Monday, February 09, 2004



"Astaga......" (speechless mode)
"Hah....TURUN KAMU SEKARANG JUGA...TURUN!!" (mode 3300 watt PMPO)
"Sayang...turun yuk...mamah punya permen nih..." (mode bingung)
"........." (sang ibu langsung pingsan dengan sukses)

Entah bagaimana reaksi dari ibu anak tersebut melihat foto-session putranya......
masih ingat kenakalan yang pernah kita lakukan pada saat kita masih kecil? Kadang-kadang saya heran, bagaimana orang tua saya masih bisa bertahan untuk tidak meledakan amarah dengan tiga anak laki-laki. Tiga dari empat anak dalam keluarga kami adalah lelaki. Mungkin ditakdirkan untuk mengawal si sulung yang merupakan satu-satunya anak perempuan.
Ada satu kenakalan yang tidak pernah saya lupakan (saya tidak tahu sebabnya kenapa saya dapat mengingatnya).
Singkat saja....saya suka sekali minum air kolam ikan yang terletak di halaman samping rumah kami. Alasannya sangat sepele: bagi saya air kolam ikan waktu itu sama menyegarkannya dengan air dalam lemari es. Waktu itu lemari es masih termasuk barang mahal sehingga keluarga kami belum dapat membelinya. Tak ada rotan akar pun jadi...
"Ah...seger banget....."
sambil menghiraukan teriakan larangan bibi di rumah. Mamah mengetahui hal itu dari bibi....dasar pengadu
Kali lainnya, saya loncat sambil mengembangkan payung hujan dari atas genteng dan mendarat dengan sukses di atas kasur yang sedang di jemur. Terinspirasi oleh film-film action jaman dulu.....
Itu saya lakukan mungkin pada saat saya masih dibawah umur sepuluh tahun.
Masuk SD, mungkin kenakalan saya kadarnya agak bertambah. Hingga kelas empat SD saya sering berantem...bukan hanya dengan teman sekelas...tapi juga dengan kakak kelas. Beruntung hanya sekali kepergok guru, kami (saya dan rival saya) langsung digelandang ke ruang guru dan disetrap hingga akhir pelajaran.
Satu peristiwa membuat saya agak mulai mengendalikan diri, ketika saya bertengkar dengan seorang kakak kelas.
Selesai pertengkaran yang dipisahkan oleh adiknya (temen sekelas saya) saya langsung balik kanan, mengambil tas dan melangkah pulang.
Di pintu gerbang, saya melihat adik kakak tersebut sedang merapat mencoba bersembunyi di balik mobil sedan ketika saya mendekat.
Setelah makin dekat, saya baru sadar apa yang membuat mereka kelihatan gentar melihat saya. Di baju sang kakak tampak noda-noda merah darah yang masih basah, mengucur dari hidung dan mulutnya.
ya amplop roi...kok jadi gini ya?....
begitulah, mungkin karena saya takut melihat darah atau hal lainnya yang lebih parah, sejak saat itu saya coba menghindari kontak fisik...
---------------------------
Kenakalan merupakan hal yang wajar dari diri seorang bocah, rasa keingin-tahuan yang cukup besar, dan terbatasnya pandangan mereka, membuat para jiwa muda itu berani mengambil tindakan yang kadang-kadang membuat para orang tua geleng-geleng kepala....
para bocah...adalah anak panah yang dilepaskan dari busur-busur bijak seorang tua menuju masa depan.....

.......
Anak-anakmu bukanlah milikmu
Mereka adalah putra-putri kehidupan yang mendambakan kehidupannya sendiri
Mereka datang melalui kamu tapi tidak darimu
Dan meskipun mereka bersama kamu namum bukanlah milikmu
Kamu bisa memberi cintamu namun tidak kehendakmu
Kamu bisa memberi rumah bagi raga mereka, namun tidak bagi jiwa mereka
Karena jiwa mereka ada di masa depan, yang tidak bisa kamu capai meskipun dalam mimpi
Kamu bisa mengikuti dunia mereka, tapi jangan harap mereka bisa mengikuti duniamu
karena dunia ini tidaklah mundur dan tidak pula terhenti
Kamu ibarat busur
dan anak-anakmu meluncur seperti anak panah
Sang Pemanah membidik sasaran yang sangat jauh, lalu Dia melenturkan busur itu dengan kekuatan-Nya
agar anak panah bisa melesat cepat mencapai sasaran, meninggalkan busur yang tetap berada di genggaman
Sang Pemanah bangga kepada anak panah yang meluncur itu, begitu juga kepada busur yang tetap pada kodratnya
(Gibran)


foto diambil dari salah satu milis yang saya ikuti

No comments: