Thursday, February 19, 2004



Seberapa besar rasa percaya kamu kepada ramalan?
Beruntung saya bukan tipe orang yang rela membeli sebuah majalah, Koran atau tabloid tertentu hanya karena ingin membaca ramalan, yang mungkin biasanya rubrik favorit di sebuah media.
Meskipun tidak terlalu menikmati ramalan yang 'bagus', ramalan 'buruk' selalu membuat saya tersungkur dalam keputus-asan, terlepas apakah ramalan itu benar atau tidak.
Pertama kali diramal secara serius adalah ketika saya dan beberapa orang teman menyusuri jalan dago pakar yang menembus ke kawasan wisata Ciater, beberapa tahun yang lalu ketika saya masih SMA.
Sambil melepas lelah, seorang teman saya mencoba untuk meramal menggunakan kartu tarot. Saya ingat betul saat itu dia masih 'nyontek' dari sebuah buku lusuh untuk membaca arti susunan kartu tarot.
Tiba giliran saya...
"Kamu nggak punya masa depan roi, hidup kamu nggak menentu...."
Hanya segelintir kata yang saya ingat tentang ramalan kartu tarot itu, dan itu membuat saya termenung lama dan berpikir "ancur deh idup gw kalo udah gede..."
Dan itu membuat saya seperti kehilangan pegangan pegangan, rasanya semua rencana masa depan saya buyar dan rasanya seperti tidak ada gunanya lagi untuk berusaha lebih banyak.
Entah kenapa saya masih bisa bertahan sampai saat ini...
Dan itu terulang kembali sore tadi.
Sepulang liputan, saya dan teman saya mencoba bersantai di food-court basement gedung perkantoran kami. Sambil iseng setelah mendengar pengalaman hidup dia, saya sodorkan telapak tangan saya...
"Mun urang kumaha euy? (kalo gw nasibnya gimana nih?)"
dia mengamati sesaat telapak tangan kiri saya
"Wah maneh mah...moal berhasil digawe, nasib maneh setengah-setengah mun di persoalan gawe, moal bisa sukses pisan, mentok, tapi maneh jelema lurus, teu jiga urang...
(wah kalo kamu, nggak bakalan berhasil dalam pekerjaa, nasibnya setengah-setengah, kalo masalah pekerjaan nggak bisa sukses, mentok, tapi kamu orangnya lurus, nggak kaya gw)"

.....
"Urang panjang umur teu? (gw panjang umur nggak?)"
"Moal euy...(nggak tuh...)"
Dan larut lah seorang roi dalam lautan keputusan-asaan, terombang-ambing ombak de ja vu beberapa tahun lalu.
............
"Kamu shalat nggak? Masa lebih percaya omongan saya sih? Percuma dong, kan masih ada yang berkuasa…Allah."
perkataan dia menarik jiwa saya dari lautan itu
.....
"Iya ya....."
Sayangnya, ujar saya dalam hati, tingkat keimanan yang saya punya masih belum sampai pada tahap itu. Tahap dimana kepercayaan dan keyakinan kita kepada Sang Pencipta melebihi apapun di dunia fana ini.
Iman yang saya miliki masih mudah terhempas oleh perkataan seorang sahabat.
Semoga saya memiliki ketebalan iman yang cukup kuat nanti....
Semoga

No comments: