
(Elvis telah berlalu, sekarang giliran Foo Fighter dengan Walking After You-nya)
..
Setelah terdiam cukup lama di sini, sedikit banyak saya mulai mengerti kenapa ada orang-orang yang suka dengan posisi yang tinggi, baik dalam artian sebenarnya ataupun kiasan.
Seperti sekarang ini, saya bebas bisa melihat kemana saja, bisa melihat kejadian yang ada di bawah saya minimal dengan radius hampir dua kilometer. Itu juga karena terhalang gedung.
Saya, misalnya, bebas melihat kemacetan di Casablanca dari arah Kuningan ke Sudirman tanpa harus mengalami macet itu sendiri. (Macet di Jakarta? Ampuuuuun).
Tapi saya juga bisa melihat kesulitan seorang ibu yang sedang berusaha menyeberang di luar zebra-cross tanpa bisa berbuat apa-apa. Saya bisa melihat jajaran Ojek (Again? Oh yes) di akses masuk Mega Kuningan.
Saya juga bisa melihat jajaran kibaran bendera negara-negara tetangga, 12 negara termasuk Indonesia, di akses masuk Mega Kuningan.
Yang saya tunggu sekarang ini adalah air mancur yang biasanya dinyalakan mulai sore hari di tempat yang sama. Nuansa kesegaran yang disebarkan membuat saya ingin segera mandi.
Akhirnya tulisan ini ditutup dengan nasihat Keane yang sempat menjadi back sound iklan Honda: Everybody Changes

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com

Wednesday, February 15, 2006

Ojek

(Pagi tadi, di halaman MPR-DPR, ketika sebuah motor melintas)
Mau ojek Bang?
O iya...
Ke mana?
Ke Karet Tengsin ya?
Karet Tengsin?
Iya, lewat belakang aja, lewat Benhil
... Nggak bisa sampe pasar (palmerah) aja ya?

...
Baru kali ini, seumur-umur sebagai pengguna ojek di Jakarta, ada Ojek yang nawar. Rasa-rasanya hampir selalu saya, sebagai pengguna, yang selalu nawar. Itu pun hanya terjadi kalau saya tidak mengetahui secara pasti lokasi tempat tujuan.
Belum lagi arah yang ditawarkan ojek itu berlainan arah.
Ya ampun, udah berapa tahun jadi ojek pak?

Sunday, February 05, 2006

Haiku

Matahari mulai terbenam di barat
Diiringi awan yang merapat
Mengapa hidup terasa berat?

Wednesday, January 25, 2006

Ayo Ke Dokter!!!

Kami, para pria, dengan ini menyatakan bahwa tindakan mengunjungi dokter, terutama dokter laki-laki, adalah tindakan yang menjatuhkan harga diri. (mana pake bayar lagi....)
Rasa-rasanya alasan utama kenapa laki-laki amat sangat berkeberatan untuk mengunjungi dokter adalah: harga diri (ya itu tadi...) meskipun sepertinya jarang diakui. Mana ada sih laki-laki yang mau menganggap diri lebih lemah daripada laki-laki lain? Lemah di sini berarti luas banget lho...
Jadi begitulah, selama hampir lebih dari lima tahun di Jakarta ini, sepertinya baru kemarin ini saya ke dokter. Kamis sore pekan lalu tepatnya.
Dulu biasanya kalau ada keluhan, paling-paling nyoba buat mengobati sendiri: mulai dari minum jamu, telur ayam kampung setengah matang, sampai minum multivitamin semuanya dijalanin daripada harus ke dokter.
Tapi kemarin terpaksa ke dokter setelah beberapa kali didesak istri. Di awali dengan rasa lemas dan lelah luar biasanya, akhirnya saya berkunjung ke dokter dekat kantor.
Dan ternyata memang sakitnya agak-agak lain daripada yang lain, apalagi setelah cari info dari internet, ternyata penyembuhannya bisa memakan waktu hingga dua minggu.
Waduh...

Wednesday, January 18, 2006

Postingan Pertama 2006

2006 sudah lewat hampir setengah bulan lebih, dan sepertinya baru sekarang ini saya menyempatkan buat menulis di Blog.
Di Forum Blogger Family, ada seorang rekan yang membuat sebuah posting: "Seberapa seriuskan kamu nge-blog?" (atau semacam itu). Terus terang saja itu juga jadi pertanyaan pribadi buat saya. Seberapa serius saya ngeblog?
Selama ngeblog, ada beberapa blog rekan yang lain yang membuat saya punya pikiran...duh pengen punya blog seperti ini nih..... Dan hal yang membuat saya merasa seperti itu biasanya dilihat dari tulisannya, meskipun ada faktor template yang menarik. Selain itu juga sisi informasinya.
Tulisan yang menarik...
Sejujurnya, saya tidak terlalu bisa membuat tulisan yang menarik. Membuat tulisan yang menarik dibutuhkan latihan yang cukup lama. Kalau ada yang bertanya: padahal kan kamu wartawan, tiap hari menulis, bisa dong dijadikan sarana latihan?
Yah.... sayangnya tidak.
Saya terbiasa menulis dengan gaya yang 'bukan saya', gaya yang nggak gw banget dah. Gaya menulis di media cetak tempat saya bekerja memang terkenal kaku, para senior di sini bilang, pemilihan gaya tulisan itu berdasarkan penggunaannya di beberapa koran ekonomi internasional: seperti Wall Street Journal, Business Times, Straight Times, dan yang lainnya. Jadi begini akhirnya.
Buat saya pribadi, tulisan rekan-rekan di Koran Tempo lebih enak dibaca dibandingkan dengan media cetak lainnya.
Kembali ke blog, kalau melihat dari tulisannya, beberapa blog yang sering saya kunjungi a.l. loucee (tempat ngintip tinggal di negeri orang dari sudut pandang orang Indonsia), gombang (bener-bener bagus tulisannya , both bahasa and in english), adhit (penulis konyol berbakat), dan sinema indonesia (tentang film nasional). Itu rata-rata blog yang berbahasa Indonesia.
Sedangkan blog berbahasa inggris yang lumayan sering saya buka a.l. yosef ardi (tentang ekonomi nasional), dan indonesia anonymus (tentang indonesia tentunya)
Mungkin untuk tahun ini salah satu resolusi saya adalah membuat blog yang bener-bener bagus...