Wednesday, December 14, 2011

...yang baru

Terpikir buat blog baru, ya karena ada tuntutan dari pekerjaan. Blog yang ini sepertinya terlalu personal. Dan rencananya blog yang baru nanti, lebih ke insight tentang pekerjaan.
Sudah hampir lima tahun di industri ini, masa nggak ada yang bisa di share?
Jadi nantinya akan ada dua blog: yang pertama yang disini, untuk hal-hal yang sifatnya pribadi. Dan yang kedua adalah blog yang masih dalam rencana itu, yang nanti isinya tentang pekerjaan.
Tadi sudah lihat-lihat di account Wordpress, ada beberapa yang menarik sih.
Kenapa harus di Wordpress? Karena sebenarnya saya ada sekitar 4 blog yang tidak terpelihara di account Wordpress saya. Selain itu pagi ini saya lihat, ternyata pengguna Wordpress jauh lebih banyak daripada Blogger, meskipun Blogger menawarkan hal-hal yang lebih menarik karena sindikasinya dengan Google.
Tapi apa masih bisa rajin di update ya?

Tuesday, August 23, 2011

Apa kabar?

"Mau makan apa roi?"
Kalimat itu biasanya ditanyakan kepada diri saya sendiri, ketika saya merasa sedang perlu perhatian.
Seperti kemarin malam, dalam perjalanan dari kantor. Badan saya memang sedang tidak dalam kondisi fit dan saya harus menjaga kondisi badan dengan asupan yang lumayan. Jadilah pertanyaan itu timbul lagi. Pertanyaan ke diri sendiri.
Tiba-tiba saya tersadar, sudah lama pertanyaan itu tidak diajukan. Sudah lama saya tidak berdialog dengan diri sendiri. Mengacuhkan diri saya sendiri. Saya, selama ini telalu memaksa diri saya sendiri untuk memenuhi tuntutan dari luar diri sendiri. Saya telah mengabaikan diri saya sendiri dengan tidak mengajak berbicara diri saya sendiri. Agak memusingkan memang kalimat ini ya.
Tapi mungkin ini bukan hanya dialami saya saja. Saya yakin banyak orang diluar sana yang, disadari atau tidak, tidak memperhatikan diri sendiri. Mereka hanya beraktivitas karena memang tuntutan dari lingkungan sekitar mereka.
Kapan terakhir kita bilang 'Apa Kabar?' ke diri kita sendiri? Menanyakan apakah diri kita baik-baik saja. Meyakinkan kebutuhan diri kita sendiri untuk diperhatikan.
Yah setidaknya saya sudah lama tidak melakukaan itu.
(dan akhirnya saya memilih makan di rumah saja...)

Monday, August 08, 2011

Pertanyaan

"Kamu, 5 tahun lagi mau jadi apa?"
Ini adalah tipe pertanyaan yang paling saya benci. Menjawab pertanyaan ini dengan baik merupakan cerminan pribadi seorang yang bertanggung-jawab - mempunyai perencanaan yang matang. Which is I'm not. Tapi tidak menjawab pertanyaan ini mencerminkan orang yang selalu pasrah. Which is I am. Padahal dengan semua tanggung-jawab yang saya punya, posisi pekerjaan yang sekarang saya jalani, saya harus menjadi orang yang bertanggung-jawab dan mempunyai perencanaan yang matang.
Saya menjalani hidup saya as it is, mengikuti aliran kehidupan kemana membawa saya pergi. Tanpa perencanaan. Lulus kuliah - daftar ke kampus - mengambil pelatihan penyiaran - bergabung dengan sebuah radio swasta - lulus kuliah - pindah ke Jakarta untuk menjadi jurnalis - pacaran - menikah - pindah jadi konsultan - punya anak.... Semuanya saya jalani tanpa perencanaan yang matang, tanpa diawali pertanyaan "Kamu nanti mau jadi apa?"
Malangnya, sore ini, sehabis tajil, teman di kantor menanyakan pertanyaan yang saya benci itu.
Merasa gengsi kalau tidak menjawab. Saya jawab: saya mau lima tahun kedepan saya bisa menemani putri jail ke sekolah.
Kalo masalah kerja gimana? Ya gue bisa kerja dari rumah kan? Freelance consultant lah, freelance writer atau apalah.
That's it

Tuesday, August 02, 2011

Mengelola Nafsu

Saya pernah suka banget sama Nasi Goreng dan ayam goreng tepung, terutama KFC. Dulu saya pernah punya langganan tukang nasi goreng yang biasa mangkal di deket Apotik Kimia Farma Buah Batu, Joni namanya. Saya suka banget makan nasi goreng disana. Jadi dulu salah satu impian saya adalah makan Nasi Goreng Joni dengan ayam goreng KFC. Saya pikir, itu pasti kombinasi yang dahsyat banget. Tapi ternyata setelah kesampaian, makan nasi goreng sama ayam goreng KFC, saya pikir-pikir lagi: "kok rasanya biasa aja ya?"
Mirip-mirip dengan kejadian pas saya lagi puasa sekarang ini.
Tengah hari pas puasa, saya sudah membayangkan kombinasi dahsyat untuk berbuka: buat tajilnya ada es cendol yang dingin, air teh manis hangat, duren, kurma, martabak asin dan martabak manis. Terus buat makanan buka akan ada Sate Ayam si Bun, Ayam Bakar Mas Mono, Tongseng Pak Min, Rendang dari Sederhana, Nasi Goreng Bakti.....
Tapi
Ini yang sering kejadian: setelah berbuka, terus minum air putih dan teh manis hangat disusul sama makan dua sampe tiga makanan kecil. Kok rasanya perut udah penuh ya? Nggak sanggup makan makanan yang tadi siang menjadi khayalan.
Mungkin ini ada hubungannya dengan pengelolaan nafsu: kemauan banyak tapi ternyata untuk mencapai 'cukup' nggak perlu sebanyak itu. Untuk mencapai 'cukup' dengan kadar kepuasan yang memadai kita memang nggak perlu jadi serakah.
Selamat menjalankan ibadah puasa ya

Monday, July 18, 2011

Sekolah


Sudah sejak seminggu terakhir ini, putri jail mulai sekolah. Seneng juga melihat dia semangat buat sekolah. Ya sebenarnya dia minta sekolah dari tahun kemarin, tapi umurnya belum cukup untuk masuk TK. Saya inget waktu tahun ini dia mendaftar, sekitar bulan Mei - Juni, putri jail sudah curi start buat memakai seragam yang diberi pihak sekolah saat mendaftar. Hampir semuanya dicoba: seragam batik, seragam putih, dan seragam olah raga. Dia kelihatan bangga sekali sudah mau sekolah.
Banyak harapan yang dibawa orang tua waktu seorang anak melangkahkan kaki untuk pertama kalinya ke sekolah, saya kurang lebih juga begitu. Saya ingin putri jail menjadi pribadi yang lebih baik dari orang tuanya. Punya keberanian, percaya diri. Banyak harapan yang ditimpakan ke putri jail. Saya sadar kalau ini sepertinya kurang benar. Harusnya saya tidak mengekang putri jail dengan semua harapan saya dan membiarkan dia menikmati masa-masa sekolahnya.
Semoga saja saya bisa mendampingi masa-masa sekolah putri jail, masa-masa saat dia tumbuh dan berkembang menjadi seorang perempuan dewasa, baik pada saat-saat yang menyenangkan atau pada saat-saat yang buruk. Tanpa membebani dia dengan segala harapan orang tua.

Sunday, June 26, 2011

Confession of a creative mind

"Gue sebelum tidur, biasanya main PlayStaion. Satu atau dua game aja biasanya udah ngantuk dan tidur. Bener kata elo, gue meskipun keliatannya lagi diem, pikiran gue nggak brenti, mikir ini, mikir itu."
"Gue ditanya sama investor yang punya tanah di Bali dan di Ciater, 'elo kalo mau buat tempat rekreasi dimana?' gue jawab di Ciater. Kenapa? Kalo di Bali tempat rekreasi terus jadi hype nggak aneh, lah kalo di Ciater? Tempatnya kan belum seterkenal Bali, tapi kalo ada tempat rekreasi yang hype kan oke tuh."
"Iya, Trans Studio yang di Bandung, mungkin juga yang di Makassar, gitu-gitu aja, nggak nawarin sesuatu yang baru. Meskipun gue belum kesana dan pengen liat juga, kalo yang di Makassar pernah."
"Di konsultan gue cuma ada empat orang yang permanen selain gue, yang lainnya cabutan, gue kerja bareng sama Iwet Ramadhan, Nicholas Saputra, sama yang lainnya."
"Temen gue ada yang nanya, dia bokapnya tajir dan dia mau buat mall di Medan. Konsep mal-nya simpel minimalis. Kata gue jangan seperti itu konsepnya, Medan itu kota di Indonesia yang budaya Melayunya masih kentel, coba deh elo datang ke Medan, nuansa melayu keliatan banget. Makanya gue saranin pake konsep Melayu aja, sekalian memelihara tone budaya disana."
"Gue udah 7 tahun brenti ngerokok, dulu pas di Hardrock kan banyak tuh yang ngerokok, gue sih masih bisa tahan. Tapi kalo gue liat film, terus si jagoannya lagi serius mikir, sambil pelan-pelan nyulut rokok yang ada di mulutnya. Nah itu gue yang kadang-kadang nggak tahan. Menyampaikan pesen lewat film itu pengaruhnya gede banget. Makanya salah satu kerjaan gue yang menghubungkan brand ke publik lewat film. Contohnya ya di Catatan Si Boy. BMW itu. Dulu pas lagi ngetren, banyak kan anak-anak seangkatan gue yang punya pikiran pas nonton film itu 'wah gue mau beli mobil yang keren, kaya BMW deh'. Nah lewat film ini mereka diingetin lagi 'o iya, dulu pas film ini jadi tren gue pengen beli BMW."

Thursday, June 23, 2011

Jakarta

Happy belated birthday Jakarta. Ulang-tahunnya kemarin, pas tanggal 22 Juni.
Kemarin juga, saya dikasih hadiah yang lumayan unik dari Jakarta, perjalanan yang paling lama yang saya tempuh untuk berangkat ke kantor: hampir 2 jam.
Karena kendaraan saya tinggal di kantor, jadi saya berangkat naik angkutan umum. Sengaja saya berangkat dari rumah lebih pagi daripada biasanya untuk mengantisipasi kemacetan, yaitu jam tujuh pagi kurang banyak. Dan ternyata, sampai di kantor itu jam 9 aja...DAMN.....
Padahal dulu waktu pernah naik angkutan umum ke kantor yang sekarang, sekitar setengah tahun yang lalu, membutuhkan waktu paling lama 1,5 jam buat pergi ke kantor. Total ongkos yang saya bayar untuk naik angkutan umum ke kantor itu sebesar Rp13.000: Rp11.000 buat naik patas AC ke blok m dan sisanya untuk naik metromini sampai ke depan kantor.
Padahal, dengan duit sebesar itu, saya bisa pulang pergi kantor-rumah sebanyak tiga kali kalau naik sepeda motor.
Iya, sejak awal tahun ini, saya hampir selalu naik motor buat berangkat ke kantor. Pertimbangannya ya simpel aja, my partner sudah jadi freelancer jadi dia nggak perlu datang ke kantor setiap hari. Uang bensin sebesar Rp150.000 untuk sekitar tiga hari rasa-rasanya terlalu boros ya....sebulan bisa 1,2 juta untuk bensin, belum uang parkir yang sebulannya bisa Rp400,000. Dan itu habis untuk satu orang.
Jadi saya berpikir rasa-rasanya naik sepeda motor lebih ekonomis ya.
But then again, selamat ulang tahun ke Jakarta. Siapa yang mau ke PRJ?

Tuesday, June 07, 2011

Menulis...(lagi?)

Menulis laporan dan menulis di blog itu berbeda. Dua-duanya butuh energi untuk menyalurkan ide-ide yang tidak serupa. Menulis laporan misalnya, harus seperti seorang sniper. Langsung ke tujuan, nggak perlu bertele-tele. Menulis di blog, lebih mirip seorang assassin, ada jutaan cara untuk menyelesaikan tugas tapi semuanya harus rapih dan pasti; dengan racun, dengan sebilah pisau, atau dengan tangan kosong.
Saya sama terherannya sama Ratna, kemana semua energi menulis di blog yang dulu biasanya kami punya ditengah-tengah luapan energi untuk menulis yang lain?
Padahal saya diwanti-wanti untuk tetap mengasah kemampuan menulis saya. Tapi lagi-lagi: menulis itu membutuhkan energi, dan energi saya entah terbang kemana.

Monday, May 09, 2011

Kerja dan Liburan di Yogya

Sampai saat ini, menurut saya hal yang paling baik dalam liburan adalah saat perencanaannya: kapan kita mau berangkat, mau kemana, tidur dimana, ngapain ajah, dan yang lainnya.
Kemarin, sehari setelah saya pulang dari Yogya, saya cerita ke partner saya dirumah kegiatan saya di Yogya: yang intinya adalah kerja dan liburan. Dari dulu partner saya memang ingin ke Yogya bersama: saya, dia, dan putri jail. Sepertinya cihuy aja kalau kita liburan ke tempat yang agak jauh.
Tanggal sudah ditetapkan: akhir Juni, karena ada hari libur tengah minggu dan saya bisa minta cuti hanya dua hari untuk mengoptimalkannya. Tempatnya? Ya alternatif pertama adalah Yogya: browsing sana sini buat mencari hotel dengan rate paling murah lewat agoda. Sekarang, tahap perencanaan sedang 'mengambang' karena ada beberapa hal lain yang harus kami lakukan. But still: it's quite fun to plan a holiday with your love one.
Acara saya sendiri di Yogya kemarin cukup lancar, meskipun awalnya agak deg-degan karena persiapannya dari agency kami hanya dilakukan oleh saya sendirian. Acara-nya sih simpel aja: pembukaan kantor cabang klien kami, ada acara seremonial kecil dan mengundang rekan-rekan media.
Tidak terlalu banyak media yang diundang. Kalau di Jakarta untuk acara serupa bisa mengundang puluhan media. Sedangkan kalau di Yogya cukup belasan saja. Ada 16 yang diundang, 10 media yang datang.
Daaaannnn informasi acara peresmian ini dimuat di 5 media utama di Yogya: Kedaulatan Rakyat, Bernas, Harian Jogja, Radar Jogja, dan Tribun Jogja. Wohoooo. (Later on, di ada juga 4 online artikel tentang hal ini).
Kerja di Yogya kali ini juga ngasih saya kesempatan buat jalan-jalan disana. Sering banget denger Yogya sebagai kota turis, tapi tetep aja selama beberapa kali ke Yogya cuma datang selewat-selewat, nggak pernah meluangkan waktu yang benar-benar buat keliling Yogya. Tapi pas kemarin itu, nah dapet deh kesempatan itu. Setelah sewa motor buat sekitar 4 jam, saya jelajahi Yogya. Meskipun paling jauh ke UGM sih. Mampir di beberapa tempat buat beli titipan orang kantor: Malioboro (pastinya), Gudeg Yuk Jum, Ayam Bacem Mbok Sabar, UGM, sama beberapa daerah lainnya.
Lumayan lah.

