Friday, November 21, 2008

Obituari Nenek

Tepat seminggu yang lalu, lewat tengah malam, sebuah SMS masuk ke handphone saya. Saya biarkan. Karena saya pikir itu masalah pekerjaan yang bisa diselesaikan besok hari. Saya kembali terlelap. Sekitar setengah jam kemudian, handphone saya berdering. Saya angkat dan suara sepupu saya terdengar diujung sebelah sana..
"Roi, nenek meninggal. Mamah kamu udah dikasih tau?"
Dan ketika saya cek handphone saya, ternyata itu SMS dari adik saya yang memberi tahu kabar ini...
Saya blank, nggak tau harus berduka cita atau bersyukur. Berduka cita karena saya kehilangan seorang nenek, yang juga merupakan 'orang tua' ketika saya menghabiskan masa TK. Atau bersyukur karena akhirnya nenek saya bisa 'bebas' dari penderitaan: dia telah mengalami masa sakit yang cukup panjang: sekitar 5 tahun lebih. Hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Saya ingat dalam pertemuan keluarga beberapa waktu yang lalu, saya sempat bilang ke peserta pertemuan (paman, sepupu, bibi, uwa, de el el) kalau saya tadi malam sempat bermimpi nenek meninggal hari Jum'at. Nenek saya meninggal hari Jum'at. 00:15. Pertemuan keluarga itu memang diadakan untuk membahas kondisi nenek yang semakin memprihatinkan.
Jadi begitulah, saya minta izin ke atasan saya untuk tidak masuk. Saya ingin mengantarkan nenek saya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Saya ikut sholatkan nenek, membawa tandu jenazah, sampai mengangkat jenazah nenek saya ke liang lahat.
Nenek saya dikebumikan di daerah Garut, tempat kelahirannya. Daerah perkampungan yang masih relatif sepi. Tempat dimana kita bisa melihat petak-petak sawah yang luas.
Cukup banyak ingatan saya tentang nenek. Saya menghabiskan masa sekitar dua tahun dengan nenek saya ketika TK dulu.
Saya ingat sekali dulu, malam-malam, sebelum tidur bersama nenek, saya selalu menggulung lengan baju nenek untuk kemudian menyandarkan kepala saya disana. Saya merasa nyaman. Sementara nenek saya hanya bisa tersenyum dan bertanya, "kok digulung-gulung begini?..."
Siang harinya, saya juga sering menenami nenek berpergian. Dulu nenek saya adalah pengusaha.
Saya juga pernah dimarahi nenek. Saya pernah dicubit keras sekali waktu saya pergi dari rumah di kampung daerah Tasik, hanya untuk berjalan menyusuri pematang sawah. Saya tidak bilang-bilang nenek kalau saya mau menyusuri pematang sawah. Mungkin karena khawatir, nenek saya jadi marah.
Nenek saya juga menjadi guru agama saya ketika saya masih kecil. Masa-masa SD adalah masa-masa dimana saya menghabiskan liburan sekolah saya di rumah nenek saya untuk belajar mengaji bersama sepupu-sepupu yang lain. Saya dan sepupu-sepupu sempat diajari beberapa nyanyian religius tradisional:
eling-eling mangka eling
ibadah ulah campoleh
beurang peuting kudu weleh
bisi urang kaburu paeh
sabab urang bakal mati
nyawa dipundut ku gusti
...
Atau nyanyian yang isinya sifat-sifat Allah.
Wujud, Qidam, Baqa,
Mukhalafatu Lil hawadisi
Qiyamu-binasihi
Wahdaniyah, Qudrat, Iradat
Ilmu, Hayat, Sama,
Bashar, Qalam, Qadirun, Muridun,
Sami'un, Hayun, Basyirun, Sami'un, Mutaqalimun...
Syair diatas, kemungkinan besar ada yang salah. Sudah beberapa tahun terakhir ini saya tidak bersenandung dengan syair itu.
Nenek, semoga sekarang sudah mencapai kebahagian hakiki...

6 comments:

JR said...

lagu tradisionalnya pupuh asmarandana..

turut berduka cita ya Rom.. sekarang beliau udah 'gabung' dengan keluarga2 yang lebih duluan, dan yg pasti udah ga sakit lagi.

Lia Marpaung said...

juga turut berduka ya rom...dan sungguh beruntung jikalau saat kita meninggalkan dunia ini, masih ada orang lain yang memiliki kenangan indah akan kita...dan sungguh sangat beruntung, jika cerita hidup kita ada yang berkenan mengenang dan menulisnya dalam bentuk blog spt ini....nenekmu pasti bangga sm elo, rom !

Anonymous said...

@JR
Asmarandana ya? Baru gue tao Jo. Thanks anyway

@Lia
Thank a lot Lia, semoga...

Anonymous said...

just blogwalking..
eniwei,turut berdukacita jg ya..
i know that kind of feeling..sedih tp sbnrnya tau ini yg terbaik..

Anonymous said...

The one who doesn't want to recognize his past, won't be able to weave the future... Have you woven your future, Rommy?

Anonymous said...

@fie
thanks fie

@anonymous
good question. I have to admit that my mind is often stuck in the past, which is not good for me. I'm currently learn how to enjoy the present, forgetting the past and put away the worry about the future. Thanks, whoever you are, to remind me with your question.