Wednesday, March 16, 2011

Tempo

"Harus baca. Itu Majalah Tempo edisi 40 tahun. Tulisannya bagus-bagus. Gue suka banget tulisannya siapa itu? Suaminya Sandrina Malakiano? Eep. Harus baca."
Begitu kurang lebih yang dibilang sama supervisor saya beberapa hari yang lalu. Sebenarnya saya tidak meragukan tulisan di Tempo, semuanya bagus. Semua tulisannya 'mengalir'. Hanya saja terkadang isu-isu yang diusung lumayan berat: politik, ekonomi, atau apalah. Membayangkannya saja saya lelah. Ini sebabnya selama beberapa bulan terakhir saya lebih menikmati saudara muda dari Tempo: U-magz. Majalah lifestyle buat pria dari dapur redaksi yang serupa: Tempo.
Jadi begitulah, sepanjang sore ini, saat dimana sebagian warga Jakarta terjebak kemacetan akibat hujan es dan angin kencang yang berujung pada genangan air dan dahan-dahan pohon yang patah, saya terpekur di meja buat menekuni Tempo edisi ulang tahun ke-40nya, sambil sesekali melihat garis masa di Twitter.
Pada edisi ulang tahun ini, Tempo membagi fisik majalahnya menjadi dua (edisi depan-belakang): yang pertama adalah edisi normal dan yang kedua adalah edisi Kecap Dapur Tempo yang berisi tulisan-tulisan khusus untuk memperingati ulang tahun tempo ke 40.
Membaca Kecap Dapur Tempo ini seperti membolak-balik sebuah buku kenangan. Saya merasa lebih dekat dengan Tempo: deskripsi suasana rapat redaksi di tahun 70-an, melihat, Gus Dur (Alm.) yang sedang mengetik di mesin tik, dan Goenawan Mohamad muda berkacamata hitam atau hanya mengenakan singlet di depan mesin tik.
Tulisan-tulisannya membawa saya menengok cerita di balik artikel-artikel Tempo; tentang Catatan Pinggir; tentang liputan Tampomas II oleh Dahlan Iskan.
Bukan laporan khusus kalau tanpa kejutan, sama juga dengan Kecap Dapur Tempo ini. Saya akrab dan suka dengan tulisan Indra Herlambang di U-Mag. Saya takjub aja melihat artis yang bisa menulis bagus: runut dan 'mengikat' untuk dibaca sampai akhir. Di Tempo edisi khusus ini, Indra Herlambang juga menyumbang tulisan dua halaman, sama seperti tulisan dari orang 'luar Tempo' yang dimuat di Edisi Kecap Dapur Tempo: Janet Steele, Associate Professor of Media and Public Affairs George Washington University dan penulis buku tentang Tempo: Wars Within.
Sedangkan tulisan Eep? Cukup ditaruh di edisi normal-nya saja.

2 comments:

Akhid said...

Apa sebabnya tulisan Eep ditaruh di edisi normal saja, Gan?

roi said...

Itu artinya buat Tempo, generasi muda - yang diwakili oleh Indra, dianggap lebih penting daripada generasi yang lebih tua, yang diwakili oleh Eep.
Terlepas bahwa tulisan-tulisan Indra memang cukup bagus tapi kok ya 'feel'-nya masih belum masuk ke gaya penulisan Tempo ya, yang cenderung lebih dewasa.
Well, mungkin Tempo memang sedang membidik generasi muda sekarang ini. Hanya saja yang harus diingat, generasi muda sekarang itu kan C-Generation. Generasi yang ter-Connected.yang melek internet dan gape dengan gadget.