Wednesday, September 17, 2008

Tentang wartawan dan keberpihakan media

Hari ini, hampir seluruh koran memberitakan penangkapan anggota KPPU Muhammad Iqbal dan salah satu petinggi Lippo Group Billy oleh KPK.
Iqbal tertangkap tangan ketika menerima cek senilai Rp500 juta dari Billy di lift Hotel Aryaduta, Selasa malam kemarin.
Mereka langsung digiring oleh KPK, dibantu dengan kepolisian, untuk kemudian diperiksa. Tadi siang KPK akhirnya mengenakan status tersangka buat Iqbal dan Billy.
Hampir semua koran menaruh berita mereka tentang hal ini di halaman depan mereka, beberapa media bahkan menjadikannya headline.
Kecuali Investor Daily.
Sama sekali tidak ada informasi tentang hal ini di Investor Daily, padahal koran ini termasuk koran ekonomi ternama.
Fakta bahwa koran ini termasuk dalam grup penerbitan Globe Media Group, yang merupakan salah satu anggota konglomerasi Lippo Group, membuat saya mempertanyakan seberapa besar nyali Investor Daily untuk menolak pengaruh kalangan pengusaha dalam pemberitaan mereka dan tetap menjunjung (tidak perlu tinggi) idealisme jurnalistik.
Mau tidak mau, saya harus membandingkan Investor Daily dengan saudara sepupu mereka: Suara Pembaruan. Koran sore ini sebagian sahamnya memang dimiliki oleh Globe Media Grup alias Lippo Grup.
Koran sore Suara Pembaruan pada edisi sore ini memuat berita tentang penangkapan Iqbal dan Billy ini, meskipun masih kalah up-date dengan rivalnya Sinar Harapan.
Semoga saja rekan-rekan jurnalis di Investor Daily masih memiliki jiwa 'rebel' untuk menolak pengaruh kalangan pengusaha terhadap independesi pemberitaan, dan memuat up-date informasi kejadian ini di edisi besok.

10 comments:

Anonymous said...

Orang Lippo tertangkap di hotel yang juga milik Grup Lippo atas tuduhan menyuap demi kepentingan Grup Lippo...

Saya sempat membaca liputan media Lippo, Investor Daily, hari ini (Kamis 18/9), begini bunyinya:

"Menurut berbagai sumber, Billy Sindoro selama ini selain mempunyai kegiatan di dunia bisnis juga banyak terlibat di berbagai kegiatan sosial. 'Dia itu suka bantu orang, jiwa sosialnya tinggi,' kata sumber itu."

Jadi, kebetulan di dalam lift, beliau sedang membantu Iqbal dari KPPU yang mungkin sedang mengalami kesusahan (finansial).

Anonymous said...

@anonymous
Aryaduta punya Group Lippo? Baru tau tuh.
Thanks for the info

Anonymous said...

Ini salah satu dampak buruk dari reformasi. Dulu, seorang wartawan gaji dan fasilitasnya lebih baik ketimbang departemen lain yang ada dan memiliki saham karyawan di koperasi. Jadi, tidak mudah untuk menjadi seorang wartawan. Mungkin, tinggal Tempo yang menerapkan hal ini.
Sekarang, wartawan harus tunduk sama yang punya uang. Siapapun bisa menjadi pemimpin redaksi.

Bagus Arya Wirapati said...

Thanks for the info. Topik yang sangat menarik.

Anonymous said...

rommy, kerennn! :D

Anonymous said...

@bagus arya wirapati
sama-sama bagus

@hanny
iya, gue keren kok Han (beuh....)hehehehe

Anonymous said...

investor daily nulis kok tentang billy sindoro. akhir-akhir ini lho ya. nama wartawannya mas pamudji. kalau menurutku, investor daily kekurangan reporter saja, jadi tidak bisa seleluasa media lain dalam liputan.

Anonymous said...

@radityo,
Benar Mas Radit, akhir-akhir ini Investor Daily menulis tentang Billy. Walaupun menurut saya masih 'sekadarnya'.

Anonymous said...

walau billy sudah tidak lagi di lippo group, namanya masih amat disegani. kalau investor daily memberitakan kasus yang dihadapi billy dari sisi pandang yang berbeda dengan media lain, ya wajar saja. btw maverick handle astro ya? maxis juga kan? hehehehehee.

Anonymous said...

@radityo
Iya Mas Radit, itu memang hak prerogatif Investor Daily.
BTW, saya sudah tidak di Maverick lagi mas.