Tuesday, March 27, 2007

Happy birthday Pah and about me dealing with failure (YES, I'M FAILED!!!)

To day, my old man is having his birthday. And I wonder how did he deal with failure. I didn't underestimate my old man tough, but hey, this is real life, you win some, you loose some. Bang Rhoma bilang: hidup itu bagai roda pedati (beuh...)
I myself, is not good at dealing with failure. Rather than take a lesson from the experience, I'm automatically stuck with all images that spinning around my mind about the experience, not to mention that it would getting my feeling even worse. It's kind of haunting me. Hell...
Sosok ayah, buat saya, pernah menjadi sosok yang menyebalkan. Ini terjadi waktu saya sedang duduk di bangku SMP. Saat itu, saya merasa ayah saya adalah sosok yang sok tahu dan menggurui, tidak mau mengerti kebutuhan anaknya. Jarak antara kami menjauh, saya akhirnya mencari kesibukan di luar, menjauhi ayah saya.
Tapi sekarang, sepertinya sosok ayah adalah sosok manusia sempurna. Melewati puluhan, atau bahkan ratusan pengalaman yang mewarnai kehidupan; yang sebagian diantaranya mungkin membuat dia sedikit tertekan, down; tapi saya sebagai anaknya belum pernah melihat seperti apa sosok ayah kami ketika dia sedang tertekan atau down akibat kegagalan dalam hidup.
Atau mungkin apa yang dialami saya juga dialami oleh ayah saya; galaunya kehidupan yang penuh dengan rintangan, akan terasa ringan jika melihat si kecil tidur tentram.
You loose some, you win some.
Happy birthday Pah.

note: image was taken from corbis.

Tuesday, March 13, 2007

Time-stepper


You may say that I'm a time-stepper.
Salah satu hal yang saya rasa membuat saya bertahan dan sampai pada titik kehidupan yang sekarang adalah karena saya seringkali berpikir, "ah mungkin ini akan berakhir nanti,".
Dulu waktu saya diospek misalnya, salah satu hal yang ngebuat saya bisa bertahan adalah: "nyantai, ini tinggal dua hari lagi, tinggal dua hari dikerjain sama panitia dan senior yang brengsek itu..." Sampai akhirnya masa ospek beres, dan saya bisa menjalani masa kuliah.
Hal lainnya, waktu saya lagi manasin mobil misalnya, kadang-kadang menunggu satu atau dua menit terasa lama buat saya. Tapi kalau saya menghitung detik yang berlalu, sambil memperhatikan jam digital yang berpendar di dashboard mobil, kok sepertinya satu atau dua menit itu sebentar ya?
Mungkin yang dia pikir ada bener juga. Buat saya, there's always a time for everything.
Sudah lebih dari dua minggu terakhir ini, saya selalu punya bad mood untuk pergi ke kantor, selalu ada perasaan nggak enak. Bukan perasaan enggan. Mungkin lagi stres gara-gara kerja-an, karena hampir setiap akhir pekan, saya sepertinya tidak bisa beristirahat.
Jadi begitulah, singkatnya, saya penat.
Tapi untunglah, bos-bos di kantor rupanya melihat kepenatan ini bukan hanya pada seorang pegawainya saja. Jadilah, beberapa waktu yang lalu, kantor kami berencana mengadakan outing. Sebenarnya rencana outing ini sudah lama, tapi karena beberapa hal, tertunda terus.
Dan sebenarnya, rencana outing minggu ini juga ada gejala-gejala dibatalkan karena adanya musibah pesawat garuda beberapa waktu yang lalu. Tapi akhirnya setelah diskusi internal, we're stick to the plan. fiuh....
Kita bakalan ke Losari akhir pekan ini. Mudah-mudahan abis perubahan suasana ini, kerja bakalan lebih joss lagi...
Jadi sekarang ini, ditengah-tengah penat yang ada, benak saya sudah mulai berkata, "nyantai aja, Jum'at kita cabut kan...."

Thursday, March 08, 2007

lempeng


Lempeng (pembacaan e seperti pada lemper) adalah bahasa sunda yang berarti lurus, dia biasanya digunakan untuk menggambarkan denah menuju suatu tempat atau jalan. Atau juga sifat orang: acuh tak acuh. Mungkin karena lempeng ini saya terkadang sulit untuk mengekspresikan apa yang saya rasa.
Bencana terbakarnya pesawat garuda kemarin, membawa duka buat salah seorang rekan associate di kantor saya. Salah satu teman dekatnya dikabarkan menjadi korban yang meninggal dalam bencana tersebut. Nila mendapat kabar ketika kami sedang rapat mingguan. Ponselnya yang ditinggal di luar ruangan rapat beberapa berdering, hingga akhirnya Nila ke luar dari ruangan untuk menerima kabar sedih itu. Rapat ditunda sementara, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Sebenarnya Nila sejak sejak pagi berusaha mendapatkan kabar tentang Morgan Mellish, rekannya yang meninggal dalam pesawat naas tersebut. Morgan Mellish adalah seorang jurnalis dari Australian Financial Review.
Nila sepertinya bukan orang yang gampang panik. Pagi kemarin, sembari mencari informasi tentang Morgan, dia masih terus melakukan pekerjaan kantor. Bahkan paginya sempat rapat untuk membahas salah satu proyek klien. Rutinitas harian kantor dia jalankan seperti biasa.
Meskipun demikian, emosinya cukup terkoyak ketika mendengar berita duka itu....
back to theme
Saat itu, asli, sepertinya saya tidak bisa melakukan sesuatu. Melihat teman saya dalam keadaan sedih, saya hanya terpaku tanpa bisa berbuat apa-apa. Pikiran saya saat itu adalah "yah, sepertinya masih ada rekan-rekan lain yang bisa lebih menghibur dia, ya sudah lah."
Saya tampak lempeng, biasa saja mendengar adanya berita duka buat Nila.
Tapi, the truth is, saya juga sedih. Gimana sih perasaan kita kalau melihat orang lain menangis? Apalagi orang itu adalah orang yang kita kenal, setiap hari bertemu, ngobrol, makan siang...
I just feel that I have to work on that, to communicate what I think and feel, properly.
Note: pagi ini saya juga mendengar bahwa salah satu korban pesawat garuda kemarin, juga merupakan saudara dari Head of Editor kantor kami.
(foto was taken from corbis with keyword: highway)

Tuesday, March 06, 2007

gossip


+ : bo' tau nggak sih, akika punya gosip hot lho
- : gosip apa sich
+ : pokoknya ini gres lho. Baru kejadian kemaren
- : mmm?
+ : kemaren pas abis acara JJ, kan ada tuh artis muda dari luar sana. JC, yang lumayan ngetop.
- : he'eh, trus diana ngapain?
+ : iya, JC kan jadi idola juga disini, diana maen lumayan bagus kan di JJ, cuman sayang nggak maenin lagunya yang agak-agak nge-pop gitu.
- : trus?
+ : Abis acara di JJ itu, dia jali-jali, hang-out bareng dong sama seleb-seleb kita. Jadi di cafe yang juga jadi salah satu sponsor JJ ini, diana keliatan hang-out sama anak-anaknya keluarga A dong.
- : A?
+ : iya, keluarga A, AA, SA, sama RA.
- : O iya, ngeh gw.
+ : nah kebetulan, ada saksi mata temen akika nih, yang juga ngeliat diana disana. Mereka ngobrol seru-seru gitu kan.
- : trus gosipnya dimana? JC sama AA, SA, RA itu kan hanya ngobrol doang kan?
+ : sebentar dulu bo' sabar sedikit. Temen akika ini kan kebetulan nginep di hotel yang dulunya H sekarang S. Nah artis-artis JJ ini diinepin disana. Pagi-pagi dong, waktu temen akika mau sarapan, pas diana buka pintu kamar. Ternyata di seberang kamar diana ini, pintu kamarnya kebuka juga. Diana ngeliat JC sama RA. Mereka kayanya abis tidur bareng gitu, dan mau sarapan juga...

(Saya biasanya jarang bergosip, but this one is too good to be missed. Saya denger dari GMHR. Dan saya nggak terlalu yakin kalo ini mau diungkap di infotainment kita yang menye-menye itu. Dialog diatas, nggak sepenuhnya transkrip dari Pandji atau Steny, tapi idenya memang dari mereka. As usual, image was taken from corbis with keyword: discuss)

Monday, March 05, 2007

assertive...

Saya adalah orang yang tidak assertive (asertif?). Assertive, secara gampangnya adalah orang yang banyak dan bisa ngomong dalam konteks yang positif. Ini sempat jadi masalah di tempat kerja saya. Iya, disini sekarang saya harus belajar jadi assertive. Just shout out what's on your mind.
Saya memang dididik dari kecil jangan banyak ngomong. Mulutmu adalah harimaumu, begitu kata pepatah di Cina. Sebuah pepatah yang benar-benar ditanamkan sejak saya kecil.
Makanya saya agak mengkal juga kalau melihat orang yang berkoar-koar, berusaha untuk menjadi assertive yang sayangnya nggak kesampaian, dengan menunjukkan kesalahan orang lain supaya orang lain itu 'jatuh'.
Orang-orang dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia misalnya. Nggak tau kenapa dari dulu, sejak saya jadi wartawan, mereka terkesan selalu mengambil oposisi dengan hampir semua kebijakan pemerintah. Mereka selalu melakukan kritik tanpa berusaha memberikan masukan yang bagus buat pemerintah. Saran yang bagus disini maksudnya adalah saran-saran yang dapat diterapkan dan mempunyai efek positif. Lontaran kritik dari mereka membuat saya ilfill dan memicu pikiran saya:"Ngomong doang bisanya, coba kalo elo yang jadi pemerintah. Apa masih bisa ngomong besar seperti ini?" Sorry, no offense.
Buat mereka, hampir semua kebikan pemerintah itu keliru semuanya. Ini salah itu salah, mulai dari tarif dasar listrik, tarif telepon, dan sekarang tentang Menteri Perhubungan Hatta Radjasa. Tadi pagi di I-radio, aktivis YLKI Tulus Abadi diberitakan mendesak Menteri Perhubungan Hatta Radjasa turun dari posisinya sekarang karena beruntunnya kecelakaan moda transportasi di Indonesia selama beberapa waktu ini.
Saya bukan mau ngebela Hatta Radjasa, saya hanya kesal melihat YLKI hanya bisa berkoar-koar tanpa bisa melakukan apa pun. Komentar Tulus Abadi, terkesan seperti orang yang biasa memberikan komentar "Gw bilang juga apa, elo sih..." and the worst thing is, mereka nggak mengeluarkan pernyataan sebelum ada kejadian.
(Tadinya saya mau mengakhiri postingan ini dengan kalimat seperti: kapan Indonesia bisa maju seperti bangsa lain kalau kita hanya mampu ngomong atau menyalahkan orang lain?.... tapi kayanya klise banget. Saya nggak mau mendorong bangsa Indonesia maju seperti bangsa lain, well pendapat saya adalah, biarkan bangsa ini berkembang tanpa melihat perkembangan yang terjadi di bangsa lain karena kita adalah kita, kita bukan orang lain. Dan kita akan lebih baik kalau kita saling tolong, tanpa harus menyalahkan orang lain.)
note: image was taken from corbis with keyword: discussion.

Friday, March 02, 2007

Cape

ke arah mana pun kaki melangkah
selalu ada tempat tetirah
di arah mana pun yang paling sesat
selalu ada tempat istirahat
..........
(Arswendo Atmowiloto)


Entah kenapa untaian kata dari Arswendo yang satu ini selalu terbayang dibenak saya kalau saya sedang cape, cape badan dan cape pikiran. Untaian kata ini sepertinya memberikan semacam penerangan bahwa: nyantai aja, it's OK, saya bakalan baik-baik saja, everything is gonna be OK.
Saat ini, sepenggal karya Arswendo itu seperti jimat yang selalu saya dengungkan. Saya lagi butuh tempat istirahat, tempat tetirah.