Monday, October 20, 2014

Gelombang - Supernova



Mungkin gue terlalu banyak berharap sama Dee untuk bukunya: Gelombang.

Gelombang gue beli waktu di Bandung.

Amazingly, gue kelar bacanya dalam dua hari: gue terus baca buku ini, membalik halaman dengan segera, dengan harapan bahwa Dee bisa memberikan kejutan-kejutan di halaman-halaman berikutnya seperti di beberapa seri Supernova sebelumnya.

Tapi ternyata enggak.

Salah satu yang ngebuat Gelombang menjadi yang paling tidak menarik, menurut gue adalah alur cerita dan eksplorasi tokoh-tokohnya.

Gue enggak menemukan alur cerita maju mundur seperti di Akar atau di Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh. Alur cerita khas Supernova yang mempermainkan imajinasi pembaca. Melompat-lompat, menarik.

Gue juga enggak menemukan eksplorasi tokoh yang cerdas yang pernah Dee sajikan di Petir atau di Partikel, dengan penggambaran yang witty. Sepertinya, semua tokoh yang ada di Gelombang diceritakan datar-datar aja: karakter dan pemilihan kata.

Dari seluruh seri Supernova: Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh - Akar - Petir - Partikel dan yang terakhir: Gelombang, rasa-rasanya, menurut gue, Gelombang adalah buku yang paling gak menarik dari seri Supernova.

Top list dari buku seri Supernova, menurut gue, adalah Akar di posisi pertama, Petir di posisi kedua, lalu Partikel dan Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh di posisi ketiga. Terakhir, di posisi keempat, ada Gelombang.

Gue malah lebih bisa menikmati buku Dee yang lain: Perahu Kertas daripada Gelombang. Madre juga lebih oke. Rectroverso dan Filosofi Kopi sepertinya 'terlalu enteng' buat Dee.

Di buku ini, Dee bilang bahwa:
....
Lewat Gelombang, saya bereksperimen dengan pola kerja yang lebih sistematis, memiliki target waktu yang jelas dan evaluasi hasil yang lebih terukur, ditopang dengan pemetaan cerita yang lebih mendetail dan perhatian ekstra terhadap struktur.
....
Yah, mungkin gue gak terlalu suka sama hal-hal yang lebih terstruktur dan teratur.
Mungkin sama seperti gue lebih suka lagu-lagu Slank yang dulu, yang jauh lebih ekspresif.

Catatan: Image diambil dari website Bentang Pustaka

Saturday, October 04, 2014

Selamat Ultah Putri Jail

Hari ini Putri Jail ulang tahun yang kedelapan.
Klise memang, tapi memang waktu rasanya berjalan cepat.
Delapan tahun yang lalu, dia lahir sekitar satu jam lewat tengah malam. Ibunya sudah datang ke rumah sakit dari siang harinya. Jadi proses 'ngeden'-nya sekitar 12 jam. Saya menunggu disamping partner saya, setelah sebelumnya terbirit minta izin dari kantor.
Satu hal yang saya ingat waktu Putri Jail pertama kali hadir di tengah-tengah kami: matanya yang bulat dan besar. Saya juga ingat waktu dokter saat itu dengan tega membersihkan kerongkongannya.
Dua atau tiga hari pertama di rumah sakit, partner saya stress karena ASI-nya keluar sedikit sekali. Later on saya baru tahu kalau itu wajar: bayi yang baru lahir bisa bertahan dan beradaptasi untuk kebutuhan asupannya yang berbeda dengan saat dia di kandungan.
Saya juga ingat betapa girangnya waktu Putri Jail pertama kali buang air besar saat kami sudah pulang ke rumah.
Sekarang Putri Jail sudah besar: 8 tahun. Nakal, suka ngelawan, susah nurut, dan malas bangun pagi serta menyisir rambut setelah mandi.
Tapi di luar semua itu, kami, saya dan partner saya menyayangi dia. (Walaupun dia sering merasa bunda-nya yang lebih menyayangi dia sementara saya hanya suka menjahili :) ).
Gak apa-apa ya Putri Jail.
Jalan kita masih panjang.
There will be a lot of ups and downs.
Hope we will enjoy the ride.
All of us together.