Saturday, February 16, 2019

Coda

Setiap produser musik sepertinya pernah kesulitan membuat coda. Coda adalah bagian akhir lagu, bagaimana sebuah lagu ditutup; dia harus memberikan kesan yang diharapkan produser musik dapat tertanam di benak pendengarnya. 
Sama halnya dengan penulis; gak satu dua penulis yang punya masalah bagaimana mengakhiri tulisan.
My partner juga begitu: jatah penulisan penutup sebuah buku hanya 2 halaman, dan sepertinya itu bagian yang paling lama dibandingkan bagian lainnya dari buku itu.
Sepertinya ini juga yang dihadapi CEO dan Founder Buka Lapak, Achmad Zaki, saat dia mau ngepost tweet kontroversial itu. Dia punya informasi dan data bagus yang mendukung kekhawatirannya tentang Research and Development di Indonesia. Dia merasa harus mengakhiri cuitannya dengan bernas dan menggeletik. Akhirnya kita tau ending 'mudah-mudahan presiden yang baru bisa naikin' memberikan dampak yang kurang oke buat dia.
Dulu waktu ikut latihan penulisan, salah satu pengampu yang juga wartawan senior Masmimar Mangiang pernah berkisah tentang sulitnya mengakhiri sebuah artike.
Syahdan di sebuah majalah mingguan ternama, seorang editor bolak-balik gelisah di mejanya: bergelas-gelas kopi dan belasan batang rokok tak mampu meredakan kegelisahannya. Dia sedang mengedit laporan utama mingguan, yang deadlinenya sebenarnya sudah lewat. Tapi berhubung ini adalah artikel utama, maka artikel ini terus ditunggu.
Di tengah kegelisahan, dia berdiri dari kursi, dan melemparkan pandangan ke ruangan redaksi yang hampir kosong. Lalu melihat secercah harapan, pada seorang editor senior yang terlihat sedang santai membaca.
Dia dekati senior editor itu, meminta tolong untuk melihat artikel utama yang menjadi biang kerok permasalahannya: bagaimana secara elegan mengakhiri tulisan utama majalah mereka. 
Dan editor senior itu tercenung cukup lama. Namun akhirnya artikel itu jadi juga dikirim ke percetakan malam itu.
Artikel utama yang menjadi kunci isu nasional itu akhirnya hanya ditutup oleh satu kata.
Demikianlah.

No comments: