Friday, June 19, 2009

Back to the previous and weird feeling

Dua minggu terakhir ini saya merasa kembali ke habitat perkuliahan.
Jadi setelah cabut dari pekerjaan saya di sebuah konsultan komunikasi, ayah saya mencemplungkan saya di konsultan perencanaan: kembali ke masa kuliah, dan merancang infrastruktur untuk sebuah rencana tata ruang kota...
Sounds cool ya...did I also mention that the nerve-racking also come in the package?
Well anyway...
Satu hal yang menyenangkan (sampai saat ini) dengan pekerjaan ini adalah, saya jadi punya kesempatan bepergian lagi. Setelah minggu lalu ke Batam, trus plesir ke Pulau Rempang dan Galang; minggu ini saya ada di Pulau Sabang. Jadi kemarin itu rasa-rasa hari yang patut diingat: naik tiga jenis moda kendaraan dalam satu hari (moda darat: mobil; moda udara: pesawat, dan moda laut: feri).
Ada satu hal yang (diantara beberapa lainnya) yang membuat saya berkesan karena: merinding. Itu saya alami di Pulau Galang dan di Banda Aceh.
Di Pulau Galang, saya dan rombongan mendatangi tempat pengungsi orang-orang Vietnam. Mereka menjadi pengungsi saat pecah Perang Vietnam tahun 60-an lalu. Mungkin ada sekitar ratusan pengungsi Vietnam yang datang ke Pulau Galang ini dengan hanya menggunakan kapal kayu sederhana untuk menempuh ribuan mil laut: lari dari perang saudara di kampung halaman mereka.
UNHCR berinisiatif untuk melobi pemerintah Indonesia agar mau menempatkan para pengungsi Vietnam ini di kawasan khusus, jadilah sebuah lahan di Pulau Galang menjadi tempat penampungan mereka, mereka hidup di Pulau Galang sana sekitar 20 tahunan.
Tadinya, ketika membayangkan tempat pengungsian bagi orang Vietnam itu, saya membayangkan barak-barak pengungsi yang suka terpampang di film-film perang dunia kedua produksi Hollywood....(too much movie I guess). Tapi ternyata saya tidak menemukan bangunan barak-barak yang saya bayangkan. Tempat penampungan pengungsi Vietnam mungkin lebih mirip sebuah desa kecil, dengan vihara, klinik kesehatan, tempat kegiatan orang muda, sampai dengan warung kopi.
Pernah mendatangi sebuah rumah kosong yang sudah lama tidak ditinggali selama beberapa waktu? Saya selalu merasakan keheningan yang mencekam dan perasaan sepi-mencekam yang tidak bisa jelaskan.
Dan coba bayangkan rumah kosong itu luasnya beribu-ribu kali lipat, yang sudah lama tidak ditinggali selama 20 tahunan. Rasa-nya semakin menusuk: melihat dan merasakan area yang sudah lama tidak ditinggali, padahal ratusan orang pernah riuh-rendah hidup disana selama waktu yang cukup lama.
Dan perasaan aneh yang sama juga saya rasakan ketika saya melihat kuburan masal korban tsunami di Aceh.
Ini adalah kali pertama saya ke Banda Aceh. Saya selalu merasa saya harus menjenguk saudara-saudara kita di Banda Aceh ketika masa pemulihan pasca tsunami beberapa tahun lalu. Saya waktu ini masih di Bisnis Indonesia.
Saya sudah sering mendengar cerita-cerita yang membekas dari tsunami aceh: jenazah yang bergelimpangan di mana-mana; masjid dan tempat-tempat tertentu yang secara ajaib tidak tersentuh tsunami; dan kuburan masal: belasan hingga puluhan – atau mungkin ratusan jenazah yang dikuburkan dalam satu liang lahat raksasa.
Melihat kuburan, saya juga selalu merasa aneh dan merinding, membayangkan bahwa dibawah sana ada seseorang yang pernah bernafas, bergerak, dan sekarang kaku terbujur. Mungkin sedang berkelana di alam lain. Seperti apa rasanya ya?
Dan sekarang kuburan itu berpuluh kali lipat (juga) lebih besar, tanpa batu nisan.
Yah...pekerjaan baru memang selalu menawarkan hal-hal yang mengejutkan.

Monday, June 01, 2009

Twitter...

Bagaimana caranya mengikuti perkembangan informasi tanpa meninggalkan tempat tidur?
Internet jawabannya, apalagi musim web2.0 dan social media sekarang ini. Kenapa tempat tidur? Biar lebih spesifik, kalau ‘tanpa meninggalkan rumah’, perkembangan informasi bisa saja diikuti lewat tv atau radio. Rasa-rasanya sekarang ini telepon seluler jadi ‘teman tidur’ hampir setiap orang. Correct me if I’m wrong.
Jadi begitulah, pagi-pagi di awal bulan Juni ini (berima mode on) saya coba belajar yang namanya social media, terutama plurk dan twitter.
And hopefully it will not like below pictures…
Addicted to Twitter

taken from: http://blaugh.com/2008/03/12/addicted-to-twitter/