Thursday, August 04, 2005

indonesiana I

Salah satu keuntungan (atau kerugian ya?) menjadi seorang wartawan adalah: 'mata' kita seakan dibuka untuk melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi di Indonesia, yang seringkali membuat saya miris.
Seperti pengalaman sore tadi pada satu wawancara dengan seorang direksi di BUMN, PT Permodalan Nasional Madani, salah satu pernyataan off the record-nya adalah kepedulian orang asing terhadap potensi sumber daya kita yang lebih tinggi daripada orang indonesia itu sendiri.
Pernyataan itu menjadi off the record karena dia mengutip salah satu pejabat pemerintah yang mengindikasikan hal itu, ketidak-peduliannya terhadap potensi nasional.
Coba hitung berapa potensi sumber daya kita yang sudah mulai 'diambil' oleh orang asing ....
jawabannya mungkin sama seperti jawaban teman saya waktu ditanya: berapa seratus lima puluh dua juta tiga ratus enam puluh dua dikali empat puluh ribu dua ratus lima puluh dua?
....
pokoknya banyak
Bahkan untuk hal yang sederhana pun, orang asing lebih perduli. Contohnya adalah hak paten untuk pembuatan tahu di dunia internasional, itu ternyata dipegang oleh Jepang.
Makanya jangan heran, kalau meskipun punya banyak lahan minyak, jadi anggota OPEC (negara-negara pengekspor minyak), tapi ternyata harga BBM di sini mahal, malah kita juga harus mengimpor BBM.

No comments: