Thursday, July 28, 2005

Our Pantry

Terletak di pojok gedung, ruangan berukuran dua kali enam meter itu seringkali jadi tempat pelarian teman-teman ketika jenuh bekerja. Sebagian teman di kantor 'absen' di sana untuk makan; entah makan siang, malam atau sekedar camilan; merokok sambil ngopi, atau mungkin sambil main catur.
Tempat itu juga sering dijadikan ruang diskusi, meskipun tidak memadai. Coba bayangkan luas ruangan yang setara dengan bagian belakang box mobil yang disesaki enam orang, belum lagi dua meja dan empat kursi yang membuat penuh ruangan.
Tapi ruangan itu tetap menjadi ruangan favorit.
Berbagai macam isu bisa dibahas di sini: mulai dari gerakan hemat BBM, GAM, sampai revaluansi yuan. Yang juga tidak ketinggalan adalah isu-isu kantor yang sedang menghangat (untuk yang ini saya tidak bisa bercerita lebih banyak karena jangan-jangan nanti dituduh 'membocorkan rahasia perusahaan').
Tapi buat saya pribadi, ada hal lainnya yang saya suka dari pantry kantor kami. Sambil makan siang atau ngobrol-ngobrol, saya bisa menikmati pemandangan di luar. Kebetulan kami menempati lantai tujuh dari delapan lantai yang ada di gedung kami. Ditambah belum begitu banyaknya gedung bertingkat di sekitar gedung kantor kami.
Kalau malam, kita bisa menikmati pemandangan city light, lampu gedung-gedung di kejauhan, pancaran sinar mobil yang bergerak, orang yang lalu lalang and so on.
Beberapa bulan yang lalu, kami sempat menikmati permainan lampu malam yang dipasang di Mayapada Tower. Tapi sekarang lampu malam di gedung itu sudah tidak dinyalakan lagi, mungkin mengikuti anjuran pemerintah untuk berhemat energi.
Kalau siang....
yah kalau sedang makan siang di pantry, saya sering sekali disuguhi pemandangan iringan orang-orang dan kendaraan bermotor, yang mengiringi jenazah.
Iya...jenazah.
Soalnya gedung kami dikelilingi oleh TPU Karet Tengsin.

NB: ini tulisan narasi bukan ya? soalnya menjelang perubahan di tempat saya bekerja, penulisan berita harus menggunakan teknik narasi. Lebih enak dibaca katanya.

No comments: