Tuesday, August 23, 2011

Apa kabar?

"Mau makan apa roi?"
Kalimat itu biasanya ditanyakan kepada diri saya sendiri, ketika saya merasa sedang perlu perhatian.
Seperti kemarin malam, dalam perjalanan dari kantor. Badan saya memang sedang tidak dalam kondisi fit dan saya harus menjaga kondisi badan dengan asupan yang lumayan. Jadilah pertanyaan itu timbul lagi. Pertanyaan ke diri sendiri.
Tiba-tiba saya tersadar, sudah lama pertanyaan itu tidak diajukan. Sudah lama saya tidak berdialog dengan diri sendiri. Mengacuhkan diri saya sendiri. Saya, selama ini telalu memaksa diri saya sendiri untuk memenuhi tuntutan dari luar diri sendiri. Saya telah mengabaikan diri saya sendiri dengan tidak mengajak berbicara diri saya sendiri. Agak memusingkan memang kalimat ini ya.
Tapi mungkin ini bukan hanya dialami saya saja. Saya yakin banyak orang diluar sana yang, disadari atau tidak, tidak memperhatikan diri sendiri. Mereka hanya beraktivitas karena memang tuntutan dari lingkungan sekitar mereka.
Kapan terakhir kita bilang 'Apa Kabar?' ke diri kita sendiri? Menanyakan apakah diri kita baik-baik saja. Meyakinkan kebutuhan diri kita sendiri untuk diperhatikan.
Yah setidaknya saya sudah lama tidak melakukaan itu.
(dan akhirnya saya memilih makan di rumah saja...)

Monday, August 08, 2011

Pertanyaan

"Kamu, 5 tahun lagi mau jadi apa?"
Ini adalah tipe pertanyaan yang paling saya benci. Menjawab pertanyaan ini dengan baik merupakan cerminan pribadi seorang yang bertanggung-jawab - mempunyai perencanaan yang matang. Which is I'm not. Tapi tidak menjawab pertanyaan ini mencerminkan orang yang selalu pasrah. Which is I am. Padahal dengan semua tanggung-jawab yang saya punya, posisi pekerjaan yang sekarang saya jalani, saya harus menjadi orang yang bertanggung-jawab dan mempunyai perencanaan yang matang.
Saya menjalani hidup saya as it is, mengikuti aliran kehidupan kemana membawa saya pergi. Tanpa perencanaan. Lulus kuliah - daftar ke kampus - mengambil pelatihan penyiaran - bergabung dengan sebuah radio swasta - lulus kuliah - pindah ke Jakarta untuk menjadi jurnalis - pacaran - menikah - pindah jadi konsultan - punya anak.... Semuanya saya jalani tanpa perencanaan yang matang, tanpa diawali pertanyaan "Kamu nanti mau jadi apa?"
Malangnya, sore ini, sehabis tajil, teman di kantor menanyakan pertanyaan yang saya benci itu.
Merasa gengsi kalau tidak menjawab. Saya jawab: saya mau lima tahun kedepan saya bisa menemani putri jail ke sekolah.
Kalo masalah kerja gimana? Ya gue bisa kerja dari rumah kan? Freelance consultant lah, freelance writer atau apalah.
That's it

Tuesday, August 02, 2011

Mengelola Nafsu

Saya pernah suka banget sama Nasi Goreng dan ayam goreng tepung, terutama KFC. Dulu saya pernah punya langganan tukang nasi goreng yang biasa mangkal di deket Apotik Kimia Farma Buah Batu, Joni namanya. Saya suka banget makan nasi goreng disana. Jadi dulu salah satu impian saya adalah makan Nasi Goreng Joni dengan ayam goreng KFC. Saya pikir, itu pasti kombinasi yang dahsyat banget. Tapi ternyata setelah kesampaian, makan nasi goreng sama ayam goreng KFC, saya pikir-pikir lagi: "kok rasanya biasa aja ya?"
Mirip-mirip dengan kejadian pas saya lagi puasa sekarang ini.
Tengah hari pas puasa, saya sudah membayangkan kombinasi dahsyat untuk berbuka: buat tajilnya ada es cendol yang dingin, air teh manis hangat, duren, kurma, martabak asin dan martabak manis. Terus buat makanan buka akan ada Sate Ayam si Bun, Ayam Bakar Mas Mono, Tongseng Pak Min, Rendang dari Sederhana, Nasi Goreng Bakti.....
Tapi
Ini yang sering kejadian: setelah berbuka, terus minum air putih dan teh manis hangat disusul sama makan dua sampe tiga makanan kecil. Kok rasanya perut udah penuh ya? Nggak sanggup makan makanan yang tadi siang menjadi khayalan.
Mungkin ini ada hubungannya dengan pengelolaan nafsu: kemauan banyak tapi ternyata untuk mencapai 'cukup' nggak perlu sebanyak itu. Untuk mencapai 'cukup' dengan kadar kepuasan yang memadai kita memang nggak perlu jadi serakah.
Selamat menjalankan ibadah puasa ya