Friday, September 28, 2007

Membunuh dan Menulis


Suatu ketika, saya pernah menonton sebuah film - saya lupa judulnya- dalam salah satu adegan, ada seorang pemain yang berkata (kurang lebih) seperti ini:
membunuh itu pekerjaan aneh, pertama kali melakukannya sulit, tapi kamu akan terbiasa. Kamu akan terbiasa dengan pandangan mata korban kamu, kamu akan terbiasa perasaan aneh yang merambat di dalam diri kamu

Nggak tau kenapa saya teringat hal ini ketika membaca postingan Isman tentang menulis, lengkapnya tentang cara mengatasi kebuntuan menulis.
Intinya, yang menciptakan kebuntuan itu adalah keengganan kita sendiri untuk menulis. Karena itu, jalan keluarnya adalah mendobraknya. Dengan menulis.
Begitu kata dia diakhir postingannya.
(damn, kok saya merasa kalau saya terdengar seperti psikopat ya? apa hubungannya kebiasaan membunuh dengan cara mengatasi kebuntuan menulis - maksudnya pola antara 'hobby/suka menulis' dengan 'hobby/suka membunuh' sama sekali berbeda kan?).
Membaca tentang postingan ini membuat saya berpikir, duh kenapa dulu waktu pas kerjaan saya adalah dibayar untuk menulis postingan Isman ini belum ada ya...
Yah, tapi sepertinya nggak ada kata terlambat kan?

dan ini juga yang terlambat: saya baru meng-claim blog ini lewat technorati...duh telat banget ya...
Technorati Profile

Wednesday, September 19, 2007

Busway


Semalam, ketika pulang kerja dan melintas di jalan MT Haryono, tepatnya setelah turun dari flyover pancoran ke arah cawang, saya melihat pekerjaan konstruksi untuk jalur busway sudah mulai dilakukan.
(Pagi harinya, waktu melintas ruas jalan yang sama namun dari arah sebaliknya, saya sebenarnya sudah melihat tanda-tanda pekerjaan konstruksi itu berupa garis-garis melintang jalan di jalur paling kanan. Waktu itu pikiran saya adalah "kok ya buat grafiti niat banget di tengah jalan seperti ini...." ternyata itu buat penandaan awal pekerjaan konstruksi)
Kok ya saya jadi kepikiran kalau busway yang melintas jalan MT Haryono itu nggak efektif ya. Berikut ini adalah dua alasan yang saya punya.
  1. Jika ruas lintasan busway sepanjang jalan MT Haryono adalah hanya sebatas pada Cawang Bawah dan Pancoran, yang notabene hanya sekitar lima kilometer, efek kemacetan yang bakalan ditimbulkan sepertinya luar biasa besar. Jalan MT Haryono - Gatot Subroto merupakan pintu keluar masuk bagi para komuter di daerah Bekasi, Bogor, Purwakarta dan sekitarnya yang bekerja di Jakarta, dan apakah busway yang melintas di ruas jalan MT Haryono itu bisa melayani semua komuter dari daerah-daerah tersebut? Kok sepertinya nggak ya. Kalo dibilang bahwa Busway itu digunakan untuk mengurangi penggunaan pribadi, with all due respect coba dihitung berapa unit mobil dari nebeng.com dan komunitas omprengan yang melintas di jalan MT Haryono dari dan ke daerah-daerah yang disebutkan diatas tadi.
  2. Yang kedua masalah halte, saya kok ya nggak yakin kalau di ruas jalan MT Haryono itu bakalan disediakan halte Busway. Coba lihat skema jalur jalan di ruas jalan MT Hartono-Gatot Subroto-S. Parman itu. Untuk masing-masing arah/lajur, disediakan enam jalur (tiga jalur untuk jalan tol kota dan tiga untuk jalur jalan bukan tol). Halte Busway-nya mau ditaro dimana? Di Garut? Buset deh...(internal joke, sorry)
Ada yang mau nambahin? Dengan senang hati saya bakalan up-date terus postingan ini jika ada penambahan alasan serupa. Biar melek tuh Dinas PU Jakarta....

A part from that,
kok sepertinya lebih elok ya jika Pemda DKI Jakarta memasang beberapa spanduk pemberitahuan di sepanjang proyek konstruksi Busway ini. Kalimatnya seperti "Mohon maaf mengganggu kelancaran berkendaraan Anda, saat ini di ruas jalan ini sedang dimulai proyek perluasan jaringan transportasi Busway. Selamat menjalankan ibadah puasa, hati-hati di jalan, awas copet, dilarang mengeluarkan anggota badan....."

Note: picture was taken from this site

update: ternyata trayek BusWay itu juga merambah jalan Gatot Subroto. Hmm jadi penasaran ini sebenernya trayek BusWay yang koridor apa ya? Dari mana kemana?

Tuesday, September 18, 2007

Games On Line

Dulu saya penggemar game on-line. Games on-line pertama saya Kurusetra, lalu Utopia, dan yang terakhir adalah The Mafia.
Rata-rata, genre games ketiga games on line itu sama: berbau-bau Role Playing Game dan Strategi.
Di Kurusetra dan Utopia misalnya, kita dikasih modal untuk membentuk sebuah kerajaan, mengorganisir kerajaan itu, mengelola angkatan perang, dan melakukan invasi atau peperangan. Setiap keberhasilan bakalan dianugerahi luas wilayah dan setiap kegagalan, kita akan kehilangan wilayah kita. Di Kurusetra, ukuran wilayah kerajaan diukur dalam depa, sedangkan di Utopia dalam acre.
Saya lebih suka Kurusetra, karena lebih kompleks permainannya, dan terlebih Kurusetra lebih time-friendly daripada games on line yang lain. Time friendly karena mayoritas pemainnya berada di Indonesia. Kalau Utopia dan The Mafia Boss levelnya internasional banget, kita harus menyesuaikan jam tidur kita dengan sesama rekan satu tim, yang notabene, rekan tim yang lain punya jam tidur yang jauh berbeda.
The Mafia Boss lebih simpel dan lebih gampang dimainkan.
Sekarang, sepertinya yang lagi ngetop adalah Second Life, mungkin dari dua tahun yang lalu udah ngetop ya...
Di Second Life, para pemain dimungkinkan untuk melakukan interaksi virtual dalam bentuk 3 dimensi hampir seperti interaksi di dunia nyata. Ini jadi salah satu penyebab kenapa beberapa perusahaan menghadirkan bentuk virtualnya di Second Life. Alasan-alasan lainnya bisa dilihat disini.
Daftar perusahaan yang sudah 'hadir' di Second Life bisa dilihat disini.
Sayangnya, karena keunggulannya itu (interaksi virtual 3-D) Second Life belum bisa dinikmati oleh banyak orang di Indonesia. Membutuhkan koneksi internet yang besar dan cepat untuk menikmati Second Life, sementara itu belum tersedia disini. Gegerejedan kalo orang sunda bilang, hehehe.
Tapi hari ini saya dapet kabar buruk tentang Second Life, bahwa Second Life ternyata di-hack, 5 juta account anggota Second Life terancam diobok-obok. Tahun lalu, BBC juga sempat memberitakan tentang serangan worm terhadap Second Life.
Yah, semakin tinggi pohon, semakin banyak guncangannya ya.

Monday, September 17, 2007

Gempa

Setelah rangkaian gempa di Pulau Sumatera sana, seperti biasa, banyak informasi tentang gempa yang bakalan terjadi. Salah satu informasi yang saya dapatkan dari sebuah artikel koran, katanya Pulau Jawa terancam gempa hingga skala 9 Ritcher.
Ada informasi lain yang ngebuat saya agak was-was, yaitu tentang frekwensi gempa di Indonesia. Ternyata hari ini saja, sebetulnya telah terjadi sekitar lima kali gempa di Indonesia. Yang rata-rata kekuatannya sekitar 5 skala Ritcher. Informasi ini valid karena diambil dari website-nya BMG.
Ternyata setiap harinya, Indonesia terkena belasan gempa... info selengkapnya bisa dilihat di sini.

Wednesday, September 05, 2007

Tol

Kali ini tentang tol. Saya sih bukan mau ribut-ribut masalah tarif tol yang naiknya gila-gila-an itu. (Tapi kalau emang mengkal dan jengkel banget dengan tarif tol yang baru ini, silahkan ikutan daftar disini untuk ikutan class action atau gugatan publik terhadap PT Jasa Marga dan Menteri PU)
Kali ini saya mau curhat tentang desain tol. Coba lihat gambar dibawah ini:


Gambar diatas diambil dari Koran Warta Kota yang terbit minggu lalu, edisi hari Rabu 29 September (kalo nggak salah).
Buat saya, peta itu lumayan ribet. Padahal, aslinya mungkin kalau disederhanakan, itu merupakan peta perempatan Jatiasih-Cikunir di Tol Cikampek sana.
Sebuah perempatan, kalau diupgrade satu tingkat lebih tinggi (menghilangkan lampu merah) tampilannya bakalan mirip dengan Perempatan Semanggi.
Jadi Perempatan Jatiasih-Cikunir di Jalan tol Cikampek itu jadi ribet begitu karena:
1. Ada penambahan gerbang tol untuk masing-masing tikungan dan arah.
2. Si desainer berimprovisasi biar seluruh pengguna jalan hanya mengambil satu kali tikungan untuk merubah arah perjalanan para pengguna jalan tol.
hmmmm kayanya para insinyur itu harus belajar dari apa yang sering bos saya bilang: make things complicated sound simple....
Kalau saya boleh kasih saran ke Jasa Marga, mungkin sebaiknya fungsi dan syarat jalan tol itu dikembalikan ke asal mulanya, misalnya saja dengan memperhatikan syarat kecepatan kendaraan.
Salah satu syarat jalan tol dilihat dari sudut pandang kecepatan kendaraan adalah : kendaraan yang melintas di jalan tol minimal harus mempunyai kecepatan sekitar 60 km/jam.
Lah sekarang, banyak banget kontainer-kontainer yang segede bagong itu merayap di jalan tol dengan kecepatan kurang dari 40 km/jam, gimana nggak mau macet?
Jasa Marga juga sebaiknya menerapkan batasan waktu operasional jalan tol buat kontainer-kontainer segede bagong itu. Mereka, misalnya, dilarang melintas di jalan tol selama traffic hour, yaitu mulai 06:00 pagi sampai pukul 21:00, pada hari kerja. Di luar itu, mereka boleh diizinkan melintasi jalan tol.
Ada ide lain?

update 5 Sept 07, 15:10
kasih tarif discount untuk truk-truk container yang masuk tol di off-peak hours. Dijamin efektif untuk mengurangi container 'merayap' membuat macet di rush-hour. (Ben)