Friday, August 04, 2006

Infotainment: Antara Dihujat dan Dinikmati

Coba tengok beberapa forum di internet atau lihat kembali beberapa mailing list yang Anda ikuti. Beberapa forum dan mailing list yang saya ikuti beberapa hari terakhir ini memuat polling tentang keputusan PBNU untuk memberikan fatwa haram kepada infotainment.
Hal pertama terlintas dalam benak saya ketika mengetahui hal ini adalah:
phew, finally...
Tapi nanti dulu, apa benar infotainment berhak mendapat fatwa haram? Karena setahu saya, fatwa haram itu biasanya dikeluarkan oleh MUI. Mungkin (ini hanya mungkin) fatwa haram PBNU itu dikeluarkan hanya untuk anggota NU saja (yang mungkin memang banyak).
Buat saya pribadi, tayangan infotainment itu lebih banyak hal negatifnya daripada positif. Siapa yang mau kehidupan pribadinya terekspos dan tersebar? Siapa yang mau maklum kalau insan infotainment itu terkesan 'gigih' dalam mengusik kehidupan pribadi orang lain? Kenapa juga tayangan infotainment semuanya harus mirip; isu-isunya hampir tidak jauh berbeda? Huh... nggak kreatif banget sih. Dan masih banyak lagi.
Tapi.... sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia kewartawanan, saya mengacungi jempol untuk wartawan infotainment untuk mengetahui informasi (terlepas bahwa itu adalah informasi pribadi), dan membeberkannya. Coba kalau untuk bidang lain, minimal bidang ekonomi. Misalnya saja, siapa yang bisa meramal tingkat inflasi dua bulan sebelumnya? Atau pembelian besar-besaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan jauh hari sebelum perjanjian pembelian ditanda-tangani? Kayanya nggak ada ya...
Bandingan dengan infotainment, dua bulan atau ada yang sampai enam bulan sebelumnya, kru infotainment bisa melihat retaknya sebuah rumah tangga, perselisihan antara artis dan manajemen atau PH, selebritis-selebritis yang menjalin hubungan, pokoknya banyak deh.
Seandainya saja (seandainya saja lho) para jurnalis di Indonesia mempunyai semangat seperti kru infotainment untuk mengejar sebuah berita, sepertinya kita tiap hari bakalan bisa melihat berita-berita menarik ya



Tiba-tiba saja saya teringat dengan ungkapan man behind the gun. Segala sesuatu yang ada di dunia ini kan tergantung dengan orang yang melakoninya.
Pistol di tangan pihak yang baik dan benar bisa menjadi senjata ampuh untuk menegakkan keadilan (atau apalah namanya itu yang bisa membuat kita lebih nyaman menjalani kehidupan).
Tapi kalau di tangan penjahat? Ya berabe dong.
Sama juga dengan kasus infotainment ini. Jangan-jangan yang harus dicermati disini adalah sifat dan sikap masyarakat Indonesia secara keseluruhan, secara global.

No comments: