Wednesday, October 20, 2010

#AngkotWeek

Kira-kira ada dua atau tiga minggu yang lalu, @Pitra lewat account twitternya mengusulkan #AngkotWeek pada bulan November 2010 nanti. Idenya adalah menggunakan angkot selama satu minggu penuh.
Tujuannya? Ya minimal mengurangi polusi udara karena penggunaan kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan Jakarta. Boljug.
Saya merasa dibawa flash-back: awal saya ke Jakarta, saya adalah pengguna angkutan umum. Bis Patas P6 Kampung Rambutan - Grogol jadi langganan saya hampir tiap hari.
Dulu, dari jendela bus, kadang-kadang saya ngerasa kasihan dan terheran-heran dengan antrian panjang kemacetan mobil menjelang lampu merah pancoran (P6 masuk tol lewat gerbang tol tebet dan keluar di semanggi). Kok bisa ya mereka sabar dan tahan untuk bermacet-macet ria?
Selain mengandalkan bis, angkutan lainnya yang cukup saya andalkan saat itu adalah ojek. Mau liputan kemana-mana, pake saja angkutan andalan yang anti macet itu: ojek. Dulu sih tarifnya masih bersahabat: Slipi Jaya - Manggarai cukup diganjar Rp10.000 saja, tanpa ditawar tentunya. Sekarang kalau minta tarif segitu untuk jarak yang serupa, sama saja dengan ngajak berantem tukang ojek ya.
Tapi pelan-pelan semuanya berubah waktu saya mulai berkeluarga, dan my partner hamil. Saya pikir, wah nggak bisa kemana-mana naik angkot dong, kasihan my partner dengan perut buncitnya harus naik turun angkot kemana-mana. Jadilah saya mulai menggunakan kendaraan pribadi. Dan kadang-kadang menjalani semua kemacetan tadi.
Ide #AngkotWeek dari @Pitra sebenarnya menggelitik saya untuk menggunakan kendaraan umum lagi.
Dibalik panas dan penatnya tumpukan penumpang yang mirip ikan sarden di kaleng, saya cukup menikmati untuk menggunakan kendaraan umum: ada banyak pertunjukkan disana. Mulai dari pengamen - yang asal-asalan atau yang serius, penjual kaki lima - tempat dimana barang-barang dijual dengan harga yang murah-tidak-masuk-akal, atau sekedar menikmati manisnya mbak-mbak pedestrian di luar sana. Walaupun saya juga pernah dicoba untuk dicopet, tapi tidak jadi karena saya bentak dan saya tantang dia turun juga :)
Jadi ketika ada kesempatan buat menggunakan kendaraan umum, hari ini, ya saya coba lagi menggunakan kendaraan umum ke kantor.
Hasilnya adalah: saya lumayan takjub karena saya tiba kepagian di kantor.
Berangkat dari rumah di Jatibening sekitar jam 05:45 dan tiba di kantor daerah Mampang sekitar jam 07:00, dengan total biaya yang digunakan sebesar Rp7.000 (Rp4.500 Bis Patas 27, Rp500 buat pengamen, dan Rp2.000 Mikrolet 75). Sempat sarapan di rumah pula (biasanya saya sarapan di daerah tebet atau senopati). Lumayan menghemat pengeluaran ya.
Iya sih saya sempat berdiri karena nggak dapet tempat duduk. Padahal diniatkan untuk tidur di bis, hilanglah harapan bisa tidur. Tapi sisanya nggak terlalu parah kok: bis dan mikroletnya tidak terlalu penuh.
Itu perjalanan perginya, kalau pulangnya pasti perjuangannya lebih hebat: jam pulang kantor yang bersamaan jadi pastinya angkutan umum lebih penuh sesak. Tapi nggak tau juga ya.
Mungkin saya bisa ikut untuk #AngkotWeek nanti.
(..dan mungkin harus juga ya naik angkutan umum ke kantor, biar blog ini nggak terlalu terbengkalai )

Tuesday, October 12, 2010