Saturday, October 31, 2009

anak kecil

Saya selalu penasaran apa yang ada di pikiran anak kecil, dalam hal ini: Putri Jail. Pagi dan siang ini saya habiskan dengan dia karena my partner harus mengurusi acara kantor.
Coba liat Puti Jail sekarang: melipat-lipat kertas hias pembungkus sambil berbicara sendiri. Sesekali bersenandung.
Asyik dengan dunia-nya sendiri.
Salah satu kesukaan Putri Jail sekarang ini adalah olah raga halang-rintang: dia minta saya berbaring dekat tembok, lalu sambil berpegangan ke tembok dia jalan diatas badan saya. Setelah sampai di bahu, dia menjatuhkan diri ke kasur....

Friday, October 30, 2009

Menulis


Saya selalu ingat kata-kata Pramudya, seorang penulis besar,: menulis adalah pekerjaan sejarah.
Dengan pikiran itu, saya dulu memulai blog ini.
Dulu memang agak gampang, pekerjaan saya adalah wartawan, yang sebagian besar memang menulis.
Malah, saya sempat membuat blog yang isinya adalah info-info terselubung yang nggak bisa muncul di koran, atau info-info yang hilang saat di-edit redaktur.
Tapi seiring dengan berubahnya pekerjaan: menjadi konsultan, saya jadi merasa kesulitan untuk menumpahkan ide lewat tulisan.
Kembali lagi ke menulis.
Buat saya, menulis adalah salah satu cara yang paling efisien dan mutakhir untuk mengkomunikasikan ide-ide kita, bagaimana kita menerangkan ide kita ke orang lain.
Berbeda dengan berbicara,saat kita menulis, kita bisa melakukan perbaikan (di-edit) sebelum kita menyampaikan pesan kita ke orang lain. Sedangkan komunikasi verbal atau berbicara, rasa-rasanya tidak mempunyai kemewahan itu. Salah berbicara, maka orang yang mendengar salah paham.
Jadi begitulah, saya memulai blog ini dengan tujuan ingin menulis lebih luas lagi, bukan hanya menulis untuk berita di koran.
Rasa-rasanya, banyak sekali ide-ide penulisan untuk di-share di blog ini. Hanya saja saya merasa ruang lingkupnya kecil, saya terlalu malas untuk melakukan pengkajian lebih dalam, minimal lewat browsing di internet, atau diskusi dengan partner.
Mungkin hal ini yang membuat saya lebih suka membuka account Facebook atau Twitter. Up-date status disana nggak perlu panjang-panjang. Cukup dua atau tiga kalimat (itu juga mungkin kepanjangan...)
Atau mungkin saya bisa posting yang pendek-pendek aja ya?

Monday, October 05, 2009

Pelor

Meet my old friend of mine. Namanya, kita panggil saja Andi. Dia temen sekelas SMA saya di Bandung, waktu kelas satu. Saya baru ketemu dia lagi hari ini, pas mau brunch (sarapan kesiangan) di Bakso Akung.
Sebenernya, saya nggak terlalu dekat sama dia. Dia anak yang biasa-biasa aja, suka nongkrong abis pulang sekolah di warung belakang, sampe malem. Catatan: kami masuk siang waktu kelas 1 SMA dulu, bubaran sekolah sekitar waktu maghrib, jadi kalo nongkrong sebentar aja, emang udah malem.
Naik kelas, kami pisah kelas. Dan kemudian dia membangun 'reputasi'-nya sendiri di kalangan anak-anak yang masih meneruskan eskul nongkrongnya. Perlu diketahui juga, SMA kami punya tradisi tahunan dengan SMA sebelah: tawuran. Gimana nggak? SMA kami punya alamat yang sama dengan tiga SMA lainnya, hanya dibatasi tembok sekitar 2,5 meter. Jadi kalau sedang 'perang', tembok perbatasan itu jadi saksi berseliweran benda-benda keras. Yang paling umum batu, balok kayu dan botol minuman, yang paling parah, mungkin kursi kelas rongsokan. Paling kasihan adalah kelas-kelas yang letaknya di dekat tembok perbatasan itu. Waktu kelas 1, saya pernah masuk ruangan kelas dan terheran-heran karena semua jendela kaca pecah semua, ternyata paginya ada tawuran. Dan waktu kelas 2, pernah terjadi kehebohan setelah pelajaran olah raga, karena tiba-tiba terjadi hujan batu dan memecahkan jendela-jendela kelas kami (lagi...).
Anyway, Andi membangun reputasinya disini. Meskipun dia termasuk anggota KS (Keamanan Sekolah, salah satu eskul yang paling sangar...karena tiap masa bimbingan penerimaan anggota baru, si calon anggota harus duel dulu sama senior). Dia punya julukan: pelor alias peluru, entah buat tinju-nya atau lari-nya. Yang pasti, julukan itu membuat pandangan saya berubah ke dia: agak kagum. Siapa yang nggak seneng punya temen okem atau preman? Kalo ada apa-apa, kan tinggal minta tolong aja sama dia.
Pas kuliah, saya denger kabar kalo Andi masuk Akpol dan ditugaskan di Timtim. Ini yang ngebuat saya agak heran...jagoan sekolahan bisa jadi polisi? Wew....(mungkin nanti saya cerita juga salah satu temen SMA saya, jagoan sekolahan yang sekarang jadi: pengacara).
Tapi hari ini saya membuktikan kalau cerita tentang dia benar. Hanya saja dia sekarang ditugaskan di Medan.
Ini salah satu bukti kalau cerita kehidupan bisa berubah.

Sunday, October 04, 2009

Putri Jail


Hampir persis tiga tahun yang lalu, saya duduk kebingungan. Di samping saya, my partner berbaring merintih di sebuah rumah sakit bersalin. Saya bingung soalnya mau ngajak ngobrol dia, dengan maksud mengalihkan perhatian dari rasa sakitnya, malah balik kena marah. Saya diam saja juga malah dicubit.
Perempuan yang mau bersalin memang aneh.
Kami datang ke rumah sakit itu siangnya, saya datang sekitar jam 11-an dari kantor, setelah saya ditelepon dan diberi tahu bahwa ketuban my partner sudah pecah dan harus segera dibawa ke rumah sakit bersalin tempat dia kontrol kehamilan. Saya datang duluan dan my partner datang belakangan
Dan setelah sekitar 12 jam lebih merintih, dan sedikit menangis (tidak lupa cubitan dan toyoran). Putri pertama kami lahir. Tepatnya 4 Oktober 2006, jam 1 dinihari kurang 5 menit.
Kami beri nama dia: Pendar Ramadhani Anitya. Nama pilihan ibunya, my partner.
Pendar, kami berharap dia berpendar. Cahaya kecil dalam gelap yang tidak akan pernah padam. Menerangi kehidupan kami. Pendar, sama seperti saat malam dia dilahirkan, bulan purnama penuh yang berpendar.
Ramadhani, yah mungkin sudah tertebak. Dia lahir di bulan Ramadhan, tanggal 11.
Anitya. Artinya selalu berubah. Tidak diam. Selalu berubah. Seperti kehidupan yang memang selalu berubah.
Kehadiran Pendar seperti menggenapi kehidupan kami, saya dan my partner. Saya sebagai seorang suami dan ayah, dan my partner sebagai seorang istri dan ibu.
Dari awal kelahirannya, Pendar membuat saya terkagum-kagum. Begitu keluar dari perut ibunya, mata dia yang besar menatap nanar benda-benda di sekelilingnya. Dia sempat menatap saya dengan matanya. Saya tersenyum. Walaupun beberapa saat setelah itu saya sadar dia belum bisa melihat senyum saya, mungkin dia bisa merasakan. Tapi tetap saja, dia membuat kagum. Oh ya, tangisannya juga keras. Amat keras. Saya sempat merekam suara tangisan pertama dia.
Sekarang, dia sudah berumur tiga tahun. Tiga tahun kehidupan saya (kami) yang penuh warna. Kadang cerah dan kadang kelabu. Tapi lebih banyak cerah. Sepertinya tiap hari ada cerita tentang putri jail. Saya bangga dengan dia.
Sekarang dia sudah punya kemauannya sendiri, dan sudah bisa mengkomunikasikan kemauannya. Walaupun caranya masih agak 'memaksa' dan intimidatif (dengan rengekan). Saya punya banyak keinginan tentang Pendar. Sejuta harapan dari saya buat dia. Tapi menurut saya, yang paling penting adalah dia hidup bahagia.
Mudah-mudahan, kami selalu bisa memberikan yang terbaik buat dia.