Saturday, February 19, 2011

Minggu Pagi

Minggu pagi ini
Kicau burung dan suara guruh saling bersahutan
Seakan saling mengalahkan
Kadang ditingkahi semilir daun yang bergesekan
Tak lama kemudian
Aroma tanah basah menguar

Friday, February 18, 2011

Facebook dan Twitter



Awal tahun seperti ini, konsultan tempat saya bekerja melakukan beberapa pelatihan. To sharpen our skills, they say. No problem buat saya. Masing-masing pelatihan terkadang diselipi oleh studi kasus.
Ada satu studi kasus yang dipaparkan pada pelatihan kemarin, yang membuat saya kembali tergerak buat menulis tentang Facebook dan Twitter. Sebelum lupa, kemarin fokus pelatihannya adalah tentang Account Management.
Pendek cerita, ternyata ada satu masalah yang dipicu oleh up-date time line di sebuah account Twitter.
Needless to say kalau sekarang social media sudah sangat banyak mempengaruhi kehidupan di dunia nyata. Contoh terakhir yang lumayan heboh adalah lengsernya penguasa Mesir akibat demonstrasi yang dipicu dan dikoordinasi lewat timeline di Twitter. Enough said for example eh?
Disadari atau tidak, 'kepribadian' pada account social media, entah twitter, facebook atau yang lainnya, merupakan cerminan pada keseharian kita. Dan ini yang menarik, kita sebenarnya bisa memodifikasi kepribadian kita, atau mungkin tepatnya merencanakan kepribadian kita, minimal di ranah social media. (Dan pelan-pelan itu akan tercermin dalam kehidupan nyata, hopefully).
Mau seperti apa kepribadian kita di ranah social media? Apakah seperti @ndorokakung, blogger yang juga cukup aktif di Social Media? Atau @pitra, penggiat social media dengan spesialisasi bidang kreatif-nya? atau bapak blogger @enda? Ada juga si penulis buku dan tukang buat survey jail dinihari buta (but surprisingly ada juga yang ikutan), Okke @sepatumerah.
Disadari atau nggak, kepribadian (dan juga konsistensi mereka) tercermin dari account social media mereka, dalam hal ini twitter. Saya rasa beberapa rekan yang bergerak di industri kreatif, social media, atau penulis cukup banyak yang menjadi follower mereka. Coba ikuti timeline mereka di Twitter, dan mungkin kita akan bisa berbagi pandangan yang sama.
Kepribadian dan konsistensi mereka bisa dilihat dari update timeline di account mereka. Mereka biasanya memberikan informasi atau mengajak berdiskusi mengenai hal-hal yang menjadi interest mereka. Tapi terkadang mereka juga memberikan update status yang bersifat personal.
Mas @nukman dari virtual consulting pernah mengatakan, update time line status di social media dalam memang tidak melulu berisi hal yang berbau 'profesional' tapi juga berisi hal-hal yang bersifat pribadi, ini gunanya untuk berinteraksi dengan follower mereka. Dan hal yang terakhir ini juga yang mencirikan sebuah 'Social Media', tempat untuk berinteraksi atau bersosialisasi.
Tapi begitu banyak social media yang sekarang berseliweran, dan yang paling sering digunakan adalah Twitter dan Facebook.
Awalnya, saya agak bingung (sepertinya masih, sampe sekarang malah!), gimana cara membedakan penggunaan twitter dan facebook ini. Tapi setelah mengamati beberapa saat, saya sampe pada kesimpulan kalau twitter itu penggunaannya lebih kepada hal-hal yang bersifat pekerjaan, profesionalisme, sesuatu yang menjadi hobby atau pekerjaan kita. Sementara Facebook lebih bersifat kepada personalisasi, hal-hal yang bersifat pribadi.
Contohnya, mungkin update timeline saya di Twitter akan seperti:
"Brand is everything, no matter how sucks your client is"
"Check list done, prepare for the event,"
Sementara kalau di Facebook lebih seperti:
"Duh kangen putri jail nih"
"OTW to Bandung, holiday here we come"
Kurang lebih seperti itu lah, mungkin contohnya agak kurang kena ya.
Tapi will share you the rest later, kalo sempet dan kalo inget

Tuesday, February 08, 2011

Macet di Jakarta

Ini entah postingan saya yang keberapa yang membahas masalah macet di Jakarta. Tapi emang banyak yang berterima kasih kepada Foke karena kemacetan di Jakarta semakin parah beberapa waktu terakhir ini.
Saya coba merunutkan, beberapa kebijakan pemda dki yang memicu peningkatan kemacetan:
Busway
Dari awal, saya nggak setuju Busway. Harus ada infrastruktur tambahan (halte dan tangga penyeberangan), memakan badan jalan yang sudah ada sehingga mengurangi kapasitas jalan, dan mereka menggunakan rute angkutan umum yang sudah ada. Kenapa nggak mengoptimalkan sarana angkutan umum yang sudah ada sih? Kredit lunak bagi peremajaan angkutan umum dan renovasi terminal-terminal di Jakarta. Itu saja sudah cukup. Angkutan umum di Jakarta sebenarnya sudah mempunyai rute yang cukup banyak. Tapi memang masalah kenyaman dan keamanan jadi kendala. Tapi rasanya itu bisa diatasi dengan biaya yang relatif lebih rendah daripada proyek busway ini. Kalau memang Busway mau dioptimalisasi, ya contoh Korea Selatan dong: mereka mengeliminasi dulu semua moda angkutan umum sebelum busway-nya beroperasi, masing-masing bus dilengkapi dengan gps, dan sistimnya sudah terintegrasi sedemikian rupa secara komputerisasi dengan kantor pusat - yang bisa melihat kecenderungan kepadatan di halte-halte tertentu, untuk kemudian ditindak-lanjuti dengan pengiriman armada yang kosong dengan dilengkapi estimasi waktu tiba yang dikomunikasikan ke halte-halte yang padat tadi. EAT THAT.....
Penambahan volume ruas jalan
Nggak ada yang salah dengan kebijakan ini, kalau saya pemda dki mempertimbangkannya dengan matang. Saat ini ada dua proyek yang sedang berlangsung: fly over Antasari - Blok M dan fly over Kampung Melayu Tanah Abang. Mereka ada di jalur yang memang padat, dan saking padatnya, proyek itu membuat kemacetan kemana-mana karena badan jalan yang digunakan untuk pembangunan. Pemda lupa buat antisipasi kemacetan akibat dari proyek pembangunan ini. duh.