Monday, March 14, 2011

Pertemuan keluarga

Kemarin, keluarga besar dari pihak ibu saya mengadakan pertemuan sekaligus arisan keluarga. Tempatnya lumayan berjarak dari Jakarta: Ciater-Subang. Walhasil saya yang hanya hafal trayek Bandung-Sukabumi-Cianjur-Jakarta atau Bandung-Jakarta via Cikampek, tidak tahu jalan dan hampir saja bablas ke daerah Sadang setelah keluar dari Jatiluhur - alias jalan pulang lagi ke Jakarta.
Sebenarnya jarak Jakarta-Ciater sendiri mungkin bisa ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam: 1,5 jam untuk perjalanan di Tol Cikampek - GT Jatiluhur, dan 1,5 jam untuk GT Jatiluhur - Subang, Ciater via Wanayasa. Jalur ini biasa digunakan sebagai jalur alternatif mudik saat lebaran untuk arus kendaraan ke arah timur kawasan Pulau Jawa. Jalannya mulus sebagian dan sebagian lagi bergelombang. Tapi yang pasti jalur ini seperti jalur puncak yang tidak menampilkan pandangan monoton jalan tol: banyak kebun teh, pohon pinus kanan kiri jalan.
Keluarga kami menyewa enam (atau tujuh ya) cottage di Lembah Sarimas. Later on, saya tahu bahwa sebenarnya ini adalah usaha cottage yang islami: mereka mendukung (secara finansial dan logistik) sebuah masjid (Masjid As Sa'adah) yang berada dalam komplek cottage mereka. Ini saya ketahui saat sesi sharing dengan pemilik komplek cottage tersebut: Pak Monty - pria didikan Amerika Serikat dengan keterbatasan fisik tapi mampu memberikan manfaat bagi masyarakat di kawasan Ciater.
Acara pertemuan keluarga kemarin memang bukan semata-mata hanya arisan keluarga saja, tapi juga ada sharing session sesama keluarga generasi ketiga (saya dan sepupu-sepupu saya). Sharing session dengan Pak Monty jadi acara yang cukup spesial. Selain acara sharing session, ke Ciater tanpa berendam di air panas alami rasanya kurang sreg (walhasil punggung saya merah-perih setelah berendam kemarin). Ada juga acara lomba anak -generasi keempat-. Nggak tau minum obat apa, Paman saya menunjuk saya sebagai panitia lomba anak-anak ini. Karena dadakan, saya menodong my partner buat bantu-bantu. Syukur acara lomba, dan keseluruhan acara, berjalan lancar.
Jadi apa saja yang diomongin disela-sela acara tadi? Yah, mungkin kita sering denger joke kalau pertemuan keluarga selalu jadi tempat dimana orang biasa nanya: "Kapan undangannya?" - hal-hal tentang pasangan hidup.
Tapiiiii, ternyata kemarin itu - setidaknya para pria - jarang membahas tentang 'undangan'. Entah bagaimana, kami lebih sering membahas lingkar perut kami yang sudah mulai membesar, makanan sehat, hindari karbohidrat, makan seafood laut dalam, de-el-el.
Harus diakui bahwa pria-pria generasi ketiga di keluarga kami memang rata-rata mempunyai lingkar perut yang besar -termasuk saya tentunya-. Kalau di Italia sih mungkin nggak apa-apa ya. (Di Italia, idiom yang berhubungan dengan pria berperut biasanya berhubungan dengan keanggotaan mafia).
Selain itu, mungkin ini akibat dari punya paman seorang dokter: yang nggak bosen-bosennya memberi nasehat kami buat jaga lingkar perut. "Kualitas kehidupan itu bisa dilihat dari lingkar perut seseorang," katanya berulang-ulang.
Diskusi masalah lingkar perut ini juga dipanas-panasi oleh sepupu saya yang kerja di Chevron sana. Dia bilang, setiap awal tahun ada kontrak yang dibuat antara pekerja dan perusahaan yang mencakup semua hal yang berhubungan dengan kinerja, termasuk kesehata, dan termasuk berat badan. Walah. Sepanjang pengetahuan saya, biasanya pramugari yang cukup ketat buat masalah ini. Di Singapore Airlines misalnya, pramugari yang ketahuan berat badannya bertambang akan dapat teguran. Tapi ini, perusahaan energi, sampe segitunya ya? Tapi ini bagus kok, ini menunjukkan bahwa perusahaan itu mempunyai perhatian untuk karyawannya sampai hal-hal sedetil itu.
Saya sendiri sih memang sudah punya niat untuk memperbaiki pola makan dengan mengurangi karbohidrat, dalam hal ini nasi. Tapi kok ya susah banget ya?
Karbohidrat kurangi, perbanyak ikan. Ikan juga nggak sembarang seafood.
Duh

No comments: