Friday, December 24, 2010

Catatan Akhir Tahun

Ini adalah hari terakhir kerja di tahun ini, tahun 2010.
Kantor-kantor lain sudah mulai libur sesuai dengan cuti bersama, beda dengan kantor saya sekarang yang masih harus masuk minggu ini. Bersyukur saya, karena kantor mengkompensasikan cuti bersama itu ke minggu depan. Jadi minggu depan, selama satu minggu, kantor saya libur.
Jalan di Jakarta juga sudah mulai ramah, nggak terlalu macet. Mungkin orang-orangnya sudah mulai liburan.
(Saya masih takjub ketika mengetahui tujuan liburan di teman-teman di kantor: Hong Kong, Macau, Jepang, Amerika. wew...)
Hari-hari ini, adalah hari-hari dimana saya sangat menikmati sebagai penduduk urban di Jakarta: lalu lintas yang ramah, beban kerja yang tidak terlalu berat, dan semua orang sepertinya tampak bahagia (karena menjelang liburan).
Seperti ada nuansa positif baru yang terpancar dari situasi ini: santai, aktif, dan bersemangat.
Saya sangat bersyukur bisa bekerja di kantor ini, khususnya bekerja dengan orang-orangnya. Walau kadang-kadang karena beban kerja kita pernah sekali-duakali bete-betean. Tapi secara keseluruhan, semuanya baik.
Somehow, saya merasa saya bisa belajar lebih banyak lagi tentang industri yang saya geluti di kantor ini, dan bahkan mungkin memperlebar ke area yang lain.
Hopefully, ini bisa menutup tahun 2010 dan menatap tahun 2011 dengan semangat baru.

Wednesday, November 10, 2010

Obama

Dua hari ini (hari ini dan kemarin) Obama datang ke Jakarta, Indonesia. Dibalik semua riuh rendah cerita tentang kedatangan dia ke sini, ada satu kutipan Obama yang sedikit membuat saya termenung.
"...saya datang ke Indonesia bukan karena masa lalu, tapi karena masa depan..." (kurang lebih begitu isinya)
Dia, Obama, adalah satu-satunya presiden Amerika Serikat yang dengan fasih menyebutkan 'sate' - mengutip Tempo -. Terang aja, dia sempat menghabiskan masa kanak-kanaknya di Indonesia.
Keriuh-rendahan Indonesia menyambut dia, sebagian besar dipicu oleh hal itu, dia pernah tinggal di Indonesia. Tapi Obama sepertinya sudah membuat batasan: yang sudah lewat biar jadi kenangan, dan kita harus merencanakan masa depan. Dia sama sekali nggak bernostalgia di Menteng, sepanjang yang saya tahu, tempat dimana dia menghabiskan masa kecilnya. Kenangan masa kecilnya mungkin hanya terwakilkan oleh jamuan makan malam di istana, lewat bakso dan nasi goreng.
Dia sosok yang menginspirasi banyak orang, dan menatap ke depan.
Ini bisa jadi catatan penting buat saya.

Wednesday, October 20, 2010

#AngkotWeek

Kira-kira ada dua atau tiga minggu yang lalu, @Pitra lewat account twitternya mengusulkan #AngkotWeek pada bulan November 2010 nanti. Idenya adalah menggunakan angkot selama satu minggu penuh.
Tujuannya? Ya minimal mengurangi polusi udara karena penggunaan kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan Jakarta. Boljug.
Saya merasa dibawa flash-back: awal saya ke Jakarta, saya adalah pengguna angkutan umum. Bis Patas P6 Kampung Rambutan - Grogol jadi langganan saya hampir tiap hari.
Dulu, dari jendela bus, kadang-kadang saya ngerasa kasihan dan terheran-heran dengan antrian panjang kemacetan mobil menjelang lampu merah pancoran (P6 masuk tol lewat gerbang tol tebet dan keluar di semanggi). Kok bisa ya mereka sabar dan tahan untuk bermacet-macet ria?
Selain mengandalkan bis, angkutan lainnya yang cukup saya andalkan saat itu adalah ojek. Mau liputan kemana-mana, pake saja angkutan andalan yang anti macet itu: ojek. Dulu sih tarifnya masih bersahabat: Slipi Jaya - Manggarai cukup diganjar Rp10.000 saja, tanpa ditawar tentunya. Sekarang kalau minta tarif segitu untuk jarak yang serupa, sama saja dengan ngajak berantem tukang ojek ya.
Tapi pelan-pelan semuanya berubah waktu saya mulai berkeluarga, dan my partner hamil. Saya pikir, wah nggak bisa kemana-mana naik angkot dong, kasihan my partner dengan perut buncitnya harus naik turun angkot kemana-mana. Jadilah saya mulai menggunakan kendaraan pribadi. Dan kadang-kadang menjalani semua kemacetan tadi.
Ide #AngkotWeek dari @Pitra sebenarnya menggelitik saya untuk menggunakan kendaraan umum lagi.
Dibalik panas dan penatnya tumpukan penumpang yang mirip ikan sarden di kaleng, saya cukup menikmati untuk menggunakan kendaraan umum: ada banyak pertunjukkan disana. Mulai dari pengamen - yang asal-asalan atau yang serius, penjual kaki lima - tempat dimana barang-barang dijual dengan harga yang murah-tidak-masuk-akal, atau sekedar menikmati manisnya mbak-mbak pedestrian di luar sana. Walaupun saya juga pernah dicoba untuk dicopet, tapi tidak jadi karena saya bentak dan saya tantang dia turun juga :)
Jadi ketika ada kesempatan buat menggunakan kendaraan umum, hari ini, ya saya coba lagi menggunakan kendaraan umum ke kantor.
Hasilnya adalah: saya lumayan takjub karena saya tiba kepagian di kantor.
Berangkat dari rumah di Jatibening sekitar jam 05:45 dan tiba di kantor daerah Mampang sekitar jam 07:00, dengan total biaya yang digunakan sebesar Rp7.000 (Rp4.500 Bis Patas 27, Rp500 buat pengamen, dan Rp2.000 Mikrolet 75). Sempat sarapan di rumah pula (biasanya saya sarapan di daerah tebet atau senopati). Lumayan menghemat pengeluaran ya.
Iya sih saya sempat berdiri karena nggak dapet tempat duduk. Padahal diniatkan untuk tidur di bis, hilanglah harapan bisa tidur. Tapi sisanya nggak terlalu parah kok: bis dan mikroletnya tidak terlalu penuh.
Itu perjalanan perginya, kalau pulangnya pasti perjuangannya lebih hebat: jam pulang kantor yang bersamaan jadi pastinya angkutan umum lebih penuh sesak. Tapi nggak tau juga ya.
Mungkin saya bisa ikut untuk #AngkotWeek nanti.
(..dan mungkin harus juga ya naik angkutan umum ke kantor, biar blog ini nggak terlalu terbengkalai )

Tuesday, October 12, 2010

Monday, September 27, 2010

Let's see what will happen or things that change within 4 years

Itu adalah ungkapan dalam hati saya ketika saya ada dalam perjalanan mengantarkan adik pertama saya untuk kuliah S3 di London Jum'at lalu.
Dia, adik pertama saya, adalah kebanggaan orang tua saya, jadi jangan heran kalau dia jadi anak kesayangan mereka. Saya akui itu. And I didn't even feel jealous. Malah bangga.
Dia orangnya sabar, penuh perasaan, punya karir yang bagus di Bandung sebagai dosen - mengikuti jejak my old man, punya pasangan yang cocok, perhatian sama orang tua, punya anak yang lucu, lebih ganteng dari saya, de el el.
Ketika saya curhat ini sama @calyxgurl, calyxgurl heran, "elo kok memandang diri elo rendah gitu sih?" Well, ini bukan masalah harga diri, ini adalah kenyataan, dan saya nyantai aja kalo kenyataannya adik saya itu memang 'lebih' daripada saya.
Sebenarnya udah lama saya denger rencana dia untuk melanjutkan S3 di luar. Tempatnya mengajar memang mewajibkan para staf pengajarnya untuk mengejar beasiswa. Tapi dulu rasanya nyantai aja, ketika tiba waktu dia berangkat, saya agak terhenyak juga: apa rasanya nggak ketemu dia selama 4 tahun berturut-turut? (Damn... I hate when I cry, thinking about this).
See you soon, and let's see what will happen or things that change within 4 years.

Tuesday, September 21, 2010

Yang telah berlalu

Ramadhan sudah lewat. Dan rasa-rasanya, ini adalah Ramadhan yang paling parah yang pernah saya lewati: enam kali bolong. Semuanya karena sakit, tidak berturut-turut. 'Hadiah' kebandelan ego yang menganggap puasa itu enteng: agak demam, dipaksa puasa, untuk kemudian batal, kondisi membaik sedikit, dipaksa puasa lagi, batal lagi. Akhirnya setelah berturut-turut tiga hari tidak puasa dan tidak masuk kantor, kondisi tubuh jadi agak lebih normal.
Jadi ketika Idul Fitri tiba; ketika ada sebagian orang merasa sudah mencapai 'finish' menjalani puasa, saya justru merasa bahwa ini adalah awal dari sebuah perjalanan lain. Yang lebih berat: menambal bolong enam hari ketika mayoritas orang tidak berpuasa. Walhasil sampai sekarang belum ada satupun dari bolong enam hari itu yang terbayar, padalah akhir Ramadhan sudah lewat lebih dari seminggu yang lalu.
Ramadhan juga selalu membuat saya penasaran: bagaimana saya melewati Ramadhan? Tahun depan, bagaimana saya merayakan akhir Ramadhan? Dengan siapa saja saya melewati akhir Ramadhan?
Ramadhan tahun kemarin: saya melewatinya ketika bekerja freelance di sebuah konsultan di Bandung. Sahur pertama saya lewati di Aceh, makan di sebuah rumah makan padang dekat Kodam dengan salah seorang pelayan 'melambai' yang selalu saya ingat ("Iya mas, kalau jus itu pake es, kalo nggak pake es jadi ju dong..."), buka puasa pertama di Bandung.
Tahun lalu, karena saya masih ber-freelance di Bandung, saya jadi melewatkan hari-hari puasa di Jakarta atau di Bandung.
Tahun ini, karena sudah kembali bekerja di Jakarta, jadi hampir seluruh hari berpuasa saya lewati di Jakarta - dan satu hari terakhir berpuasa di Bandung.
Tapi percaya atau tidak, saya dan partner suka lupa: bagaimana kami melewati makan sahur? Sepertinya ada bagian dari benak kami yang menghilang, meredup, ketika mencoba mengingat-ingat bagaimana kami melewati makan sahur.

Tuesday, August 10, 2010

Ramadhan

Ya Rabbi,
Dengan segala kerendahan hati hamba-Mu ini, dan segala izin dan kemurahan-Mu.
Hamba-Mu memasuki bulan-Mu yang paling suci: Ramadhan.
Berikanlah hamba-Mu ini
kekuatan hati untuk menjalani hari
keteguhan iman untuk beribadah malam
dan berikanlah rahmatmu ya Rabbi
Untuk dapat melewati Ramadhan tahun ini
Dengan segala hati yang suci

Wednesday, August 04, 2010

Senyum

Menurut saya, senyum itu berharga. Senyuman, bisa memberikan energi positif kepada orang yang tersenyum dan orang yang melihat senyum itu.
Karena hanya ingin melihat senyuman ini, saya jadi tega tidak memberikan sedekah ala kadarnya kepada seorang nenek yang biasa mangkal di daerah Kemang Timur sana, di ruas jalan yang biasa saya lalui tiap pagi. Nenek ini, anehnya, memberikan senyuman jika saya tidak memberikan sedekah. Tapi jika saya memberik dia sedekah ala kadarnya, dia tidak tersenyum, malah tergesa mengambil uang dan langsung berlalu.
Duh padahal apa salahnya ya tersenyum.
Jadi ya itu tadi, saya lebih memilih untuk tidak bersedekah hanya karena ingin melihat nenek itu tersenyum. Senyumnya tulus lho, seakan memaklumi kalau saya tidak mau bersedekah. Saya mengangkat tangan saya dengan jemari terbuka, sambil berbisik maaf. Nenek itu biasanya juga tersenyum maklum, sambil menganggukan kepala.
Tulisan ini juga dibuat harusnya dengan tersenyum, meskipun dipaksakan. Karena tulisan ini dibuat hampir menjelang tengah malam menunggu email dari klien yang tak kunjung datang. Duh.

Friday, July 23, 2010

cita-cita

ade
aa lagi duduk sendirian di bandara juanda, menunggu pesawat ke jakarta.
Lorong bandara sudah mulai sepi, nggak rame kaya tadi.
Masih banyak yang nunggu pesawat, yang sepertinya bakalan terlambat.
Di depan aa ada pasangan kakek nenek yang sepertinya juga nunggu pesawat.
Aa pengen kita seperti mereka, belasan atau puluhan tahun ke depan.
Si kakek pendiam, memperhatikan orang yang lalu lalang. Si nenek yang kelihatan lebih cerewet, OB bandara yang baru kenal langsung diajak ngobrol. Si OB langsung curcol.
Si kakek tetap diam, sepertinya maklum kalau si nenek memang doyan ngobrol. Si kakek duduk anteng, sesekali ngeliatin aa.
Tadi si nenek sempat juga ngajak ngobrol si kakek, seperti aa, dia cuman ngangguk-ngangguk aja.
Aa pengen kita seperti mereka, belasan atau puluhan tahun kemudian.
Masih dapet jalan-jalan berdua aja. Hanya berdua.
Sekarang si nenek sudah baringan, mungkin kelelahan. Si kakek tetap duduk di dekat si nenek, sambil sesekali terkantuk (damned delayed flight).
Aa pengen kita berdua seperti mereka

Sunday, May 23, 2010


Here I am again.
Pertama kali kesini, saya diajak oleh mantan pacar saya, yang sekarang jadi istri saya. Dulu sebelum kenal sama dia, saya jarang pergi-pergian ke tempat seperti ini. Tapi pas p-d-k-t sama dia, saya sering diajak ke tempat-tempat ini.
Dia beberapa cabang dia di Jakarta sini, salah satunya yang saya tahu ada di kawasan Senopati. Tapi yang dikawasan Cikini ini yang sepertinya bersejarah buat saya.
Di sini, saya pernah bilang sama dia:
"pernah nggak kamu ngerasa kangen banget sama seseorang, padahal orang itu berada tepat di samping kamu?" sambil ngeliat dia penuh arti...
"nggak tuh, kalo kangen harus jauh dong..."
garing deh :)
Tempat ini, dalam beberapa kondisi tertentu, memang menawarkan kenyamanan. Tempat bengong, dan tempat untuk menjadi 'sendiri'. Dulu sih ada beberapa mainan disini yang bisa dimainkan, tapi kok ya sekarang saya nggak ngeliatnya ya.
Saya emang lagi pengen bengon aja...

Wednesday, May 12, 2010

Tulisan Serpihan

Menulis itu memerlukan energi.
Coba tanya teman wartawan atau penulis, atau orang-orang yang pekerjaan menulis. Setelah seharian kerja, menulis tentunya, mereka pasti cape.
Tapi di sisi lain, menulis itu pekerjaan bersejarah, kalau mau jadi bagian dari sejarah, ya menulislah. Menulis itu ibarat menabung ide-ide (bisa jadi ide brilian atau nggak brilian). Suatu saat nanti, ketika kita baca tulisan-tulisan kita sebelumnya, kemungkinan besar selalu ada ide yang muncul di benak kita.
Dan itulah dilema saya sekarang, yang kadang-kadang klise juga sih.
Too busy to write on this blog...
padahal banyak banget ide buat nulis blog: pertama tentang surat terbuka buat ibu Sri Mulyani. Siapa sih orang Indonesia sekarang yang nggak kenal dia? Yaa saya juga sebenernya sih nggak terlalu kenal Ibu Sri Mulyani, tapi lebih kenal sama suaminya Pak Tony. Di tengah kasus Century yang lagi hangat, tiba-tiba Ibu Sri cabut buat jadi Managing Director di World Bank. Banyak sudut pandang disana: Ibu Sri sebagai Kartini model terbaru atau anggapan bentuk intervensi asing terhadap proses pengadilan di Indonesia.
Ide penulisan yang kedua, tentang rencana pencabutan three in one dan diganti dengan sistim berbayar untuk yang mau lewat Thamrin dan Sudirman sebesar Rp20.000, mirip jalan tol gitu.
Buat saya, Pemda DKI Jakarta selalu punya ide-ide brilian untuk menyelesaikan masalah secara instan, khususnya untuk yang berkaitan dengan prasarana umum. Transjakarta yang belum semua jalurnya jalan, malah udah ada sebagian halte-nya yang rusak, belum bisa mengurangi kemacetan di Jakarta. Malah kayanya nambah, khusus yang tiap hari lewat Mampang - Buncit mestinya sih udah jamak ya. Buat saya, untuk mengatasi kemacetan Jakarta ya benerin dulu fasilitas umumnya: benerin terminal-terminal, kasih kredit ke pemilik angkutan umum buat peremajaan angkutan. That's it. Tapi mungkin lebih susah 'nilep'-nya kali ya....
Ide ketiga tentu saja tentang Putri Jail. Seperti pagi ini, sebelum saya dan partner berangkat ke kantor, di tarik tissue gulungan di rumah, kurang lebih panjangnya sekitar 2,5 m. Lalu dia bilang ke saya "Ayah, coba liat ni, aku pelihara ular...warna putih..." Kali lainnya, dia merengek-rengek minta dinyalakan laptop saya: "Aku mau buat tugas kuliah..." katanya. Imajinasi anak-anak memang luar biasa. Saya sih berharap dia tetap punya keberanian untuk berimajinasi.
Keempat saya sedang baca e-book Pandji: NASIONAL.IS.ME. Buat saya, ini bahan bacaan yang cukup menarik. Pandji menawarkan sudut pandang yang menarik tentang Indonesia. Intinya sih dia pengen bilang: jangan bilang benci sesuatu kalau kita nggak kenal sesuatu itu. Banyak orang Indonesia yang benci sama Indonesia itu sendiri, hanya gara-gara melihat hal-hal seperti politik atau korupsi. Elu harus kenali Indonesia, jalan-jalan ke pelosok Indonesia, baru elu mutusin buat benci atau nggak sama Indonesia.
...
itu serpihan tulisan-tulisan yang pengen dishare di blog ini. Tapi sayangnya, mood dan momen-nya udah agak lewat.
Have a nice long weekend.

Thursday, April 08, 2010

waktu menulis

Sepertinya, waktu menulis yang optimal buat saya adalah pagi hari. Ketika udara belum terlalu berpolusi. Benak dan pikiran masih segar, dipenuhi ide-ide.
Bukannya sore hari seperti ini.
Mood sudah hilang, pikiran sudah penat.
Atau mungkin pas weekend ya? Cuma pasti digerecokin Putri Jail: "Mau maen Spongebob Ayah...MAU MAIN SPONGEBOB....MAU MAIN AYAAAAHHHHH!!!"

Wednesday, January 27, 2010

The other side of me...

Ikut my partner dengan kuisnya di tengah jeda kerja...

1. Alat musik apa yang ingin kamu kuasai?
Gitar dan piano, soalnya dua-duanya romantis.....Lagu-lagu melow slow yang bagus biasanya didominasi sama dua alat musik ini. Gitar sih udah bisa sejurus dua jurus. Belum semahir Jubing atau anak kecil yang di August Rush. Tapi kalau piano masih blank.

2. Kalau bisa jadi orang (negara) lain selain orang Indonesia, kamu mau jadi orang apa?
Dem...rada susah, saya kok rasa-rasanya nggak pernah membayangkan jadi warga negara lain ya?
Let me think.... mungkin jadi orang Italia aja, biar bisa jadi Mafia. Ini gara-gara trilogi GodFather. Love the movie very much. Tapi orang China juga kan bisa jadi Triad ya? Orang Jepang juga bisa jadi Yakuza...

3. Mau bertualang waktu ke masa lalu atau masa depan?
Masa lalu. Ke jaman Jahilyah, biar bisa nemenin Rasul berjuang.

4. Mau punya kekuatan super apa?
Boleh ngeborong nggak? Yang pertama: Jumper. Tau filmnya dong...
Lalu pengen kaya Superman; bukan karena punya pandangan infra merah (bisa tembus pandang apa aja...on the second thought..mmmmaayybeee), bukan karena bisa terbang (...nggak terlalu yakin juga sih...) dan bukan dia kuat (...pengen juga sebenernya...) tapi lebih karena dia cuman butuh tidur satu atau dua jam untuk beristirahat penuh, untuk jadi seger lagi.
Lalu kemampuan kaya Profesor Xavier: reading and controlling other's people mind.

5. Kalau bisa memilih profesi lain, mau jadi apa?
Assassin....as simple as that

6. Kalau TERPAKSA jadi anak presiden Indonesia, mau jadi anaknya siapa?
Harusnya pertanyaannya diubah buat my old man: kalau mau jadi presiden, mau jadi presiden kaya siapa?
Ini juga pertanyaan yang susah-susah gampang...jadi anaknya Soeharto aja deh. Tajir, berkuasa...

7. Kalau hidup kamu difilmkan, kamu mau siapa yang memerankan kamu?
Kayanya sih yang paling mirip sama gw ya Nicholas Saputra (hooeeekkkk....). Gw adalah orang yang angin-anginan, agak moody, galak, pendiam, kind tapi pendendam-pemarah, tipe orang yang biasa memendam sesuatu dan menunggu untuk meledak. Tantangan karakter yang bagus buat Nicholas kan?

8. Soundtrack filmnya apa?
hmmmm, pasti albumnya nanti tidak bisa dikategorikan dalam bentuk tipe lagu. Gw suka Sepultura, Metallica, Manowar, Michael Jackson, Jason Mrazz, Sting, Slank, Maliq D'esential, Ebiet G. Ade, Doel Sumbang..etc, Gw nggak terpaku ke penyanyi-nya siapa, tapi lebih fokus ke lagu yang dibawa-in. Jadi agak bingung kan.
Tapi berhubung yang mendominasi kehidupan gw adalah tipe yang pendiam, mungkin yang agak kena itu Phil Collins ya...atau Aditya Sofyan...(tapi albumnya yang bagus udah kepake di Kambing Jantan-nya Raditya... album keduanya: Forget Your Plans..belum didengerin semuanya...)

9. Kalau jadi homo/lesbi, kamu mau siapa jadi pacar kamu?
Ini kenapa gw tadi di pertanyaan nomor 7 gw jawab Nicholas Saputra....pendekatannya sambil ngebahas film...(ampuuunnnn deh...)