Monday, October 17, 2005

Piket

Setiap sekitar satu setengah bulan sekali, jajaran reporter di media saya diwajibkan piket. Hanya satu artinya, dan itu adalah pulang lebih malam. Kalau biasanya sekitar jam setengah delapan sudah bisa siap-siap pulang, reporter piket masih harus anteng-anteng di kantor sampai sekitar jam sebelas malam. Malam yang panjang, mengingat sampai sekarang belum ada job-desk yang benar-benar rinci mengenai reporter piket.
Dan malam ini, saya yang kebagian piket.
Waktu awal-awal pemberlakuan piket ini, saya pikir reporter piket bisa menghabiskan waktu dengan menjelajah di dunia maya. Tapi ternyata koneksi internet di kantor kami diputuskan pada pukul sepuluh malam. Jadi mungkin harus mencari kegiatan lagin, selain menanti dengan was-was penugasan amat sangat mendadak yang dianggap cukup penting (ledakan bom misalnya ... semoga nggak ... ).
Dulu sebelum pindah gedung, saya bisa saja menanti penugasan (yang tidak diharapkan itu) di depan televisi yang tersambung dengan layanan premium (TV Kabel). Tapi sekarang sejak pindah gedung, layanan premium itu sepertinya tidak ada.
Begitulah, piket reporter kali ini menjadi sesuatu yang meng-enggankan, berbeda dengan piket waktu SD atau SMP dulu.
Dulu waktu SD, saya sih dibela-belain mendingan piket membersihkan kelas, soalnya itu berarti bisa menghindari berdiri hampir satu jam di bawah matahari pagi, mendengarkan wejangan, dan mendengarkan Pancasila dan pembukaan UUD 1945. Upacara Bendera.
Waktu SMP beda lagi, piket upacara berarti berdiri di belakang barisan teman-teman waktu upacara. Sama-sama berdiri, sama-sama mengikuti upacara, tapi minimal saya berdiri di tempat yang teduh.
Dan sekarang, saya mengisi waktu piket dengan membuat postingan ini...

No comments: