Well, actually...
You know what do you want
You know what you don't want
But you can't do what do you want because there is more important consideration.
...
It's been a very hard times for the past few days. Life has been harsh to me.
Dengan beberapa deadline yang berdekatan dan bahkan terlanggar. Klien yang punya kemampuan meluncurkan sayatan di tiap perkataan dan email tanpa susah payah. Dan serangan sudut teman-teman seperjuangan.
Yes, life has been harsh to me lately.
Dan masalahnya adalah gue orang yang sentimentil; mungkin boleh jadi keliatannya gak apa-apa, tapi sebenarnya berdarah-darah. Beberapa kali gue akhirnya tiba-tiba nangis di kantor (semoga gak keliatan orang-orang), hanya karena tiba-tiba teringat Putri Jail, My Partner atau ortu di Bandung.
Gue mah gini orangnya, kalo lagi galau suka cengeng....
Tapi besok adalah ulang tahun Putri Jail, dan sepertinya gue perlu cermin: beberapa nasehat yang bilang ke dia, sepertinya berlaku juga buat gue sendiri. Salah satu contohnya adalah: life is not fair, deal with it.
Sebenernya ini adalah salah satu nasehat dari Bill Gates, kalo gak salah. Iya, life is not fair. Lo boleh baik sama semua orang, tapi bakalan naif banget kalo lo ngarepin dibaekin sama semua orang. Itu salah satu contohnya.
Dan sekarang, kita lagi di tempat ice skating. Gue bilang ke Putri Jail: tuh, liat orang-orang yang lagi maen ice skating: kalo diem kemungkinan jatuh semakin besar - jadi harus terus gerak. Ini adalah kali pertama Putri Jail main ice skating.
Which happpen to my life: gue ngerasa jadi jurnalis agak ngebosenin dan masuk ke dunia ahensi. Dan terus terang beberapa kali gue jatoh. Gue pikir gue udah bergerak biar gak jatoh, biar cerita hidup gue maju terus ke depan. Tapi ternyata gue jatoh juga. Hey life is not fair yes?
Dan jatoh pun gak apa-apa. Which happens ke Putri Jail karena ini dia pertama kalinya ice skating.
Gak apa-apa selama kita bisa bangun terus coba dan melaju lagi.
Iya, semoga kita bisa ya.
It was a hard week....
Diawali dengan beberapa kali penolakan ide kreatif oleh klien...bahkan sampe sekarang; yang berujung pada terlambat-nya beberapa deadline pekerjaan kreatif.
Belum lagi 'percikan' di internal tim.
Beberapa nada dingin teguran klien yang membuat ... sakitnya tuh disini...
Pulang ke rumah di awal hari...menjelang akhir pekan.
Yep.
It was a hard week.
Rasa-rasanya ingin melambaikan tangan ke kamera...
Tapi ketika melihat postingan di Instagram seperti ini, gue secara tidak langsung disadarkan.
Mungkin memang seperti ini jalannya.
Salah satu hal yang pengen gue ajarin ke Putri Jail adalah: hidup ini gak adil, dan gimana kamu deal with ketidak-adilan itu, akan menunjukkan kualitas manusia seperti apa kamu berkembang.
Kamu boleh berusaha sekuat tenaga, berdoa sepanjang nafas, tapi yang bakalan menentukan di ujung adalah bagaimana reaksi kamu terhadap hasil akhir.
Kamu memperoleh apa yang kamu mau? Good, now set new one. Tapi kamu gak memperoleh apa yang kamu mau? Well it's OK. Life goes on. Set other journey then.
Dan ini juga akan berhubungan dengan doa yang kamu dengungkan.
Jangan minta apa yang kamu mau dengan harapan kamu bisa lebih daripada orang lain. Tapi mintalah, hanya dan selalu, keleluasaan jiwa dan ketenangan hati apapun dari hasil akhir.
