Tuesday, December 31, 2019

2019.....

2019 ngajarin gue tentang kegagalan: betapa sempurnanya rencana dan datarnya impian, kegagalan bisa datang dan bilang 'ntar dulu....nih ambil...'
Diawali saat awal tahun, saat sedang giatnya merencanakan communication plan untuk sebuah fintech yang moncer. Head of partnership, orang yang sama dulu saat gue dan tim ahensi temen gue pitch, ngundang buat meeting dan sambil lalu dia bilang: 'eh nanti bos gue (CEO dan CoFounder) ikutan gabung ya...'
Gue pikir wajar lah bosnya datang, perhatian banget buat communication plan start-up nya.
Saat meeting, dia kurang lebih bilang:
You did a great job, but somehow along the way our partnership, we found out that we want something different and we can't get it through your team.
That's it.
Rasanya kaya ditonjok di ulu hati aja. Tapi ya udah mau gimana lagi? Ibaratnya orang pacaran: kalo satu orang mau putus ya masa mau dipaksain. Gak bisa laa. (kamu terlalu buat aku.....)
Di penghujung kuartal ketiga,
Salah satu mantan bos gue telepon out-of-nowhere: 'eh gue butuh freelancer, lo berminat kah?'
'Yes' (tentu saja!)
Setelah deal-deal harga dan kapan mulai ('awal bulan aja ya, biar gampang itung-itungan nya' - 'oke')
Dan gue dilibatkan hanya di dua klien: swasta dan pemerintah. Satu bulan gue disana. Sambil nunggu hasil 2 interview yang sepertinya menjanjikan.
Gue selalu menyiapkan rencana-rencana apa yang harus gue lakukan. Sama seperti kerjaan ini: gue tau apa yang harus gue lakukan dan penjadwalannya seperti apa.
Dan itu berantakan di penghujung bulan karena gue harus masuk rumah sakit selama tiga hari, sedangkan pada saat yang sama ada pekerjaan penting yang harus dilakukan. Gue akui kalo gue gak mengkomunikasikan item pekerjaan ini sama bos gue, dan itu menyebabkan berantakan semuanya.
Ironi banget: orang komunikasi yang gak bisa mengkomunikasikan pekerjaan dengan baik.
That's it. Hubungan gue sama mantan bos gue itu akhirnya jadi agak jauh karena hal ini.
Menjelang kuartal keempat, gue diterima di sebuah organisasi internasional.
Keren banget: birokrasi yang sederhana, global exposure, organisasi dengan tujuan baik.
Mereka lagi nyiapin sebuah event tahunan yang lumayan gede dan walhasil semua SDM di organisasi yang gak banyak itu terserap kesana, termasuk gue. Gue sebisa mungkin ngejaga kestabilan apa yang harus gue kerjain sebagai communication person di organisasi tersebut, dengan kasih dukungan operasional event.
Gue pikir, dalam kerangka media communication I'm doing well. Indikatornya tentu saja dari coverage pemberitaan event tahun ini yang meningkat dua kali lipat lebih dikit kalau dibandingkan dengan event tahun lalu.
TAPI, I was burnout on the social media. BIG ZERO. Dan ini yang ngebuat gue gak lolos masa probation di organisasi itu.
That's it.
Rencana untuk mengoptimalkan sumber daya yang gue punya untuk sesuatu hal yang gue anggap baik di organisasi itu, pupus sudah.
Udah lewat masanya gue menyesali hal-hal kurang oke yang gue dapetin; sekarang waktunya buat ngejalanin apa yang di depan: pekerjaan satu tahun kedepan dan rencana proyek sama salah satu konsultan dari Singapura. Dan dua-duanya berasal dari kerjaan gue di organisasi itu.
Okesip.

No comments: