Friday, March 18, 2016

Path, Percaya, Sudut Pandang, dan Newsjacking

How fast your mind can travel?
Very very very fast
Bahkan sampai gue sering banget kelimpungan betapa cepatnya pikiran gue berjalan: menyambungkan satu hal dengan hal lainnya, menjalar ke semua penjuru ingatan, penuh cabang.
Oke, ini diawali oleh ramainya screen shoot postingan Ndorokakung di path-nya: tentang sepenggal informasi mengenai aktivis yang hilang beberapa tahun yang lalu: Widji Thukul. Somehow, screen shoot penggalan informasi itu menyebar luas di sosial media. Yang ujungnya, komentar-komentar seputar posting ini ada yang merugikan Ndorokakung.

Kasus Ndorokakung ini mirip dengan kasus beberapa waktu yang lalu: Banyu Biru yang posting tentang SK pengangkatan dirinya sebagai anggota BIN di akun Path-nya.
Ini dia.
Path, gak tau kenapa hanya populer di Indonesia. Padahal markas besarnya ada di Seattle sana. Dan gue gak tertarik buat buka akun di Path. Beberapa alasannya adalah: Sudah ada akun Facebook, Path mirip Facebook, dan Path membatasi jaringan pertemanan hanya sampai 500.
Gue sih gak mau dibatasin jumlah temen gue.
Dan kasus Ndorokakung serta Banyubiru ini semakin membuat gue gak mau buka akun di Path.
Katakanlah gue buka akun di Path; dan karena keterbatasan jumlah pertemanan, gue harus milih 500 orang teman gue yang boleh connect sama gue di Path itu siapa aja. Pemilihan ini tentunya akan berdasarkan bahwa gue emang deket sama orang itu, dan gue percaya sama orang itu, jadi gue bebas mengekspresikan apalah namanya gue itu di akun Path gue.
Kasus Ndorokakung dan Banyubiru ini mencuat karena ada orang yang punya akses ke akun mereka (temannya Ndorokakung; temannya BanyuBiru), yang dengan sengaja ingin menyebar-luaskan informasi yang seharusnya semi-eksklusif. Semi eksklusif karena hanya bisa diketahui oleh 500 orang aja. Yang ternyata enggak.
Ndorokakung di postingan tentang Widji Thukul - nya itu bahkan sudah menghimbau teman-temannya untuk tidak melakukan screen capture postingan, dan Ndorokakung juga mengungkapkan kalau postingannya itu belum tentu benar.
Tapi tetap saja aja teman Ndorokakung (yang dipercaya Ndorokakung), tidak mengindahkan himbauan Ndorokakung dan tidak menghargai kepercayaan yang diberikan oleh Ndorokakung buat dia.
Sama hal-nya tengan teman Banyubiru yang meng-screen shot postingan Banyu Biru, untuk kemudian di share di media sosial lainnya, sehingga tersebar luas lah beritanya.
Ini tentang kepercayaan, dan rupanya kepercayaan jadi barang mahal diantara kita semua.
Ndorokakung, sebagaimanya orang yang faham bagaimana komunikasi berkembang dan meluas, menuliskan klarifikasinya disini; dan bahkan klarifikasinya pun mengundang pro dan kontra.
(Dem...gue lupa kenapa tadi gue kepikiran tentang Sudut Pandang ya....)
anyhow tentang Newsjacking.
Gue pertama kali denger istilah ini beberapa tahun yang lalu ketika masih gabung di iris worldwide cabang mampang. Ini adalah ide brilian untuk membuat sebuah campaign iklan jadi memorable dan menarik perhatian.
Contohnya kurang lebih: beberapa tahun yang lalu, ada program recall besar-besaran dari suatu pabrikan otomotif global ternama untuk suatu tipe mobil mereka, karena tipe mobil itu punya masalah dengan sistim rem-nya. Mengingat reputasinya, pabrikan otomotif ini pasang iklan besar-besaran, hampir menyerupai campaign tersendiri, untuk mengkomunikasikan recall ini.
Nah, ada satu perusahaan asuransi lokal yang ngeliat ini sebagai sebuah kesempatan, mereka mendompleng program recall ini dan membuat iklan yang kurang lebih isinya adalah mereka punya program klaim asuransi baru khusus untuk para pemilik mobil yang di-recall, yang terlibat kecelakaan akibat masalah rem mereka.
Dan karena benak orang sudah agak ter-brain wash oleh program iklan dari pabrikan otomotif tadi, program iklan asuransi ini juga jadi terdongkrak. Padahal budget iklan perusahaan asuransi lokal ini jauh lebih kecil daripada budget iklan recalling dari perusahaan otomotif tadi.
Ini adalah Newsjacking.
Bahasa simple nya: nge-dompleng.
Buat gue, kasus Ndorokakung ini bisa dijadi-in materi Newsjacking untuk pihak-pihak tertentu. Apalagi ini sedikit banyak menyangkut masalah politik, keamanan, dan HAM. Ladang yang lumayan 'gurih'.
Newsjacking, buat orang yang kerja di bidang komunikasi, susah-susah gampang; karena kita harus jeli melihat kesempatan, dan melihat kecenderungan perkembangan suatu informasi yang beredar. Belum lagi masalah koordinasi.
Semoga semuanya berakhir baik ya Ndor.

Wednesday, March 16, 2016

Pulpen

Pulpen memang barang kecil, tapi punya peranan penting buat yang kerja kantoran.
Pernah ada yang hitung gak: kira-kira sebulan kita bisa menghabiskan berapa buah pulpen?
Iya
Barang kecil dan sepele ini sering banget berpindah tangan. Dan itu yang membuat pulpen yang kita punya, atau pegang sekarang, sering hilang tak tentu rimbanya. Padahal kalau dipake terus-menerus, gue percaya pulpen itu satu tahun juga gak bakalan habis. Tapi ya itu tadi, kita sering kehilangan pulpen. Atau mungkin kita suka banget ambil pulpen punya temen di meja sebelah?
Buat temen-temen yang kerjanya di general affairs, mungkin sudah maklum kalau tiap bulan mereka harus menyiapkan satu atau dua dus pulpen di lemari inventaris. Dan lemari inventaris ini adalah andalan utama saya buat pulpen, meskipun terkadang sial juga karena persediaan pulpen sering banget sudah habis.
Ngomong-ngomong soal pulpen, pulpen favorit saya biasanya adalah pulpen tinta, dengan ujung 'ball' dan ketebalan sekitar 0.7 - 1 mm.
Dan kemarin, pulpen tinta gue sempat menghilang. Awalnya dipinjam teman, tapi pas pulang, yang tampak cuma tutup-nya. Duh itu sampe kepikiran: 'Kemana itu pulpen ya....' Tapi akhirnya pagi ini si pulpen tinta kembali dengan lengkap, menggeletak manja di meja kerja.
Ya elah roi, pulpen ilang aja kepikiran, rela-in aja. Anggap sodaqoh. Sodaqoh pulpen aja kepikiran dan agak gak rela, gimana mau sodaqoh ilmu?

Teman Tidur

Kesini sayang
Temani saya tidur
Lingkupi badan ini dengan sejuk dingin mu
Hilangkan resah gerah ibukota yang penuh keluh kesah
Jangan pergi sayang
Coba tolong nyanyikan suara nina bobomu
Saat air yang jatuh di daun dan pohon
Pagar dan genteng rumah

Wednesday, March 02, 2016

Ini tulisan tulisan tentang umur.

Banyak orang bilang, ‘life begins at forty’. But I think people failed to mention the struggle heading that number.
Gue rasa, sebagai cowok tentunya, ada siklus-siklus tertentu yang harus dilewati manusia selama hidupnya: mulai dari lahir, pertumbuhan anak kecil, remaja, dewasa, menua, dan akhirnya meninggal. Dan disetiap bagian siklus itu, kita berubah: perkembangan fisik, adaptasi sosial, perkembangan hormone, dan yang lainnya.
Dan buat gue, life begins at forty itu artinya adalah mid-life-crisis
Menjelang umur ke 40 ini, rasa-rasanya yang gue lakukan dan rasa semuanya salah, S A L A H.
Gue tau, mungkiiiin ada peranan dari efek kimia yang terjadi di tubuh gue, hormone-hormon yang tadinya adem ayem mulai bereaksi, atau sebaliknya: hormone-hormon yang tadinya giat bekerja dan berproduksi, mulai kerja setengah hati.
Ini, buat gue seorang Libra yang gampang galau, ada bencana. Ketika lo ngerasa segela sesuatu salah, dan elo terus memikirkan hal itu, you can’t help it, dan itu malah membuat lo terjerumus dalam rasa pesimis yang cukup besar. Cukup besar untuk memangsa semua energi positif yang lo punya.
Duh
Belum lagi ditambah kejadian-kejadian di sekeliling lo. Yang mau gak mau lo cari rasionalisasinya sendiri untuk membuat lo ngerasa bahwa semuanya berkonspirasi untuk menyudutkan elo.
Jadi tepat tanggal 17 Februari itu, gue kehilangan tas ransel kerja gue; dan itu rasanya kehilangan hampir seluruh upaya kerja selama bertahun-tahun – soalnya berisi laptop dan external hardisk kumpulan data-data penting. Baik data kerja atau pun data pribadi. Hilang lang lang lang….
Dua dari sekian data yang berharga adalah kumpulan foto-foto Putri Jail dari sejak dia lahir dan tumbuh, suara tangisan pertama dia waktu pas baru lahir, foto-foto keluarga….damn…DAMN. VERY FUCKING DAMN.
Dan gue terus membatin: kenapa gue bisa ngalamin ini semua?