Monday, May 02, 2011

Boot Camp Training

"Thank you for showing me the dark side of account management Long." Nama lengkapnya Long Yun Siang, dari Refine-Path, konsultan yang disewa oleh kantor saya untuk memberikan pelatihan tentang account management akhir pekan lalu.
Trainingnya berlangsung dua hari: Jumat dan Sabtu. Selama dua hari itu kami tidak boleh berinteraksi dengan perangkat komunikasi (idealnya, tapi ada beberapa yang bandel yang sempet curi-curi cek email atau BBM di sela-sela istirahat).
Pelatihannya sendiri disebut Boot Camp Training: istilah yang digunakan untuk menggambarkan pelatihan yang cukup berat - saking beratnya ada account director yang pingsan di toilet pas istirahat siang (setelah diteliti, ternyata malam sebelumnya dia nggak tidur karena ada deadline dari klien dan paginya minum Kratingdaeng dan Kopi....kombinasi yang menakjubkan bukan? tinggal ditambah Johnnie Walker tuh). Tapi Long sendiri bilang Boot Camp Training yang asli beratnya itu tiga kali lipat daripada training kemarin. Padahal saya bilang ke partner saya di rumah waktu pas malam Sabtu: "Now I understand why I do not want to pursue my master degree - males banget ngerjain tugasnya..."
Secara keseluruhan, trainingnya menarik, dengan semua pemaparan, tugas, dan role-play game. Yang intinya gimana menangani klien dari sisi internal dan eksternal. Tapi sejujurnya, habis pelatihan ada pertanyaan besar yang muncul di benak saya: cocok nggak ya saya di industri ini?
Saya inget salah satu omongan Long: "This industry is offering you the worst job in the world but also the best job in the world."
Nah lho.

Monday, April 25, 2011

2011 TIME 100

Buat saya selalu menyenangkan membaca kisah tentang orang lain. Seperti yang diprofilkan dalam 2011 TIME 100. 100 profil singkat tokoh-tokoh dalam satu tahun terakhir.
Kali ini, TIME memilih berdasarkan perubahan dan social media. Seperti yang ditulis Redaktur Pelaksana Majalah TIME Richard Stengel dalam pengantarnya untuk TIME 2011:
And this season of revolutionary change has been deepened, widened, and accelerated by the power of social media. It's never been easy to influence or to be influenced.

....
Ya ampun...terpotong kerjaan dadakan dari klien....

Monday, April 18, 2011

Seniman

Seniman itu ahli. Dalam arti luas. Seorang seniman itu biasanya punya pola pikir 'out-of-the-box', mengerjakan sesuatu diluar kebiasan, diluar pakem-pakem yang selama ini biasa dijalankan.
Saya sering banget denger penggunaan kata 'seniman' ini dalam tulisan, atau lebih banyak dalam narasi, pada hal-hal yang sangat sedikit berhubungan dengan seni. Seniman, sebagai seorang ahli, sepertinya mempunyai pendekatan alternatif dalam menangani sebuah masalah-kejadian-atau apalah namanya itu.
Seperti Agus Hadi Sudjiwo atau Sujiwo Tejo. Pekerja seni tenar yang DO dari ITB. Beberapa hari yang lalu, saya mem-follow akun twitter-nya: @sudjiwotedjo, saya lupa lagi kenapa saya follow dia, mungkin karena dia di-mention di garis-masa akun twitter saya.
Alih-alih pengetahuan atau informasi tentang seni yang saya dapatkan dari dia, saya mendapatkan informasi lain: khususnya tentang pendidikan. Dua hari terakhir ini @sudjiwotedjo lumayan aktif nge-twit tentang UN dan hari ini tentang skripsi.
Khusus tentang UN, ada beberapa tips alternatifnya yang membuat saya berpikir "Eh, iya ya, mungkin emang harus digini-in.."
Anggap bahwa semua punya otak dan nyawa,ya tanganmu,ya matamu,ya telingamu,maka dlm belajar jgn cuma pakai mata
Contoh soal dan jawaban jangan cuma kamu baca,ucapkan juga shg telingamu dengar,tulis ulang agar tanganmu jg "tahu"
Ekstremnya,andai soal dan jawab itu kamu imajinasikan punya bau,aktifkan juga indra penciumanmu
Inget,mata,tangan,telinga,penciuman punya memori masing2.Belajar akan efektif kalau seluruh memori tuh nyatu
Semua tulisan diatas dibuat dia dengan hashtag #tipsUAN. Lumayan buat nambah pengetahuan dan sepertinya sih ini bisa diterapkan di hal yang lain-nya juga.
BTW hari ini saya juga dapet info menarik tentang pendidikan dengan metoda mind mapping. Mungkin nanti bakalan saya share kalau sudah dapet info-nya secara menyeluruh.
GO JANCUKERS

Thursday, April 14, 2011

Obat Ngantuk

Beberapa hari terakhir ini saya sibuk buat cari obat ngantuk. Somehow, ngantuk di kantor semakin menjadi-jadi. Bahkan sebelum jam istirahat makan siang.
Oh no.
Bahkan kemarin saya sampai harus dibangunkan sama teman yang duduknya dua meja di sebelah saya.
"Berisik tau."
Loh kok? Orang tidur kok berisik? Ternyata saya mendengkur. Yah ternyata salah satu identitas rahasia saya terbongkar juga di kantor ini: Sang Pendengkur.
Lucunya, sesaat setelah dibangunkan oleh teman saya itu, saya melihat inbox email saya dan ternyata ada undangan survey online (ini biasa dilakukan oleh teman-teman di Pathfinder, salah satu divisi di kantor kami) tentang kebiasaan mendengkur. Kebetulan banget sih?
Atau mungkin jam tidurnya harus diubah ya?

Wednesday, March 16, 2011

Tempo

"Harus baca. Itu Majalah Tempo edisi 40 tahun. Tulisannya bagus-bagus. Gue suka banget tulisannya siapa itu? Suaminya Sandrina Malakiano? Eep. Harus baca."
Begitu kurang lebih yang dibilang sama supervisor saya beberapa hari yang lalu. Sebenarnya saya tidak meragukan tulisan di Tempo, semuanya bagus. Semua tulisannya 'mengalir'. Hanya saja terkadang isu-isu yang diusung lumayan berat: politik, ekonomi, atau apalah. Membayangkannya saja saya lelah. Ini sebabnya selama beberapa bulan terakhir saya lebih menikmati saudara muda dari Tempo: U-magz. Majalah lifestyle buat pria dari dapur redaksi yang serupa: Tempo.
Jadi begitulah, sepanjang sore ini, saat dimana sebagian warga Jakarta terjebak kemacetan akibat hujan es dan angin kencang yang berujung pada genangan air dan dahan-dahan pohon yang patah, saya terpekur di meja buat menekuni Tempo edisi ulang tahun ke-40nya, sambil sesekali melihat garis masa di Twitter.
Pada edisi ulang tahun ini, Tempo membagi fisik majalahnya menjadi dua (edisi depan-belakang): yang pertama adalah edisi normal dan yang kedua adalah edisi Kecap Dapur Tempo yang berisi tulisan-tulisan khusus untuk memperingati ulang tahun tempo ke 40.
Membaca Kecap Dapur Tempo ini seperti membolak-balik sebuah buku kenangan. Saya merasa lebih dekat dengan Tempo: deskripsi suasana rapat redaksi di tahun 70-an, melihat, Gus Dur (Alm.) yang sedang mengetik di mesin tik, dan Goenawan Mohamad muda berkacamata hitam atau hanya mengenakan singlet di depan mesin tik.
Tulisan-tulisannya membawa saya menengok cerita di balik artikel-artikel Tempo; tentang Catatan Pinggir; tentang liputan Tampomas II oleh Dahlan Iskan.
Bukan laporan khusus kalau tanpa kejutan, sama juga dengan Kecap Dapur Tempo ini. Saya akrab dan suka dengan tulisan Indra Herlambang di U-Mag. Saya takjub aja melihat artis yang bisa menulis bagus: runut dan 'mengikat' untuk dibaca sampai akhir. Di Tempo edisi khusus ini, Indra Herlambang juga menyumbang tulisan dua halaman, sama seperti tulisan dari orang 'luar Tempo' yang dimuat di Edisi Kecap Dapur Tempo: Janet Steele, Associate Professor of Media and Public Affairs George Washington University dan penulis buku tentang Tempo: Wars Within.
Sedangkan tulisan Eep? Cukup ditaruh di edisi normal-nya saja.

Monday, March 14, 2011

Pertemuan keluarga

Kemarin, keluarga besar dari pihak ibu saya mengadakan pertemuan sekaligus arisan keluarga. Tempatnya lumayan berjarak dari Jakarta: Ciater-Subang. Walhasil saya yang hanya hafal trayek Bandung-Sukabumi-Cianjur-Jakarta atau Bandung-Jakarta via Cikampek, tidak tahu jalan dan hampir saja bablas ke daerah Sadang setelah keluar dari Jatiluhur - alias jalan pulang lagi ke Jakarta.
Sebenarnya jarak Jakarta-Ciater sendiri mungkin bisa ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam: 1,5 jam untuk perjalanan di Tol Cikampek - GT Jatiluhur, dan 1,5 jam untuk GT Jatiluhur - Subang, Ciater via Wanayasa. Jalur ini biasa digunakan sebagai jalur alternatif mudik saat lebaran untuk arus kendaraan ke arah timur kawasan Pulau Jawa. Jalannya mulus sebagian dan sebagian lagi bergelombang. Tapi yang pasti jalur ini seperti jalur puncak yang tidak menampilkan pandangan monoton jalan tol: banyak kebun teh, pohon pinus kanan kiri jalan.
Keluarga kami menyewa enam (atau tujuh ya) cottage di Lembah Sarimas. Later on, saya tahu bahwa sebenarnya ini adalah usaha cottage yang islami: mereka mendukung (secara finansial dan logistik) sebuah masjid (Masjid As Sa'adah) yang berada dalam komplek cottage mereka. Ini saya ketahui saat sesi sharing dengan pemilik komplek cottage tersebut: Pak Monty - pria didikan Amerika Serikat dengan keterbatasan fisik tapi mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di kawasan Ciater.
Acara pertemuan keluarga kemarin memang bukan semata-mata hanya arisan keluarga saja, tapi juga ada sharing session sesama keluarga generasi ketiga (saya dan sepupu-sepupu saya). Sharing session dengan Pak Monty jadi acara yang cukup spesial. Selain acara sharing session, ke Ciater tanpa berendam di air panas alami rasanya kurang sreg (walhasil punggung saya merah-perih setelah berendam kemarin). Ada juga acara lomba anak -generasi keempat-. Nggak tau minum obat apa, Paman saya menunjuk saya sebagai panitia lomba anak-anak ini. Karena dadakan, saya menodong my partner buat bantu-bantu. Syukur acara lomba, dan keseluruhan acara, berjalan lancar.
Jadi apa saja yang diomongin disela-sela acara tadi? Yah, mungkin kita sering denger joke kalau pertemuan keluarga selalu jadi tempat dimana orang biasa nanya: "Kapan undangannya?" - hal-hal tentang pasangan hidup.
Tapiiiii, ternyata kemarin itu - setidaknya para pria - jarang membahas tentang 'undangan'. Entah bagaimana, kami lebih sering membahas lingkar perut kami yang sudah mulai membesar, makanan sehat, hindari karbohidrat, makan seafood laut dalam, de-el-el.
Harus diakui bahwa pria-pria generasi ketiga di keluarga kami memang rata-rata mempunyai lingkar perut yang besar -termasuk saya tentunya-. Kalau di Italia sih mungkin nggak apa-apa ya. (Di Italia, idiom yang berhubungan dengan pria berperut biasanya berhubungan dengan keanggotaan mafia).
Selain itu, mungkin ini akibat dari punya paman seorang dokter: yang nggak bosen-bosennya memberi nasehat kami buat jaga lingkar perut. "Kualitas kehidupan itu bisa dilihat dari lingkar perut seseorang," katanya berulang-ulang.
Diskusi masalah lingkar perut ini juga dipanas-panasi oleh sepupu saya yang kerja di Chevron sana. Dia bilang, setiap awal tahun ada kontrak yang dibuat antara pekerja dan perusahaan yang mencakup semua hal yang berhubungan dengan kinerja, termasuk kesehata, dan termasuk berat badan. Walah. Sepanjang pengetahuan saya, biasanya pramugari yang cukup ketat buat masalah ini. Di Singapore Airlines misalnya, pramugari yang ketahuan berat badannya bertambang akan dapat teguran. Tapi ini, perusahaan energi, sampe segitunya ya? Tapi ini bagus kok, ini menunjukkan bahwa perusahaan itu mempunyai perhatian untuk karyawannya sampai hal-hal sedetil itu.
Saya sendiri sih memang sudah punya niat untuk memperbaiki pola makan dengan mengurangi karbohidrat, dalam hal ini nasi. Tapi kok ya susah banget ya?
Karbohidrat kurangi, perbanyak ikan. Ikan juga nggak sembarang seafood.
Duh

Saturday, February 19, 2011

Minggu Pagi

Minggu pagi ini
Kicau burung dan suara guruh saling bersahutan
Seakan saling mengalahkan
Kadang ditingkahi semilir daun yang bergesekan
Tak lama kemudian
Aroma tanah basah menguar

Friday, February 18, 2011

Facebook dan Twitter



Awal tahun seperti ini, konsultan tempat saya bekerja melakukan beberapa pelatihan. To sharpen our skills, they say. No problem buat saya. Masing-masing pelatihan terkadang diselipi oleh studi kasus.
Ada satu studi kasus yang dipaparkan pada pelatihan kemarin, yang membuat saya kembali tergerak buat menulis tentang Facebook dan Twitter. Sebelum lupa, kemarin fokus pelatihannya adalah tentang Account Management.
Pendek cerita, ternyata ada satu masalah yang dipicu oleh up-date time line di sebuah account Twitter.
Needless to say kalau sekarang social media sudah sangat banyak mempengaruhi kehidupan di dunia nyata. Contoh terakhir yang lumayan heboh adalah lengsernya penguasa Mesir akibat demonstrasi yang dipicu dan dikoordinasi lewat timeline di Twitter. Enough said for example eh?
Disadari atau tidak, 'kepribadian' pada account social media, entah twitter, facebook atau yang lainnya, merupakan cerminan pada keseharian kita. Dan ini yang menarik, kita sebenarnya bisa memodifikasi kepribadian kita, atau mungkin tepatnya merencanakan kepribadian kita, minimal di ranah social media. (Dan pelan-pelan itu akan tercermin dalam kehidupan nyata, hopefully).
Mau seperti apa kepribadian kita di ranah social media? Apakah seperti @ndorokakung, blogger yang juga cukup aktif di Social Media? Atau @pitra, penggiat social media dengan spesialisasi bidang kreatif-nya? atau bapak blogger @enda? Ada juga si penulis buku dan tukang buat survey jail dinihari buta (but surprisingly ada juga yang ikutan), Okke @sepatumerah.
Disadari atau nggak, kepribadian (dan juga konsistensi mereka) tercermin dari account social media mereka, dalam hal ini twitter. Saya rasa beberapa rekan yang bergerak di industri kreatif, social media, atau penulis cukup banyak yang menjadi follower mereka. Coba ikuti timeline mereka di Twitter, dan mungkin kita akan bisa berbagi pandangan yang sama.
Kepribadian dan konsistensi mereka bisa dilihat dari update timeline di account mereka. Mereka biasanya memberikan informasi atau mengajak berdiskusi mengenai hal-hal yang menjadi interest mereka. Tapi terkadang mereka juga memberikan update status yang bersifat personal.
Mas @nukman dari virtual consulting pernah mengatakan, update time line status di social media dalam memang tidak melulu berisi hal yang berbau 'profesional' tapi juga berisi hal-hal yang bersifat pribadi, ini gunanya untuk berinteraksi dengan follower mereka. Dan hal yang terakhir ini juga yang mencirikan sebuah 'Social Media', tempat untuk berinteraksi atau bersosialisasi.
Tapi begitu banyak social media yang sekarang berseliweran, dan yang paling sering digunakan adalah Twitter dan Facebook.
Awalnya, saya agak bingung (sepertinya masih, sampe sekarang malah!), gimana cara membedakan penggunaan twitter dan facebook ini. Tapi setelah mengamati beberapa saat, saya sampe pada kesimpulan kalau twitter itu penggunaannya lebih kepada hal-hal yang bersifat pekerjaan, profesionalisme, sesuatu yang menjadi hobby atau pekerjaan kita. Sementara Facebook lebih bersifat kepada personalisasi, hal-hal yang bersifat pribadi.
Contohnya, mungkin update timeline saya di Twitter akan seperti:
"Brand is everything, no matter how sucks your client is"
"Check list done, prepare for the event,"
Sementara kalau di Facebook lebih seperti:
"Duh kangen putri jail nih"
"OTW to Bandung, holiday here we come"
Kurang lebih seperti itu lah, mungkin contohnya agak kurang kena ya.
Tapi will share you the rest later, kalo sempet dan kalo inget

Tuesday, February 08, 2011

Macet di Jakarta

Ini entah postingan saya yang keberapa yang membahas masalah macet di Jakarta. Tapi emang banyak yang berterima kasih kepada Foke karena kemacetan di Jakarta semakin parah beberapa waktu terakhir ini.
Saya coba merunutkan, beberapa kebijakan pemda dki yang memicu peningkatan kemacetan:
Busway
Dari awal, saya nggak setuju Busway. Harus ada infrastruktur tambahan (halte dan tangga penyeberangan), memakan badan jalan yang sudah ada sehingga mengurangi kapasitas jalan, dan mereka menggunakan rute angkutan umum yang sudah ada. Kenapa nggak mengoptimalkan sarana angkutan umum yang sudah ada sih? Kredit lunak bagi peremajaan angkutan umum dan renovasi terminal-terminal di Jakarta. Itu saja sudah cukup. Angkutan umum di Jakarta sebenarnya sudah mempunyai rute yang cukup banyak. Tapi memang masalah kenyaman dan keamanan jadi kendala. Tapi rasanya itu bisa diatasi dengan biaya yang relatif lebih rendah daripada proyek busway ini. Kalau memang Busway mau dioptimalisasi, ya contoh Korea Selatan dong: mereka mengeliminasi dulu semua moda angkutan umum sebelum busway-nya beroperasi, masing-masing bus dilengkapi dengan gps, dan sistimnya sudah terintegrasi sedemikian rupa secara komputerisasi dengan kantor pusat - yang bisa melihat kecenderungan kepadatan di halte-halte tertentu, untuk kemudian ditindak-lanjuti dengan pengiriman armada yang kosong dengan dilengkapi estimasi waktu tiba yang dikomunikasikan ke halte-halte yang padat tadi. EAT THAT.....
Penambahan volume ruas jalan
Nggak ada yang salah dengan kebijakan ini, kalau saya pemda dki mempertimbangkannya dengan matang. Saat ini ada dua proyek yang sedang berlangsung: fly over Antasari - Blok M dan fly over Kampung Melayu Tanah Abang. Mereka ada di jalur yang memang padat, dan saking padatnya, proyek itu membuat kemacetan kemana-mana karena badan jalan yang digunakan untuk pembangunan. Pemda lupa buat antisipasi kemacetan akibat dari proyek pembangunan ini. duh.

Monday, January 31, 2011

Awal dan akhir, in memoriam Ipong

Yak...
mulai menulis lagi. Salah satu niat saya di tahun ini memang lebih banyak menulis di blog ini yang kerap kali diabaikan.
Agak janggal juga mulai menulis di awal tahun pada akhir bulan, padahal harusnya awal tahun ya.
Saya mengawali tahun ini dengan kesedihan. Teman kerja saya yang duduk tepat di samping saya: Friendly Tamba atau biasa yang dipanggil Ipong, meninggal.
Hari Sabtu 1 Januari 2011, Ipong berangkat pagi dari rumahnya sendirian untuk mengikuti kegiatan di gereja. Rumah dia di daerah Tambun Bekasi. Gerejanya di daerah Pulo Gadung. Mungkin dia terburu-buru, dia lumayan aktif di gereja dan belakangan saya dengar bahwa untuk acara hari Sabtu itu dia jadi pembawa acara.
Tapi Ipong nggak pernah tiba di gerejanya hari Sabtu itu, dia mendapat kecelakaan, sempat di bawah ke rumah sakit, namun dia meninggal.
Saya diberi kabar Sabtu menjelang siang, oleh Emak. Saya agak ragu denger kabar itu. Emak minta kabar disebar-luaskan ke rekan kerja yang lain. Done.
Saya teringat kalau orang tua Ipong saat itu sedang tidak ada di Jakarta, mereka sedang pulang kampung ke Batak sana. Ipong sedang sendirian. Siapa yang mengurus jenazah Ipong? Apalagi Bepe yang langsung datang ke rumah duka Cikini ngasih laporan: "Ya ampun, belum diapa-apain, mirip foto-foto di Pos Kota,"
Untungnya ada Mbak Lita Pathfinder, yang langsung bantu-bantu disana.
Ipong kenal dengan keluarga saya, my partner dan putri jail.
Putri jail komentarnya adalah, "Pacarnya Om Ipong gimana?"
Damn, saya baru nyadar, siapa yang ngasih tau pacarnya, Ika, (belakangan baru saya tahu bahwa justru Ika yang mendapat kabar pertama kalau Ipong mendapat kecelakaan - ditelepon oleh Satpam rumah sakit. Meskipun dia nggak tau kalau Ipong meninggal).
Saya dan my partner menjenguk ke rumah duka di Cikini, cukup banyak teman kantor yang sudah datang, termasuk Bepe dan Mbak Lita. Brian, owner perusahaan, yang sedang kena demam berdarah juga dibela-belain datang.
"Ipong sedang dimandikan," kata Mbak Lita. Ipong pasti kelihatan gagah dengan setelan jasnya.
Terus terang, saya sendiri pada awalnya nggak bisa menentukan perasaan saya waktu awal-awal mendengar Ipong sudah meninggal. Belakangan, ketika saya dan my partner pulang dari Cikini, saya akhirnya menangis. Kehilangan. Beberapa sekelebatan kenangan Ipong melintas di benak saya.
"Panutan saya tuh kalau di PR ya mas roi," itu dia bilang. Padahal saya sendiri belum ada seujung kuku kalau di dunia PR.
Jujur, saya merasa marah karena ini nggak adil. Tapi marah sama siapa? Yang Maha Kuasa? Murtad dong.
Tapi saya masih berpendapat kalau ini nggak adil. Ipong, awak termuda di divisi kami, yang kemarin baru saja menentukan pilihan untuk tetap disini setelah mendapat tawaran dari mantan dosennya untuk bergabung dengan sebuah perusahaan, Ipong yang ganteng, yang masih punya banyak harapan, Ipong yang...
Tapi mungkin Yang Maha Kuasa punya kehendak lain. Saya teringat kutipannya Soe Hok Gie : berbahagialah mereka yang mati muda.
Ipong mungkin lebih bahagia di alam sana.

Friday, January 14, 2011

Blablabla

Postingan ini sebagian dibuat saat ngantri di KFC PVJ
Ini sindrom musiman yang sering muncul kalau saya ke Bandung, kota tempat saya dibesarkan,: sejuta pertanyaan 'what if', 'gimana kalo'.
Salah satunya adalah: gimana kalo saya dulu nggak ngambil pekerjaan di Jakarta dan terus bekerja di sebuah radio siaran swasta, yang letaknya dekat dengan rumah orang tua saya itu?
Gimana jadinya kalo ternyata saya lebih memilih politeknik itu daripada institut ini?
Gimana jadinya kalo ternyata istri saya adalah orang yang sama-sama dibesarkan di Bandung juga?
Gimana jadinya dulu waktu kuliah, saya 100% kuliah dan tidak lirik kanan-kiri lalu ngambil kursus broadcasting?
Gimana jadinya kalo ternyata saya meng-iya-kan mantan yang mau balik lagi itu? *berasalaku*
Gimana jadinya kalo ternyata saya lebih menikmati 'dunia malam' di Bandung dg sering kelayapan sama temen yg anak geng itu?