Friday, May 29, 2009

Pengendara Motor dan Geleng-geleng Kepala

Saya speechless kalo mau ngegosip tentang mereka. Dulu, waktu motor belum sebanyak sekarang dan saya masih suka pake ojek untuk pergi-pergian, motor adalah pilihan saya nomor satu karena: relatif murah dan cepat.
Tapi sekarang? Wuahh… pengendara motor buat saya seperti lalat. Terlalu banyak dan menganggu. Ya, saya tau nggak semua pengendara motor itu berandalan berani mati yang egois (bawa penumpang empat: dua diantaranya masih bayi dan balita, nyalip kanan-kiri, dan ngebut di tengah-tengah jalan). Tapi perbandingan pengendara motor yang baik dan yang berandalan tadi mungkin hanya 1:500, satu pengendara motor yang baik, dan 500 yang berandalan.
Saya sering bertanya sendiri, apakah pengendara motor itu tidak pernah membuat kesal sesama pengendara motor lain? Apakah mereka tidak pernah merasa kesal dengan pengendara motor lain? Atau mungkin tingkat toleransi mereka begitu tinggi – karena menyadari sesama pengadaran motor berandalan -, jadi mereka maklum saja ketika ada pengendara motor lain yang membuat kesal.
Nah, sekarang pertanyaannya adalah, kalo ada pengendara motor yang kesal, gimana reaksi umum mereka?
Dan saya kembali diingatkan jawabannya pagi ini ketika dalam perjalanan ke kantor: mereka hanya mengeleng-gelengkan kepala; mengeleng-gelengkan kepala seperti seorang orang tua atau guru yang bijak melihat kenakalan anak atau murid-murid mereka. Seakan-akan memaklumi keberandalan mereka, atau mungkin di-ingatkan kalau mereka juga pernah ‘berandalan’ seperti itu.
Dan gimana kalau saya dibuat kesal oleh pengendara mobil lain? Saya cukup tekan klakson lama-lama dan berteriak: ANJING LO!!! (dan saya yakin dengan tingkat desibel suara saya, yang dapat didengar oleh pengemudi yang dimaksud)
Dan itu saya lakukan pagi ini…

Tuesday, May 05, 2009

Konstruksi bangunan sebelah kantor...

Tanah kosong di sebelah kantor sekarang ini sedang dibangun menjadi sebuah gedung, katanya berlantai tiga.
Ributnya minta ampun.
Sekarang para pekerja konstruksi sedang mendirikan rangka baja setinggi tiga lantai. Kemarin, selama kurang lebih tiga hari termasuk weekend, ribut-ribut suara bangunan berasal dari crane yang menyusun balok-balok baja; dan sekarang ribut-ribut itu berasal dari generator listrik untuk memperkuat sambungan balok-balok baja.
Sebenarnya saya agak menyesal.
Seharusnya saya bisa mengambil foto progress konstruksi bangunan tanah kosong sebelah dari lantai tiga kantor saya, hanya untuk sekedar memuaskan rasa sentimen masa lalu: saya kuliah di teknik sipil.
Saya bayangkan foto-foto itu akan menarik: bagaimana yang tadinya adalah tanah kosong tempat menyimpan krat-krat botolan dari berbagai merek, lalu dikosongkan, lalu diurug, lau diberi pondasi, sampai pada tahap proses yang sekarang: pemasangan konstruksi baja.
Well next time, maybe I should listening to myself even harder...