Perlahan saya buka gerbang besi yang umurnya mungkin sudah belasan tahun itu. Lapangan parkir memanjang terbentang di sebelah sisi dalamnya.
saya pandang dia,
"yuk masuk"
"huhuhu mau pulang aja..."
Saya eratkan genggaman saya ditangannya
"nggak apa-apa kok, santai aja..."
Kami melangkah masuk.
Pintu gerbang yang ditutup seakan mengunci segala riuh rendah yang ada diluar sana. Pohon mengkudu yang sudah rimbun sejak dulu, sampai sekarang masih saja rimbun. Hanya saja semak-semak taman lebat yang dulu masih ada, sekarang sudah menghilang.
Ingatan saya terbang ke belasan tahun silam.
Dulu, di sini saya menghabiskan liburan semasa SD dengan sepupu saya, galasin, ucing-ucingan, bebentengan, atau yang serupa itu. Berbeda dengan permainan anak sekarang yang kebanyakan dilakukan didepan layar TV atau komputer.
Di sini juga sering terjadi pertengkaran kecil antara kami, yang tadinya berawal dari permainan riuh rendah, diselingi dengan canda tawa, dan biasanya berakhir dengan raungan tangis atau keheningan.
Di sini juga saya pernah bermain-main dengan sebuah sepeda motor pekerja nenek saya, yang akhirnya meninggalkan bekas luka bakar di betis saya karena tersundut knalpot yang masih panas.
Di sini juga saya pernah menatap iri sepupu saya yang lebih muda dari saya, yang dengan riangnya bermain sepeda tua milik paman saya. Model sepeda anak muda tahun 1970-an, lengkap dengan sandaran besi pada sadelnya. Waktu itu saya belum bisa bersepeda.
Saya masih ingat itu semua...saya pernah menghabiskan masa kecil saya disini.
Dan sekarang...
Yang ada hanya kesibukan pegawai restoran, ada yang sedang membakar ikan dan udang, ada pula yang sedang memilah-milah sayuran untuk dimasak. Kami, saya dan sepupu saya, tampaknya sudah jarang menyambangi tempat ini. Mungkin karena kesibukan kami masing-masing...
Saya gandeng dia, sambil berjalan ke arah belakang bangunan sambil sesekali melempar senyum kepada pegawai restoran.
"Sori kalo ternyata rumahnya nggak seperti yang dibayangin ya...."
Dia hanya mengangguk
Bangunan rumah yang terletak di belakang restoran itu tampak berbeda sekarang. Seingat saya, terakhir kali saya kesini, lantai rumah masih menggunakan tegel yang umurnya sudah puluhan tahun. Tapi sekarang sudah diganti dengan keramik. hmmm jadi agak bersih nih...
Saya tekan bel rumah, tidak ada yang muncul. Ternyata pintu depan memang tidak terkunci,
"yuk masuk aja deh...pake aja sepatunya"
"tapi..." katanya sambil melepas sepatu.
Iya ya, dulu kan masih tegel lama, sekarang udah keramik, sayang nih kalo dikotorin sama sepatu. Akhirnya saya juga melepas sepatu.
"Tunggu dulu ya, duduk aja disini..."
....
"Ini foto nenek saya, itu yang sebelah kakek saya. Kalo yang ini gambar sepupu saya..."
....
Beberapa saat kemudian
"Mah Pah...kenalin...ini ade...."
she's the one
No comments:
Post a Comment