Gegara internet kantor lagi down, jadilah gue liat-liat file lama di eksternal hard-disk. Ini adalah kumpulan file-file dari tahun 2010. Ada file-file waktu gue kerja di Bandung, di konsultan teknik.
Terantuklah gue pada sebuah folder. Namanya folder ijazah. Gue klik di folder itu.
Gue pikir itu adalah folder tempat image soft copy ijazah gue. Ternyata bukan.
Itu adalah folder ijazah my old man waktu lulus S1. Tahun 1969.
Gue bahkan belum lahir.
Karena ini, gue jadi tau pasti tanggal lahir my old man.
Ada foto dia juga, waktu dia masih muda. Sekitar 20-an.
Terus terang gue agak tercekat liat fotonya.
Selama ini gue gak terlalu mikir gimana tampang my old man - selain semenjak gue pindah ke Jakarta dan selama beberapa tahun terakhir ini, gue perhati-in rambutnya semakin banyak putihnya.
Di foto ijazahnya, my old man keliatan ganteng. Sayang gue cuma kebagian dikit.
Tapi gue tau dibalik tampang pede yang diperlihatkan di foto itu, ada cerita sedih. My old man lulus tanpa bisa memperlihatkan itu ke bapaknya. Kakek gue, yang kebetulan meninggal di usia muda. Tepat ketika my old man mau masuk kuliah.
Gue sempet denger cerita, kalo my old man keterima di 3 tempat pas mau kuliah: Planologi ITB, Arsitektur Unpar, dan Kedokteran Unpad.
Saat pengumuman penerimaan mahasiswa baru jaman my old ma adalah saat-saat yang kritis buat kakek gue. Menjelang meninggal, my old man cuma bisa membisikan kalau dia keterima di Planologi ITB dan Arsitektur Unpad. Kedokteran Unpad belum mengeluarkan pengumuman hasil penerimaan mahasiswa barunya.
Jadilah my old man kuliah dobel di ITB dan Unpar. Tapi kuliah di Unpar hanya dijalani setahun. My old man lebih milih untuk fokus di Planologi, yang memang waktu itu masih baru.
Ini adalah postingan cerita my old man.
Gue suka ngeliat anak kecil bermain: tawa lepas mereka, chemistry interaksi mereka, bahkan mungkin kejailan sesama mereka.
And the good thing is: mereka melakukannya dari hati. Mereka seakan gak punya beban untuk bermain. Mengalir begitu saja. Gak peduli mereka bermain dimana: mulai dari lorong supermarket, pinggir jalanan, atau mungkin kamar tidur mereka.
Anak kecil bermain sepenuh hati.
Dan karena itu gue suka ngeliat anak kecil bermain.
Cuma satu yang bisa ngerusak: ketika anak kecil diberi upah uang untuk bermain.
Somehow, itu bakalan ngerusak nuansa bermain mereka, anak kecil jadi bermain bukan dari hati mereka. Mereka bermain dengan tidak tulus. Apapun alasannya, berapapun nilainya.
Kalo gak salah ada istilah khusus untuk hal ini: peranan uang (upah) untuk merubah 'nuansa' dari kegiatan yang tadinya merupakan aktivitas murni tulus dari hati, jadi kegiatan yang berbayar sehingga menghilangkan kadar kemurniannya.
Well, it goes the same way with blogging.
Ada beberapa blog yang tadinya gue enjoy untuk baca. Materi untuk bloghopping.
Tapi lama-kelamaan gue jadi gak enjoy baca blog mereka karena artikel mereka jadi artikel yang berbayar. Mereka nulis sesuatu yang bukan dari hati mereka. Gak tulus. Apapun alasannya.
Gue gak menentang teman-teman blogger untuk nerima upah dari artikel berbayar itu: blog-blog mereka kok, terserah mereka dong mau ngisi apa-an.
But, please: ada cara-cara lain untuk monetizing blog kan?
Pikiran selintas menjelang tidur malam