Kemaren, dengerin potongan podcast nya Raditya Dika. Awalnya dia nanya ke tamu yang dia undang - gue lupa namanya - "Menurut lo, kerja itu apa?" Pertanyaan filosofis. Sampe dia pada satu titik bilang "Pada akhirnya, kita adalah apa yang orang-orang bicarakan saat pemakaman kita."
Well said.
Very well said.
Hanya orang-orang yang peduli terhadap kita dan orang-orang terdekat kita - saat kita masih hidup - yang akan datang ke pemakaman kita. Seandainya kita bisa mendengar apa yang orang-orang bicarakan saat pemakaman kita. Atau mungkin bisa ya?
Dua sepupu gue udah duluan meninggal. Yang pertama adalah seorang kepala sekolah (atau ketua yayasan pendidikan pesantren ya?) di Cianjur. Dia, perempuan, hanya beda sekitar setahun atau dua tahun lebih tua dari gue umurnya. Pemakamannya penuh dengan orang. Wajarlah. Sepertinya dia banyak berhubungan dengan banyak orang - khususnya di dunia pendidikan dan pesantren. Gue inget banget ngebatin waktu pas pemakamannya "You set very high standard Ceu." Saking banyaknya yang ngelayat,
Yang kedua adalah sepupu laki-laki gue yang tinggal di Ciawi Bogor. Ada beberapa cerita keluarga yang kurang oke tentang dia. Baru meninggal tahun lalu. Beda sekitar 4 tahun lebih tua dari gue. Gue iri sama makamnya: rapih dan terawat. Dia dimakamkan persis di belakang rumah keluarga di Ciawi sana. Sepertinya tiap hari tante gue selalu berziarah, dan kasih bunga melati di pusaranya.
Gue iri sama dua-duanya. Banyak yang melayat dan makam yang tetap rapih terpelihara.
Tapi gue juga gak mau ngerepotin banyak orang. Jadi gimana dong?
==================
Siang ini tiba-tiba teringat kenangan waktu gue masih SD, diajak ke Surabaya sama My Old-an karena ada seminar di sana, bareng kakak gue. Jadi hanya kami bertiga.
Hanya beberapa potongan ingatan: Hotel Simpang, main ke Kebon Binatang Surabaya, laundry-an hotel yang dipilih-pilih lagi karena ternyata mahal, nunggu kereta api, sengaja manyun saat difoto.
Sepertinya lagi kangen.
No comments:
Post a Comment