Wednesday, February 25, 2004



the time has come

"Nanti papah disini," katanya sambil menunjuk lahan kosong berukuran 0,5 x 1 meter persegi diantara dua buah nisan.
saya tertegun.
Saat itu saya dan beserta kedua orang tua saya selesai berziarah ke makam sesepuh di kawasan Garut.
Nada suara itu yang membuat saya tertegun, tenang menghanyutkan seperti biasanya...siapkah saya kehilangan kedua orang tua saya nanti?
Saya teringat ketika saya harus pulang pergi Jakarta Bandung mengantar papah, sering kali saya harus meyakinkan diri saya dengan melirik orang tua yang duduk tertidur di sebelah saya...apakah masih ada denyut nafas disana?...
Waktu berjalan, tahun berganti, dan saya tetap selalu merasa was-was kehilangan kedua orang tua saya.
Namun rupanya Allah berkehendak lain, yang menempati lahan itu adalah ibunda papah di Garut, mulai akhir pekan lalu.
Awalnya hanya kabar dari sepupu saja, "Teteh (panggilan Nenek) tos teu tiasa tuang, atos lima dinten. (Nenek udah nggak bisa makan, udah lima hari)"
sore harinya, kami bertiga langsung berangkat ke garut....
pernah merasakan bagaimana rasanya bepergian ke tempat orang dekat di hati dan jiwa kita yang sedang sekarat?
sepanjang perjalanan, saya, mamah dan papah hanya membisu. bertanya-tanya apakah kami sempat bertemu dengan nenek untuk yang terakhir kalinya? apakah Teteh bisa sembuh dengan kedatangan kami? Kapan terakhir kali saya berbicara dan bersalaman dengan Teteh? Apakah Teteh bisa sehat lagi?....
ratusan atau mungkin ribuan pertanyaan hinggap di pikiran saya.
Tiba di kawasan Karawang Garut...ternyata Teteh sudah rapih dibungkus dengan kain kafan dan ditidurkan di sehelai kain batik. Kami tidak pernah mendapat kesempatan terakhir itu.
Mamah langsung terisak, sementara saya dan papah langsung duduk di samping jenazah. Ketika papah membuka kain kafan untuk melihat wajah Teteh untuk terakhir kalinya, saya membalikan badan...tidak tega mungkin, selain itu saya juga ingin mengambil air wudhu untuk shalat jenazah...
dan begitulah, akhirnya Teteh yang menempati lahan kosong itu, diapit oleh nisan buyut saya dan nisan saudara jauh.
Dan yang paling mengiris hati saya saat-saat itu adalah...
papah nggak nangis....
rasanya bakalan lebih lega hati saya kalau melihat papah meledakan emosinya saat itu.
melihat dia menangis karena kehilangan ibundanya...

the time will come...

No comments: