Sunday, May 18, 2025

Militer


Kompas memuat tulisan Mas Bre Redana yang cukup menarik hari ini. Bre Redana adalah wartawan senior Kompas yang sudah makan (atau minum?) asam garam dunia jurnalistik.

Tentang Militer.

Saya pernah (atau sampai sekarang?) beranggapan bahwa militer merupakan salah satu jawaban buat kebrengsekan negara ini - sampai pada tahap saya pernah memilih calon presiden eks militer pada tiga atau empat pemilu yang lalu.

Saya kemudian berpikir, mungkin bukan militer yang dibutuhkan negara ini, tapi ketegasan. Saya cukup sering iri dengan negara tetangga jiran yang sepertinya sudah meninggalkan stigma negara berkembang. Padahal kita mungkin berawal dari garis start yang sama.

Malaysia baru saya kunjungi satu kali, beberapa tahun yang lalu ketika masih jadi jurnalis. Waktu itu saya memenuhi undangan salah satu operator telepon selular disana, untuk melihat bagaimana perkembangan teknologi selular.

Saya iri dengan Malaysia: tingkat pendidikannya, perkembangan industrinya, ekonominya, pemerintahannya. 

Tapi saya tidak iri dengan industri seni nya: Indonesia jauh lebih berkembang. Saya rasa, lagu-lagu Ariel Noah, D'Masiv, Rossa, atau siapapun musisi papan atas Indonesia, cukup sering didengar di Malaysia. Lagipula siapa yang mengklaim batik, rendang, dan reog ponorogo?

Pertimbangan saya, kenapa Malaysia bisa jauh berkembang dibandingkan dengan Indonesia, adalah kepemimpinan Mahathir Mohamad. 

Tapi kan Mahathir Mohamad bukan militer ya?

Jadi memang yang dibutuhkan negara ini adalah ketegasan. Bukan militer. Siapa orang sipil di negara ini yang bisa lebih tegas (termasuk kepada) daripada militer?

No comments: