Episode pertama, akhir 2000
Seorang roi gamang, menghadapi kemungkinan untuk hidup di jakarta. Menempuh kehidupan baru, perusahaan baru, suasana baru. Suasana yang sama sekali berbeda dengan keseharian yang digeluti selama ini.
Mungkin karena ego sebagai lelaki yang membuat seorang roi untuk menjalani pilihan hidup di jakarta. Meskipun tidak jarang beban batin kesepian mendera di tengah keramaian jakarta.
"Pulang aja, Mamah Papah masih bisa ngebiaya-in hidup kamu kok"
"Kamu itu laki-laki, bakalan ngasih makan anak orang..."
Dua perkataan kontradiktif yang sampai saat ini tak lekang di ingatan, menyiratkan kasih sayang seorang ibu dan dorongan seorang ayah.
Episode kedua (pertengahan 2001)
hari-hari berlalu: pekerjaan, wawancara, dead-line tulisan, rapat, arrange pertemuan, collecting data, jumpa pers....
rasanya kesibukan mulai menghilangkan beban kesepian di hari kerja. Pulang ke Bandung merupakan barang mewah, dan seorang roi selalu menantikan hal itu.
Antar jemput adik ke kampus dan sekolah, mendampingi mamah di pasar, santai bersama teman lama, menyusuri dago, kaki lima cikapayang...
Episode ketiga (pertengahan 2002)
Teteh menikah....sebagai anak perempuan semata wayang, seluruh keluarga menyiapkan ritual pernikahan semaksimal mungkin. Seorang roi juga demikian adanya.
Ijin dari kantor Kamis pagi, kurang tidur dua hari, dan Minggu harus sudah masuk ke kantor.
Sebenarnya bukan itu yang menjadi beban bagi seorang roi. Beban yang menggantung di pikirannya adalah...
siapa yang nemenin mamah nanti? satu-satunya anak perempuan di keluarga, temen ngegosip dan masak bareng mamah sudah harus 'lepas' dari keluarga...
tapi hidup harus berjalan terus dan menyisakan kesepian yang menjelang
Episode keempat (awal 2003)
kesepian itu makin terasa menikam di rumah. adik pertama seorang roi sudah disibukan dengan skripsi dan magang kerja, sedangkan adik kedua sudah menjalani kehidupan kampus. kebersamaan antara anggota keluarga rupanya memang sudah menjadi barang langka rupanya.
pernah merasakan rasa dingin yang mencekam ketika rumah yang biasanya hiruk pikuk oleh canda dan cela anggota keluarga tiba-tiba menjadi sunyi senyap?.........
begitulah yang terlintas di benak saya ketika rangkaian panjang argo gede perlahan mulai meninggalkan gambir pada awal liburan kemarin.
apakah nanti saya hanya akan mendapatkan kesepian semata di bandung?
entah apa yang mendorong saya untuk kembali mengarungi kesepian, mungkin sekedar bersilaturahmi, meyakinkan kedua orang tua saya bahwa seorang roi baik-baik saja, tak kurang satu apapun, dan meyakinkan diri saya bahwa keluarga di bandung juga baik-baik saja.
Saya mencoba untuk menikmati kesepian ini, toh nantinya juga saya akan merasakan kesepian yang kekal bukan? hingga masa hisab datang...
No comments:
Post a Comment