Thursday, August 30, 2007

LPG Naek....

Sudah sering saya bingung dengan yang namanya Indonesia. Hari ini, ketika membaca koran, Pertamina berencana menaikkan harga jual LPG.
Lah bukannya itu kontradiksi dengan program konversi minyak tanah itu ya? Kalo saya nggak salah tangkap, dalam program ini pemerintah menghimbau agar masyarakat yang tadinya menggunakan minyak tanah untuk keperluan tanah beralih menggunakan LPG.
Pemerintah sampai ngebela-belain menyediakan tabung LPG gratis ukuran 3 kg buat masyarakat dengan golongan ekonomi kurang mampu.
Tapi lah ini kok Pertamina malah menaikkan harga LPG ya? Kayanya nggak singkron aja.
Pemerintah lagi, kok sepertinya meng-amin-i keputusan Pertamina.
Meskipun kenaikan harga ini baru berlaku 1 September nanti (berarti minggu depan), tapi tetep aja saya dag-dig-dug mikirin pengeluaran bulan depan yang bakalan membesar.

Pertamina to raise LPG price by Sept. 1

JAKARTA (JP):Starting Sept. 1, state-owned oil and gas firm PT Pertamina will raise the price of liquefied petroleum gas (LPG) by 46 percent to Rp 6,200 (66 U.S. cents) per kilogram in an effort to help improve the performance of its LPG business division.

The price stands currently at Rp 4,250 a kg.

However, the price increase will only be applied to LPG sold in tanks with a weight of 50 kg, said Pertamina deputy director for marketing and trading Hanung Budya on Wednesday.

According to Hanung, the company suffers losses of up to Rp 2 trillion per year by placing the LPG price under the market price of Rp 7,200 per kg. Therefore, every year, the company has to allocate subsidies for LPG consumers so that people can afford the product.


blog it


Note:
Blog lain yang memuat tentang kenaikkan harga ini:
1. Pertamina yang merugi, rakyat yang menanggung beban?

Tuesday, August 28, 2007

Om Google

Sebagai salah satu bagian pekerjaan, research adalah hal yang rutin saya lakukan hampir tiap hari. Makanya, saya merasa beruntung banget dengan adanya search engine di Internet ini; seperti google atau yahoo.
Cuman ada yang aneh dengan google ini, semenjak saya balik dari cuti, hampir setiap saya menggunakan fasilitas search engine di google, saya selalu di re-direct ke halaman seperti ini:

Tadinya saya khawatir ini bisa jadi pintu gerbang buat spam atau apalah namanya itu. Tapi karena dipepet sama yang namanya kerjaan, jadi lah saya terpaksa mengisi kotak konfirmasi itu. Emang sih langsung di re-direct lagi ke halaman hasil pencarian.
Tapi kan.......

Monday, August 27, 2007

Day On

Ini hari pertama saya kembali masuk kantor dan bekerja secara resmi, setelah minggu kemarin cuti satu pekan.
Seharusnya, setelah cuti sekian lama, masuk kembali kerja hari ini saya sudah dalam kondisi semangat. Mental sudah di-charge ulang, siap menghadapi kerjaan. Tapi entah kenapa kok ya nggak bisa semangat. Saya bilang ini ke partner waktu kami jalan-jalan ke MM Bekasi.
Apa yang salah ya?
Anyway, cuti kali ini adalah cuti pertama saya dan keluarga, partner dan pendar. Awal cuti kami habiskan di Bandung, menuntaskan hasrat partner untuk jalan-jalan di Bandung. Berulang kali ke Bandung, dia memang nggak pernah jalan-jalan, hanya absen di rumah mertua aja.
Tapi kemarin, kayanya ada beberapa hal di wish-list dia yang terpenuhi; makan di BMC di bilangan balai kota Bandung. Lumayan kaget karena pelayanannya cukup 'segera', dalam artian kita nggak perlu nunggu sampe bau masakan terumbar diudara sebelum makanan kita diantarkan. Yang lebih memuaskan dari BMC ini adalah (apalagi kalau bukan): yoghurt-nya. Sejauh ini yang saya tau di Bandung, yoghurt Cisangkuy-lah yang layak 'dijual' kepada turis, tapi di BMC juga ternyata tidak mengecewakan.
Hari-hari berikutnya kami habiskan menjelajah Bandung dan sekitarnya, Pasar Lembang untuk susu murni yang masih segar lengkap dengan bau sapinya; Tahu Tauhid dengan cafe dan antrian untuk beli tahu mentah dan es krimnya, Paris van Java, Ouval, C59, toko anak kecil yang nyempil di bilangan Gedung Sate, Cascade di bilangan Riau dan Elizabeth di Otista. Kartika Sari jadi tempat terakhir sebelum kami kembali ke Jakarta.
Selama liburan ini Pendar jadi semakin dekat sama ibunya, mungkin dia trauma waktu kami belanja di Elizabeth. Ketika dia bangun, dia tidak melihat seorang pun yang dia kenal, jadilah dia menangis dan meronta sejadi-jadinya. Nama partner lalu berkumandang seantero toko Elizabeth itu.... huhuhu. Pendar jadi sedikit lebih kalem waktu saya datang.
Dia jadi sedikit cengeng kalau ibunya mau beranjak pergi, duh. Padahal saya ingin dia nggak terlalu banyak nangis biar bibirnya nggak berbentuk manyun seperti bapaknya.
...
backtowork
sigh

Monday, August 13, 2007

Tentang Musik

Saya tau saya ini tipe orang yang ketinggalan jaman....
Sekarang saya lagi suka sama soundtrack-nya Tokyo Drift (Fast and Furious III), penyanyinya Teriyaki Boys.
What so special about this song? Yang saya suka dari lagu ini adalah kreativitas dari penciptanya, mengabungkan instrumen tradisional Indonesia sebagai 'penjaga beat' layaknya seperangkat drum atau perkusi; dengan tempo lagu yang lumayan cepat.
Intro lagu ini diawali dengan gamelan khas Indonesia: "teng...teng...teng...." saya kurang hafal nama instrumennya, instrumen degung mungkin? Intro lagu ini menjaga tempo lagu seterusnya. Dan ditengah-tengah lagu, ada terlintas suara kendang.
That's cool.
Belum lagi mempertimbangkan bahwa lagu yang dihasilkan (kalau boleh saya istilahkan) rada-rada hardcore, model musik rap dengan tempo cepat.
Kok lagu ini bukan dihasilkan sama orang Indonesia ya? Atau mungkin aja saya yang kurang banyak mendengar referensi lagu-lagu dari Indonesia? Nggak tau deh.
Dulu waktu saya SD, saya pernah mendengar lagu model-model ini, lagu yang mencampurkan unsur tradisional dengan unsur modern, Bali Vanili dari Igor Tamerlan. Di lagu ini Igor Tamerlan bahkan nge-rap dengan bahasa Bali. Iwa K memang pernah bilang kalau bahasa-bahasa tradisional di Indonesia lebih 'masuk' untuk dinyanyikan dalam genre rap. Inget lagunya Batman Kasarung? Saya juga suka lagu ini.
Kalau untuk yang agak kalem, saya pilih Vicky Sianipar yang mengaransmen ulang Piso Surit.
Meskipun saya nggak ngerti bahasa yang digunakan, tapi saya merasakan kalau musik adalah bahasa universal itu bener-bener betul.